CHAPTER 8

3.3K 659 54
                                    

Jennie pov

Aku.. tidak boleh jatuh cinta. Tidak, mungkin akan lebih baik lagi jika dia tidak jatuh cinta padaku. Sekarang, bagaimana aku harus berhadapan dengannya? Apa yang harus kulakukan?. Menatap wajahnya saja aku tidak sanggup. "Harusnya aku menghilang saja" desah ku dalam hati,

Kuharap dia tidak berpikir yang aneh saat aku menutup mata tadi. Benar, mungkin dia tidak akan berpikir sejauh itu. 

Kini, aku sudah berada tepat dihadapannya. Rasanya benar-benar canggung dan ini memalukan, bahkan aku tak layak untuk bernapas. Kenapa aku harus menyukai manusia terlebih-lebih lagi dia seorang wanita. Jantungku tidak bisa diajak bekerja sama. Dia hanya makan, dan aku terus-terusan salah tingkah dihadapannya. Bagaimana cara menghentikannya?

"Tadi-" Aku terdiam, menatap langsung kearah wajahnya. Dia akan bertanya mengapa aku terpejam?. 

"Apa ada yang datang kerumah?" sadarlah, kau hanya berpikir terlalu jauh, Jennie. Aku menggeleng dengan cepat, kemudian dia menghela napas sambil menaruh sendok makannya diatas meja. Ada apa? Mengapa aku khawatir.

"Syukurlah" dia menghela lega, tetapi seperti ada sesuatu yang tertahan dari wajahnya. Aku mencoba untuk mengabaikan, dan kembali lanjut menghabiskan makananku.

"Kau tidak merindukan rumahmu?" tanya nya, dan lagi-lagi membuat kepalaku kembali menegak. Kenapa dia gemar sekali melontar kata yang tak terduga. Perasaanku terus diaduk dengan perkataan yang terkadang membuatku merasa senang, dan juga merasa sedikit tidak nyaman, seperti saat ini. Bagaimana aku bisa kembali? Dan merindukan keluargaku, kalau mereka saja sudah tak menginginkan aku lagi. Aku hanya diam, tak memberi jawaban kepadanya sedikitpun. Karena memang, aku tidak tahu harus menjawab apa.

"Bagaimana caraku mengantarkanmu pulang?" tubuhku membungkuk lemas, secara tidak langsung aku telah mendapatkan jawaban, bahwa dia tidak menyukaiku dan benar-benar menganggap aku sebagai orang asing. Aku telah dibuat jatuh cinta olehnya dan aku tak berharap dia memiliki perasaan yang sama. Aku hanya ingin diperlakukan seperti teman. Seperti hal nya dia dengan Chaeyoung. Seharusnya aku lega, karena dia tidak tertarik padaku, tapi mengapa aku merasa sedikit terluka? apa aku hanya beban baginya? Apa aku merepotkannya?

Tetapi disisi lain, aku juga tidak tahu caranya, bagaimana aku bisa kembali ke sana. Tanganku meraih buku dan pena pemberiannya, kemudian aku menuliskan sesuatu tanpa tergesa-gesa.

"Apa kau benar-benar ingin mengantarkan aku pulang?" tanyaku, sembari menunjukkan buku kehadapannya. Dia pun langsung mengangguk dengan yakin

"Kau tidak bisa pulang karena sayap mu hanya sebelah, benarkan?" aku mengangguki pertanyaannya

"Apa sayapmu tidak bisa tumbuh lagi?" tumbuh? Itu konyol. Jika seseorang mengalami kecelakaan dan harus kehilangan satu tangannya, apa tangannya akan tumbuh kembali? Aku sama seperti manusia. Bisa terluka, dan mati kapan saja.

Kepala ku menggelengi pertanyaannya, kemudian kembali menulis didalam buku ku.

"Jika aku merepotkanmu, aku akan pergi" ekspresinya seketika berubah, seolah menegaskan jika dia tak bermaksud untuk mengusirku.

"Tidak, kau tak merepotkanku. Tapi, kau tidak boleh menyentuh barang-barangku seperti tadi. Kanvas itu kudapatkan dari pamanku yang meninggal beberapa tahun lalu. Aku menyimpannya, karena ku pikir aku bisa menjadi seorang pelukis sepertinya" aku menunduk, lagi-lagi aku membuat kesalahan yang fatal.

"Tapi ternyata aku tidak punya bakat dibidang seni. Aku tak memarahimu, tapi aku hanya memperingatimu. Hampir semua barang yang kumiliki, memilki arti tersendiri. Sejujurnya, aku tidak suka seseorang mengusik barang-barangku. Tapi karena kau makhluk asing, aku memaklumimu" makhluk asing, aku hampir lupa soal itu. Mana mungkin dia mau memperlakukanku seperti teman. Apalagi memandang ku sama seperti Chaeyoung. 

THE FALLEN | JENLISA [E-BOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang