CHAPTER 4

3.5K 701 50
                                    

Jennie menoleh kearah seorang wanita yang datang menghampirinya. Sedangkan sang penjual pun langsung membungkus kue ikan itu dan memberikannya ketangan Jennie.

"Terima kasih" ujar sang penjual, saat diberi sejumlah uang oleh sosok wanita berbaik hati disamping Jennie.

Wanita itu langsung menghadap kearah Jennie, menatapnya tanpa ekspresi saat Jennie membungkuk. Jennie benar-benar berterima kasih, sehingga ia merasa beruntung telah dipertemukan oleh sosok Jisoo hari ini.

.
.

Mereka berada disebuah taman, duduk saling bersebelahan disebuah bangku panjang. Hanya untuk memastikan, Jisoo mengajaknya kesana untuk berbincang kecil. Lantaran ia yakin, jika Jennie bukanlah seorang gelandang, walau penampilannya sulit dijelaskan. Pakaiannya bersih, kulitnya tampak mulus dan terawat, tidak ada keterangan yang menunjukkan bahwa dia adalah gadis jalanan. Namun, tidak ada wanita normal yang keluar dengan memakai sandal rumahan dan celana yang tampak kepanjangan. Kecuali, dia sedikit tidak waras. Atau, dia tersesat.

"Kau punya tempat tinggal?" Tentu, Jennie mengangguk dengan semangat.

"Dimana rumahmu?" Jisoo mengamati pergerakannya, yang saat ini sudah menggigit kue ikannya sambil menulis sesuatu dengan cepat.

Jennie: Dibelakang restoran, tak jauh dari sini.

Jisoo menghela napas, kemudian kembali memandang kearah depan.

"Kau yakin kau tidak tersesat?" Jisoo ragu, tetapi Jennie mulai terdiam sambil melempar pandangannya keseluruh penjuru taman. Sejujurnya, ia tidak tahu dari arah mana ia datang. Jennie tidak ingat jalan pulang

Jisoo semakin yakin, jika gadis yang sedang bersamanya saat ini memiliki sedikit gangguan kejiwaan.

"Habiskan makananmu, aku akan menghantarkanmu pulang" spontan Jennie menatap kearahnya, memberi tatapan tegas. Jisoo pun menoleh kemudian melihat kearah tangannya yang sedang menulis.

Jennie: Tapi aku harus membeli stok makanan, persediaan makananku sudah habis.

"Bagaimana kau bisa membelinya, uang saja kau tidak punya"

Jennie menunduk sedih. Sementara Jisoo menghela napas sambil menyilang kedua tangannya.

.
.

Lisa terduduk disebuah halte. Berniat untuk mengistirahatkan tubuhnya dari perjalanan panjang. Ia sudah mencari lowongan pekerjaan dan melamar kerja dimanapun, tetapi tidak ada satu pun yang mau menerimanya.

"Mengapa sulit sekali mencari pekerjaan" keluhnya.

"Kalau aku tidak bekerja, aku tidak bisa merawatnya, dia butuh pakaian dan juga makanan"

"Hah.. mengapa dia harus terikat padaku, merepotkan saja!"

Lisa berhenti mengeluh, kemudian menatap arloji ditangan kirinya. Waktu telah menunjukkan pukul 12.00 siang, Lisa pun menghela napas dan kemudian bangkit untuk terus mencari sampai ia mendapatkan pekerjaan.

***

Dilarut sore, Jennie pulang membawakan kantung belanja dikedua tangannya. Ia merasa senang, karena telah dipertemukan dengan orang baik seperti Jisoo. Ternyata, tidak semua manusia dibumi itu buruk seperti apa yang selama ini dibayangkan oleh para makhluk kahyangan.

Jennie berjalan menaiki tangga. Senyumnya mengembang, namun menghilang seketika saat melihat Lisa tengah berdiri menghadap kearah perumahan dibawah sana. Auranya tampak berbeda, sepertinya Lisa sedang kesal. Terlihat jelas dari kedua tangannya yang menyilang dan raut wajahnya yang begitu dingin.

THE FALLEN | JENLISA [E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang