3

270 106 94
                                    

Mata itu menjadi bukti, bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan rupa yang indah. Contohnya, kamu.

"Kembalikan dasi ku Calrissa bodoh!" Aqilla berteriak sambil berlari pelan mengejar Clarissa yang pergi dengan membawa dasi sekolah nya itu. Disusul dengan Keyra yang hanya berjalan santai di sekitaran lapangan basket. Melihat adegan kejar kejaran itu, membuat Keyra,si gadis cantik itu tertawa. Lelah melihat kedua nya yang bertingkah seperti kartun Tom and Jerry, ia lebih memilih untuk duduk disalah satu bangku taman yang terletak tepat di bawah pohon yang rindang, tetapi masih memberikan celah untuk matahari masuk.
Pandangan nya tertuju pada sekumpulan lelaki yang sedang bermain basket di lapangan yang berada tak jauh dari tempat duduknya.

Menurut pandangannya, tak ada yang menarik dari sekumpulan lelaki yang berada di lapangan basket itu, tetapi mengapa banyak siswi yang memandangi mereka dengan kagum?

'Ah, untung saja aku tak sama seperti mereka, kalau tidak mungkin aku sudah dicap sebagai anak baru yang centil haha' ucapnya dalam hati

Saat sepasang indra penglihatannya mengarah ke atas, tepatnya lantai paling atas dari sekolah itu, ia melihat sosok laki-laki yang pada saat itu juga melihat tepat ke arahnya. Dia adalah lelaki misterius yang sekarang menjadi teman sebangkunya. Tatapan matanya yang tajam, menginterupsikan kata 'danger', tapi seolah tidak perduli, dia tetap menatap sepasang yang mempunyai spektrum warna itu. Bohong jika ia berkata bahwa mata itu tidak layak dipandang. Sepasang mata itu begitu menghanyutkan dirinya. Hingga ia tak sadar, beberapa orang disekitar nya meneriakkan kata "awass, ada bola" kepadanya. Tak sadar dengan apa yang terjadi, dia hanya melirik kearah suara samar-samar yang dia dengar tadi, hingga benda bulat itu menghantam keras kepala nya.

"Aww, sakit gila" ingin rasanya ia memaki siapapun yang sudah melemparkan bola itu kepadanya. Pandangan nya melihat kepada seorang laki-laki dengan tinggi semampai, pakaian yang berantakan, dan keringat yang bercucuran, membuat sang empunya keringat menjadi tampan, seketika. Oh tidak-tidak, dia memang tampan. Tapi, apapun itu aku harus tetap memarahi nya.

"kamu gapapa?" lelaki itu coba untuk menunduk melihat kearah kepala gadis itu.

"Punya mata ya dipake, ini sakit tau. Pake nanya segala!" omel gadis itu

"Maaf-maaf, saya ga sengaja. Mana yang sakit?" lelaki itu mencoba untuk bertanya lagi

"Noh, jidat aku sakit. Pake nanya lagi" Seperdetik kemudian, ia teringat akan penglihatannya tentang lelaki misterius itu. Saat memandang ke atas, tempat dimana pandangan mata mereka bertemu, namun spektrum mata itu tidak ada lagi disana. Ia menyesalkan  kejadian bola bodoh tadi.

"Hei, kamu sudah tidak apa apa kan?" Pria itu melambai-lambaikan tangan nya tepat di depan wajah gadis itu.

Plak!

"Singkirin tangan mu, dari muka saya. Keburu fans kamu menikam mati saya" Gadis itu beranjak pergi dari bangku taman itu menuju Ruang Uks. Meninggal kan sejuta kebingungan yang tercipta dibenak lelaki tadi.

Sepeninggalan Gadis itu, pria yang bernama Adrian Reygan itu berbalik arah menuju lapangan basket, tempat dimana teman-teman nya menunggu dia kembali. Dua langkah lagi, ia akan sampai tepat didepan teman-teman nya, namun satu pertanyaan sudah keluar dari mulut manis seorang Degra Alfonso, si wakil ketua Osis SMA Garuda Bangsa.

"Lama amat sih?"

Adrian hanya mengangkat bahu, tanda tak tahu. Lalu berjalan santai menuju bangku yang sedari tadi sudah diisi dengan siswi-siswi yang menonton permainan basket mereka. Menatap beberapa botol minum yanh disodorkan untuknya. Dengan senang hati ia mengambil air tersebut, lalu menuangkannya diwajahnya. Lalu pergi meninggalkan lapangan, diiringi tatapan senang karena seorang Adrian, Ketua Osis SMA Garuda Bangsa itu merespon niat baik mereka untuk memberikan air minum, walau hanya dijadikan sebagai air pencuci muka.

HENKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang