Menghilang

170 4 0
                                    

Ana siap jadi ayahnya..."

"Gue siap jadi papanya babe.."

Ucap aku dan Donny bersamaan dan berhasil membuat Lia dan tante Wina terperangah...

Aku dan Doni saling berpandangan lalu beralih menatap Aliandra.

"Gue aja Li, gini-gini aura kebapakan gue bisa keluar juga koq kalo sama anak kecil", Doni tanpa malu mulai mempromosikan dirinya.

"Ana juga bisa koq jadi bapaknya...", balasku gak mau kalah.

"Ehhh...gak bisa, loe kan dari dulu tidak pernah membalas perasaan Lia", mulai sewot dia sampe bawa-bawa perasaan segala.

"Ana kan hanya megang prinsip akan menjalin hubungan dalam ikatan halal".

"Alaahhh...alibi loe aja tuh onta Arab. Gue aja Li, gue kuat koq buat begadang kalo si baby Doni junior rewel tengah malam", nah semakin gak jelas aja ni mahluk satu.

"Eh kadal gurun, enak aja loe langsung ngecaplok nama loe di baby nya Lia. Dasar bahlul loe...", lama-lama kan emosi juga aku jadinya.

"Pokoknya gue yang paling cocok jadi papanya si baby. Titik..!!!"

"Ana juga cocok koq...!", balasku mulai ngotot juga.

"Gue...!

"Ana...!!

"Gueeee...!!!

"STOP...!!!", teriakan Lia membuat kami terdiam dan fokus melihat ekspresi emosinya yang sedari tadi tidak kami sadari.

"Loe pada kenapa sih?? Kalian pikir ini adalah perkara gampangan hah??!!! Kalian anggap semudah itu memutuskan begitu saja??? Kalian gak mikir apa gimana perasaan keluarga kalian??? Ini AIB...!!!", suara Lia lantang dengan napas yang memburu.

Kami pun hanya bisa terdiam.

"Lagian loe pada koq keGeEr-an banget sih. Kalian kira gue akan terima kalian begitu saja???", Lia menggelengkan kepalanya dengan mata yang sudah tergenang cairan bening.

"Lia, ana...", aku berusaha menenangkannya.

"Tidak! Cukup Arkhi!", Lia mengangkat tangan kanannya untuk menghentikan ucapanku.

"Gue...aku tahu kalian sangat peduli sama aku. Kalian begitu sayang kan sama aku?! Tapi tidak begini caranya", Lia menarik nafasnya dalam.

"Gue hanya merasa paling bertanggung jawab atas kejadian naas malam itu Li. Gue yang tidak becus menjalankan tugas dan membuatmu jadi korban", suara Doni kini terdengar lirih.

"Tidak Don, ini bukan salahmu. Semua sudah menjadi takdir aku".

"Tapi ijinkan kami membantumu Lia. Ana in syaa Allah ikhlas koq untuk menanggung bebanmu".

"Tapi tidak dengan mengorbankan dirimu. Kamu tahu kan kalo dari dulu aku ada rasa sama kamu?! Tapi aku gak seegois itu. Kamu berhak mendapat yang lebih baik Arkhi, dan yang jelas itu bukan diriku."

Mata Aliandra kembali berkabut. Sementara tante Wina hanya bisa terisak melihat adegan yang terjadi di hadapannya.

"Ana tulus Lia...", kalimatku terhenti dengan Lia yang kembali mengangkat tangan kanannya untuk menyelaku.

"Aku tidak pernah meragukan itu Arkhi. Dari dulu aku hanya merasa nyaman denganmu. Kamu yang selama ini dengan tulus menjagaku, selalu ada buat aku. Tapi maaf...untuk kali ini biarkan aku mengandalkan diriku sendiri."

"Gu...gue juga tulus koq...", cuit Doni dengan muka sok polosnya.

"Gue tahu Don, tapi gue gak mau membuat para wanitamu patah hati", kini Lia membalasnya dengan kekehan kecilnya.

The HairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang