KAMU....!!!", spontan kami berdua saling tunjuk dengan ekspresi kaget campur kesal.
Gadis itu hendak melangkah maju mendekatiku...ohh tidak, ini berbahaya!
"STOP...!!! Tetap di situ!", tegasku sambil merentangkan tangan kiriku di depan dada. Aku lalu meringis melihat penampilan gadis itu. Lihat saja rambut ikal panjangnya yang dia ikat asal, belum lagi keringat di dahinya yang membuatnya semakin gak banget deh buat ngeliatnya.
"Pipin....!!! Ya Alloh kamu kenapa sih gak bisa bikin ulah satu hari ajah...".
Baru saja gadis itu akan melancarkan serangan mautnya tiba-tiba datang seorang wanita yang saya kenal sebagai pelayan senior di cafe tempat kami nongkrong tadi.
"Habisnya cowok ini nih yang rese mbak'", bela si cewek yang dipanggil Pipin oleh mbak Nira tadi.
Lhaaa....aku dia bilang rese', sementara yang nabrak kan dia. Aku hanya bisa mengucap istighfar dalam hati. Dalam sehari aku sampai 3 kali bertemu gadis ini dan selalu saja diwarnai dengan insiden yang tidak menyenangkan. Sepertinya dia terlahir untuk menjadi cobaan hidupku.
"Maaf bang Arkhi, Pipin ini memang suka ceroboh", ucap mbak Nira sambil cengengesan. Sepertinya dia tidak enak hati dengan ulah bawahannya yang malah nyalahin aku.
Pipin menatap mbak Nira hendak protes namun dibalas pelototan oleh mbak Nira dan membuat gadis itu hanya bisa bungkam.
"Ehmm...gak apa-apa mbak. Ngomong-ngomong ini kotak snacknya mau dibawa kemana?", tanyaku setelah melihat mbak Nira yang lagi menenteng sekantong besar kotak snack.
"Oh ini mau dibawa ke masjid bang buat buka puasa bersama jamaah nanti. Ini sudah jadi kegiatan rutin, Pak bos kami setiap hari senin dan kamis menyediakan snack untuk buka puasa".
"Oh...maa syaa Allah", ucapku takjub. Gak nyangka kalau pemilik cafe langganan kami ternyata dermawan juga.
"Tadinya mau dibawa pake kantongan bang, tapi kantongannya kurang jadi masih nunggu teman buat beli kantongannya. Eh sama si Pipin malah langsung inisiatif bawa pake ditumpuk di tangan saja dan beginilah jadinya", omel mbak Nira sambil bantuin Pipin mengumpulkan kotak-kotak yang masih berserakan. Dan untungnya kue-kue di dalam kotak tersebut sudah dikemas dalam plastik jadinya aman tinggal dimasukin lagi ke dalam kotaknya.
Setelah tersusun rapih, aku pun berinisiatif untuk ikut membantu membawa sebagian kotak snack tersebut ke dalam masjid.
"Tolong sampaikan ucapan terima kasih kami kepada Pak Fahri untuk sumbangan buka puasanya mbak Nira", ucap pria berpeci putih itu kepada mbak Nira.
"Baik Pak Arif, nanti saya sampaikan Pak. Kami permisi dulu mau kembali ke cafe", pamit mbak Nira dengan sopan.
Kami bertiga pun mohon pamit setelah menyerahkan kotak snack kepada pengelolah masjid.
"Mbak Nira ana cabut duluan", pamitku ke mbak Nira sambil melirik sekilas ke arah gadis yang berdiri di samping kiri mbak Nira dengan ekspresi betenya.
"Oh iya bang, makasih lho udah bantuin tadi", balas mbak Nira ramah sambil menyenggol lengan Pipin yang entah apa maksudnya.
"Eh, e makasih juga...em Pak", ucap Pipin ragu. Sepertinya dia gak ikhlas banget buat bilang makasih sama aku.
"Sama-sama mbak", balasku sambil tersenyum tipis kemudian beranjak menuju mobilku dan melaju kembali pulang ke kandang.
*****
"Assalamu'alaikum Pak Toto", sapaku ketika baru saja memarkir mobilku di halaman depan."Waalaikum salam den Arkhi, baru pulang?", jawab Pak Toto suaminya beib Lailah yang ikut bekerja buat bantu-bantu mengurus dan jagain rumah. Mereka aku percayakan untuk mengurus rumah dan mereka pun selalu bisa diandalkan. Beruntung rasanya aku bisa dipertemukan oleh sepasang suami istri yang jujur dan tidak sombong, mana suka menabung lagi. Abaikan...
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hair
Short StoryKarkhi Masaid Hanif, polisi tampan keturunan Arab. Gentle dan jago karate, tapi suka ngeri dengan rambutnya sendiri karena trauma masa lalunya. Ketika dia dipertemukan dengan gadis cantik Vivianne Mataya Syarif yang notabene memiliki rambut yang sam...