Suara tetesan darah jatuh ke atas lantai mengisi kekosongan didalam ruangan yang cukup besar dan sedikit gelap. Tidak ada siapapun didalam ruangan itu, hanya ada seorang wanita dengan kondisi tubuh yang sudah ambruk. Ia sedang berusaha mengatur napas yang kian menyingkat dan sudah tak mampu mengeluarkan jeritannya. Akibat pita suara yang mulai tak berfungsi karena terus dipaksa keluar. Perih menjalar keseluruh tubuhnya. Hampir tak terasa lagi, karena tubuhnya sudah mulai mati rasa. Kedua kaki dan tangan nya sudah kebas karena lama terantai. Tubuh nya tergantung, kedua sayap nya yang lebar pun sudah tak terlihat indah. Terlihat sayup, dan menyedihkan. Entah apa kesalahan yang dibuatnya hingga mendapat kan hukuman sekeji itu.
Darah terus mengalir dari kepala. Membasahi lantai dibawahnya. Suara pintu yang terbuka, menyamarkan suara tetesan dari yang terjatuh berkali-kali.
Ketika seseorang masuk dan mulai mendekat, suara tetesan itu pun sudah tak terdengar sama sekali, karena tertupi oleh suara jejak kakinya.
Seorang pria berjalan dengan santai ke arah wanita itu sembari membawa cambukan yang masih tampak layak untuk digunakan, meski sudah berkali-kali cambuk itu dilayangkan ke tubuh wanita tersebut.
"B-beri aku kesempatan, a-aku mohonn" lirih wanita itu tak mampu lagi mengangkat kepalanya
Seakan-akan tak ada yang bicara, pria itu tak menggubris perkataan yang sudah menusuk telinga nya berkali-kali. Cambukan ditangan nya kembali ia layang kan, membuat wanita itu menggeliat menahan sakit.
Sungguh menyedihkan jika dilihat secara langsung dan membuat siapa saja kegeraman melihat pria tak berperasaan tersebut. Namun sampai sejauh ini, tidak ada yang bisa berbuat sesuatu karena hal tersebut menyangkut peraturan, dan kesalahan yang telah ia buat secara sengaja.
"Kau telah melupakan peraturan yang sudah ditentukan, dan ini hukuman yang akan kau terima. Berhenti memohon!" Tegas pria itu, ayahnya.
"A-ku mohonn"
Plak!!!!!
"A-ku-.."
Plakk!!!!
"Ayah!! Hentikan! Hiks-" lengkingan seorang anak kecil membuat pria itu berhenti melayangkan cambuk nya.
"Apa ayah mau membunuh anak ayah sendiri? ayah tega melakukan itu?"
"Masuklah! ini bukan urusan mu, kau mau diperlakukan seperti nya?"
"Lakukan saja, aku tidak takut. Ayah terlalu egois dan terlalu mengutamakan peraturan itu"
"Ayah bilang diam, dan masuklah Ella! Biarkan kakak mu mendapat kan hukuman, dia pantas mendapat kan ini"
Gadis kecil itu menggeleng dengan tatapan nanar, ia sangat sedih saat melihat kondisi sang kakak yang sudah tercabik-cabik dengan cambukan tersebut. Kedua mata nya memerah, terlihat hendak menangis. Ia sudah sangat siap untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh kakak nya itu.
"Lakukan juga itu kepada ku"
"E-lla.."
Pria itu kembali menatap pintu melihat ketiga anak nya yang lain masuk kedalam ruangan tersebut. Mereka sebetulnya tak berani untuk menentang kehendak sang ayah. Namun, si adik bungsu sudah bertindak lebih dulu. Mau tak mau mereka juga harus melakukan kewajiban untuk melindungi, atau ikut merasakan penderitaan sang adik.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FALLEN | JENLISA [E-BOOK]
Fanfiction[GxG] High Rank: 1 #GxG (22/06/21) 2 #Jenlisa (05/01/22) 3 #Jensoo (08/11/21) Beban nya bertambah, ketika sosok gadis aneh masuk kedalam hidup nya. Dan sial nya, ia harus jatuh hati pada sosok gadis yang tak diketahui asal-usul nya itu.