-_-_-_-
-Nam Jiyoon-
Sudah sangat lama rasanya aku terkurung di tempat ini. Berteman dengan debu, terbiasa dengan rasa sakit.
Bangkit lalu dijatuhkan lagi, begitu terus sampai rasanya aku mulai bosan. Aku mulai membiarkan tubuh ini merasakan kesakitan yang kian menumpuk.Saat Taehyung memperkenalkanku dengan perempuan yang duduk lumayan jauh dariku, telingaku terasa tuli. Bayangan bagaimana Taehyung dan Jungkook memperlakukanku layaknya binatang dulu terlintas lagi.
"Apa perempuan itu sama denganku?" Hanya itu spekulasiku sampai sekarang, belum ada kejelasan. Karena setelah Taehyung dan Jungkook meninggalkan ruangan ini, perempuan yang katanya bernama Lee Seehi itu tetap diam enggan menengok ke arahku yang beberapa kali memanggil namanya."Kau baik-baik saja Seehi-ssi?" Kali ini Seehi memalingkan pandangannya menatap ke arahku.
"Aku ingin pulang. Aku benci tempat ini." Padahal akupun menginginkan itu semua, aku juga sangat membenci tempat ini.
"Apa kau dibawa oleh Rara?" Keningku berkerut tanda tidak paham dengan apa yang ditanyakan.
"Rara siapa?"
"Dia yang membawaku kesini. Teman kecilku dulu di desa. Aku pikir dia akan benar-benar membebaskanku dari desa terkutuk itu. Tapi ternyata dia malah menjualku kepada dua pria gila tadi.""Jadi awalnya kau benar-benar tidak mengenal Taehyung ataupun Jungkook?"
"Ya, sama sekali tidak"
Jadi maksudnya, janji mereka dulu masih berlaku? Setelah mereka terbukti bersalah dan aku yang berhasil disekap di sini?
-_-_-_-
"Dia benar-benar dari Genji. Perempuan topeng itu berkata jujur." Jungkook meletakkan ponselnya ke atas meja makan dengan kasar.
"Akan sia-sia jika dia tidak memberi pengaruh apapun." Taehyung menatap Jungkook dengan malas.
"Kau itu hanya bertugas sebagai penyumbang darah orang lain hyung, sedangkan di sini aku sebagai hacker. Hasil pencarianku tidak mungkin melesat. Seehi bisa memberi kita keuntungan.""Kau ingin memancing harimau dengan ikan asin? Kenyataannya kau tidak pernah bersih menjalankan misi tanpa bantuanku Jung. Kau tetap harus berada di belakangku." Taehyung meninggalkan Jungkook yang lagi-lagi tertampar kenyataan.
"Kau yang memang disebut sebagai anak emas membuatku geram hyung." Jungkook memandang kepergian Taehyung dengan sorot mata yang sulit diartikan.
*-Genji-*
Sampai sekarang Namjoon masih belum bisa menemukan alasan yang jelas. "Apa Seehi setersiksa itu sampai melarikan diri dan tega meninggalkan ibunya sendiri?"
Flashback
Namjoon yang kala itu sedang berada di kebun keluarganya kaget saat melihat Eomma Seehi tergopoh menuju ke arahnya sambil menangis lirih.
"Seehi belum pulang dari kemarin, apa dia ke rumahmu, Namjoon-ah?"
Seketika perasaan buruk yang dirasa Namjoon terjawab sudah. Sahabatnya nekat keluar dari Genji.
"Seehi tidak menemuiku Bibi."
"Ya Tuhan, kemana anak nakal itu."
"Tenang Bibi, aku akan bantu mencari Seehi."
"Yang jadi pertanyaan," Eomma Seehi kini terlihat memandang lurus ke depan
"Siapa yang dengan mudahnya mengajak anakku keluar dari sini? Kenapa hal itu tidak tercium sama sekali oleh Appamu Joon?"Benar, Namjoon pun berpikir demikian. Sulit untuk seorang Seehi bisa keluar dari sini tanpa ketahuan.
"Sekarang Bibi pulang, aku akan mencari Seehi sebisaku. Aku akan berusaha."
-Lee Seehi-
Kepalaku pening, perutku sedari tadi belum terisi. Terlihat cahaya segaris mencuat masuk dari atap yang berlubang.
"Sudah pagi?" Aku bertanya kepada Jiyoon yang sedari tadi menatapku entah kenapa.
"Ya, kau pasti merasa lapar dan haus ya?"
Aku hanya mengangguk membenarkan."Nanti saat mereka atau salah satu di antaranya masuk kesini, jangan mengeluarkan suara apapun. Jangan berontak dan tetap waspada. Kau mengerti?"
"Kenapa seperti itu, Jiyoon?"
"Mereka tidak suka dengan pemberontak, Seehi-ssi." Lagi-lagi aku menyesal ikut dengan Rara kesini. Di sini jauh lebih buruk, sangat.-_-_-_-
Seorang laki-laki masuk ke dalam ruangan membawa nampan berisi dua mangkuk berukuran kecil.
"Kau lapar, Seehi?"
Seehi menatap tajam ke arah laki-laki tadi, berharap tatapannya bisa sedikit mengintimidasi."Kau tau? Bukan kami yang menginginkan keberadaanmu di sini. Tapi takdir. Aku dan Jungkook hanya berusaha untuk tetap berada di tubuh masing-masing. Kau tau maksudku kan Seehi?"
Kali ini laki-laki itu berjalan ke arah Jiyoon, senyum manisnya mengiringi langkah menuju ke tempat di sampingnya.
"Yeobo, apa dia berbuat baik?" Jiyoon hanya diam tanpa berniat menjawab.
"Jawab aku atau teman barumu itu yang merasakan akibatnya.""Maumu apa Taehyung? Jangan gila." Kini Jiyoon menjawab dengan suara melirih.
"Aku mau kau patuh dengan perintahku.""Aku lelah." Jiyoon memandang Taehyung dengan pandangan memohon.
Taehyung mengerjap,
"Aku akan menyuapimu."
Sekarang hanya tersisa Taehyung yang menyuapi Jiyoon, dan Seehi yang makin bingung dengan keadaan. Sampai suara pintu terbuka mengalihkan atensi mereka bertiga. Dia Jungkook."Kau pilih kasih hyung, biar aku yang menyuapimu Seehi." Jungkook berjalan ke arah Taehyung tanpa mengalihkan pandangan dari Jiyoon.
Saat tangannya berhasil meraih salah satu mangkuk di dekat Taehyung, Jungkook bergegas menuju ke arah Seehi."Kau tau? Aku juga benci di sini. Aku merasa sendiri." Jungkook berbicara serius sembari menyuapi Seehi.
"Yang harus kau tau, kau harus punya tenaga jika ingin melawan. Ada banyak hal kedepannya nanti. Kau perlu beradaptasi, seperti Rara mungkin?" Sinis Jungkook.
"Habiskan makanmu sendiri. Jangan berulah. Aku pergi." Seehi diam kebingungan atas apa yang dari tadi terucap dari mulut Jungkook.
"Jangan gila, Seehi." Seehi berujar sambil menggelengkan kepalanya. Sekali lagi dia menengok ke arah pintu yang tadi dilewati Jungkook. Kali ini, Seehi mulai paham alurnya.
Stay Aware -end-
Next?
First story nih :)...
Kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan, Terima kasih. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
EVADERE
Fanfiction"Apa harapan terbesarmu sekarang?" -Anonym- "Berdiri di masa lalu. Jika itu terjadi, dengan senang hati aku akan mengubah sudut pandangku kala itu. Hanya duduk di bangku penonton, tanpa berperan di dalamnya." -Lee Seehi- Kehidupan seorang Lee Seehi...