Setelah mengakhiri panggilan teleponnya, Pak Toto lalu beralih menatapku.
"Maaf den Arkhi, malam ini bapak dan Pipin harus balik ke kampung juga."
"Apakah tadi itu beib Lailah? Ada apa sebenarnya? Kenapa bapak tidak barengan saja tadi pulangnya?"
"Iya den, bi Lailah sementara dalam perjalanan trus dapat telepon dari kampung, katanya kakaknya sudah semakin memburuk kondisinya. Jadi kami harus berangkat malam ini juga den."
"Ini sudah hampir larut malam lho Pak, apa tidak sebaiknya menunggu pagi dulu berangkatnya?"
Aku menoleh sekilas ke Pipin yang hanya terdiam sedari tadi. Kulihat matanya yang sembab dan wajahnya yang lesu, sangat berbeda dengan penampilannya kemarin-kemarin yang terlihat selalu bersemangat.
"Sepertinya tidak bisa kami tunda den karena ini permintaan kakaknya bi Lailah sendiri."
"Baiklah, ana akan mengantar kalian untuk menunggu mobil di perbatasan."
Biasanya juga akan ada bus malam yang melintas dari luar kota menuju kampungnya beib Lailah. Perjalanan yang akan mereka tempuh cukup jauh, memakan waktu lebih kurang 8 jam.
"Baik den, terima kasih atas bantuannya. Kami balik ke kontrakan dulu untuk berkemas."
Aku pun mengantarkan mereka dulu untuk berkemas, dan selang 10 menit kami bergegas menuju perbatasan untuk menunggu bus malam yang akan lewat.
Setelah menunggu sekitar 20 menit akhirnya sebuah bus dari luar kota melintas dan kami pun menghentikan bus tersebut. Syukurlah karena masih tersisa 2 kursi penumpang yang kosong.
"Den Arkhi, kami pamit dulu yah den. Doakan semoga kami selamat sampai di tujuan," pamit Pak Toto sambil menyalami tanganku.
Sementara Pipin masih terdiam dengan ekspresi yang tidak bisa ku tebak. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini.
"Baik Pak Toto, titip salam ana buat keluarga Pak Toto di kampung. Oh yah ini ada sedikit bekal buat bapak," ucapku sambil menyelipkan sebuah amplop berisi sejumlah uang ke tangan Pak Toto.
"Aduh den, jangan. Kami gak enak sudah banyak merepotkan den Arkhi," tolak Pak Toto.
"Gak apa-apa Pak, ini tidak seberapa. Semoga bisa sedikit membantu."
Akhirnya Pak Toto pasrah dan menerima amplop itu kemudian menyimpannya di saku depan bajunya.
"Terima kasih banyak den atas bantuannya," pak Toto kembali menyalamiku sambil menunduk sopan.
"Sama-sama Pak, jangan lupa kasih kabar jika sudah tiba ya Pak ."
"In syaa Allah den, kami pergi dulu... assalamu'alaikum."
"Waalaikum salam..."
Pak Toto pun segera naik ke bus dan diikuti oleh Pipin. Namun baru saja Pipin naik di dekat pintu bus, dia lalu berbalik ke arahku dan terdiam sesaat.
"Terima kasih...Pak.. Polisi...," ucapnya sedikit canggung, setelahnya dia lalu dengan cepat berbalik lagi dan berjalan ke tempat Pak Toto duduk.
Tidak lama bus pun melaju membawa para penumpang yang sebagian besar sudah tertidur pulas.
Aku pun beranjak pulang untuk merebahkan tubuh lelahku. Esok hari harus berkutat lagi dengan kasus Lia yang belum juga menemukan titik terangnya.
*****
Siang ini, seminggu berlalu setelah pemeriksaan tes DNA forensik atas kasus pemerkosaan yang menimpa Aliandra, dan kini hasil tes DNA itu sudah keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hair
NouvellesKarkhi Masaid Hanif, polisi tampan keturunan Arab. Gentle dan jago karate, tapi suka ngeri dengan rambutnya sendiri karena trauma masa lalunya. Ketika dia dipertemukan dengan gadis cantik Vivianne Mataya Syarif yang notabene memiliki rambut yang sam...