7

41 5 1
                                    

Sekuat, bahkan sekejam apapun seseorang, mereka tetap memiliki kelemahannya masing-masing, termasuk kau.

"Ada gerangan apa Tuan Arkan meminta Tedi yang gans ini untuk datang dihadapan Tuan? Adakah kiranya Tuan merindukan hamba?" Tedi, pria itu datang dan mengacaukan pikiran Elzhavar

"Kenapa kau begitu alay? Pantas saja tidak ada wanita yang ingin bersamamu!" tukas El. Pria yang dikatainya itupun segera menghampiri bos nya itu, "Eitsss slow dong bosquee, tadi aku baru saja bertemu dengan ratu kebabku, masih muda, putih, cantik, matanya yang indah, uhm nikmat Tuhan manalagi yang mau kau dustakan bosquee?" ucapnya menggoda, sedangkan El yang digodanya terlihat biasa saja.
"Kau pikir aku peduli?" Merasa tertampar dengan ucapan bosnya itu, ia pun memalingkan wajahnya, "Huh! Padahal aku baru saja ingin menjodohkannya denganmu, tapi yasudah lah, kau tidak pantas dengannya!" Elzhavar melongo mendengar penuturan Pria tua itu, "Hei, siapa yang kau maksud tidak pantas?" Pria itu bangkit berdiri, "Kau!" setelah mengucapkan kata itu, segera saja dia lari layaknya banci
"Aww takut, bos Arkan marah awwww," ledeknya
"Kurang ajar!" kesalnya
'Kenapa dari dulu aku tak membunuh dia saja ya?' gumamnya
Elzhavar memalingkan wajahnya ke samping, memikirkan Keyra, "Gadis itu sangat manis-" Elzhavar menggeleng-gelengkan kepalanya, "Tidak-tidak, apa-apaan kau ini El, mereka tak pantas mendapatkan kasih sayang darimu, karna kau sendiripun tak pernah mendapatkan kasih sayang semenjak Papa Mama meninggal terbunuh," ucapnya bermonolog. Seketika ingatannya kembali muncul.

Flashback

"Ama sama Appa pergi sebantar aja kok sayang, Arkan main sama Ka Varel dulu ya, nanti pulang kerja Ama sama Appa ajak main Arkan kok, iya kan Pa?" bujuk wanita berusia 30 tahun itu
"Iya Arkan sayang, Appa kan harus kerja, biar Arkan bisa makan enak terus," Samuel Athamajaya, Ayah dari anak kecil yang dipanggil Arkan itu. Ibunya bernama Meyra Athamajaya. Sepasang suami istri yang bekerja diperusahaan Athamajaya Group. Tidak tega sebenarnya jika harus meninggalkan anak semata wayangnya itu, tapi bagaimana pun juga mereka harus bekerja, sembari menunggu surat pengunduran diri Meyra. Ya begitulah kesepakatan mereka. Biarlah Samuel yang bekerja sendirian, dan Meyra mengurus Arkan dirumah, 'Arkan juga butuh kasih sayang dari orang tuanya,' pikir Meyra.
"Hm, ya dehh," pasrah Arkan
"Nah gitu dong, ntar main bareng Ka Varel ya, jangan nakal loh," Samuel, memeluk dua anak lelaki itu,
"Varel, jaga Arkan ya," Varel mengangguk, "Iya Om."
Sepasang suami istri itu melambaikan tangan, perlahan mobil mereka bergerak menjauh, meninggalkan dua anak lelaki itu.

◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾

Waktu sudah menunjukkan pukul 4 sore, dua anak lelaki itu tetap bermain, hingga kelelahan Arkan dan Varel bersandar dibawah pohon
"Ka Palell, Ama sama Appa kemana sih? Lama banget pulangnya, padahal Alkan tuh pingin main sama Ama Appa!" Ucap anak lelaki berumur 5 tahun itu. Varel yang mengerti bagaimana rasanya kesepian itu pun paham apa yang dirasakan anak kecil itu. Apalagi semenjak Mamanya meninggal, dan kini digantikan dengan Mama tirinya yang menyimpan banyak kebusukan. Usia Varel sudah 10 tahun, tapi sudah merasakan kesepian, dipukul bahkan disiksa oleh ibu tirinya. Tapi ia sendiri tak pernah melapor kepada Ayahnya, melainkam melapor pada Ayah Arkan, itu juga karena Ayah Arkan yang memaksa Varel.
"Kan tadi udah dibilang, Ama sama Appa kerja, biar Arkan punya banyak mainan, makan enak," ucap Varel
"Engga Ka Palel, Alkan gamau mainan, ataupun makanan, Alkan maunya main sama Ama, sama Appa jugaa" rengek Arkan
"Iya nanti ya Adek Kaka yg gantenggg," Varel me cubit hiding munggil Arkan, "Untuk sementara, Arkan main Sama Ka Varel dulu yaa, bentar lagi Ama sama Appa pulang kok," Varel menenangkan Arkan,
"Hm, Yaudah deh," balas Arkan dengan kecewa

Varel selalu menemani Arkan,mengawasinya saat bermain, layaknya seperti adik sendiri. Sementara mengawasi Arkan bermain, mata Varel melihat Bi Mina yang menatap sendu Arkan, segera saja Bi Mina datang dan langsung memeluk Arkan. Varel yang kebingungan, langsung bertanya pada Bi Mina
"Ada apa Bi? Kok Bibi nangis?"
Tak kuasa menahan kesedihan Bi Mina, Varel ikut memeluk Arkan
"Ini ada apa si?Kok ada sesi peluk pelukkan?" tanya Arkan dengan kebingungan. Bi Mina melepaskan pelukan, mengusap lembut kepala Arkan
"Den Arkan yang sabar ya," Varel yang tak asing dengan kalimat itu pun langsung menduga-duga, pasalnya dahulu saat Mamanya meninggal Bi Mina juga mengatakan hal yang sama.
"Ada apa Bi?" ucap Varel dengan panik
"Hikss... Hikss, Nyonya dan Tuan meninggal, dibunuh oleh orang," tangis Bi Mina semakin menjadi-jadi.

Flashback off

"Pa..., Ma..., Arkan rindu kalian. Ka Varel, Kaka dimana? Arkan butuh Kaka," lirihnya.
Tedi melihat kesedihan bosnya itu, ia sendiri sudah mengikut Arkan sejak bosnya kelas 6 Sd, disaat itupula ia bercerita bahwa ia berpisah dengan lelaki yang dipanggilnya Ka Varel, semenjak itu Arkan menjadi pendiam, pemarah, pendendam, bahkan sekarang sudah menjadi pembunuh bayaran. Sangat disayangkan, masa kecilnya yang suram membuat Arkan tumbuh menjadi seperti sekarang ini, Tedi sendiri tidak ingin Arkan tumbuh menjadi seorang pembunuh bayaran, tapi bagaimanapun juga ia tetap setia menemani bosnya itu.

Tedi berjalan mendekati Arkan, menepuk bahunya dengan pelan
"Sepertinya bos kecil ini butuh refreshing?"
Arkan yang dikejutkan dengan kehadiran Tedi pun terlonjak dan langsung menghapus air matanya.
"Tak perlu kau hapus, aku sudah melihatnya. Sekuat, bahkan sekejam apapun orang, mereka tetap memiliki kelemahannya masing-masing, termasuk kau," Arkan berdiri, memeluk Pria yang sudah lama menemaninya itu, "Terimakasih..." ucapnya lirih
"Sudah, kali ini kau ku traktir makan kebab langgananku. Kau tau, aku belum puas makan kebab tadi, apalagi tadi ditemani ratu kebab," Arkan menaikkan sebelah alisnya, "Siapa yang kau sebut ratu kebab?" Tedi menoleh, "Lihat saja nanti, kau akan terpesona melihatnya."

◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾◾

"Kwangg, kebabnya satu lagi ya," ucap Keyra yang masih mengunyah sisa kebabnya
"Laper atau doyan neng?" Keyra menoleh, "Dua-duanya." Tawanya meledak
"Eh neng ini kenal ya sama Mas Tedi?" ucapnya seraya memberikan kebab
"Tedi siapa Kang?" , "Itu yang sering makan kebab disini," jelas Kang Didin, sedangkan Keyra mencoba mengingat orang yang ditanyakan oleh Kang Didin.

Brakk!

Keyra menggebrak meja, "Ohhh, om-om yang tadi gangguin saya itu?"
"Santuy dong Neng, meja saya kasihan tuh," Keyra cengengesan, "Ya maap Kang," tawanya meledak, "Saya tuh ga kenal sama itu om-om, lagian siapa juga yang mau kenal sama om-om pedofil," ketusnya
"Eh, jangan salah Neng. Mas Tedi itu baik banget loh, buktinya dia selalu beli kebab sa-" mata Kang Didin beralih, "Nah itu orangnya datang," Keyra mengikuti arah mata Kang Didin. Benar saja, om pedofil itu datang, tapi tidak sendiri. Kentara pintu kiri mobilnya ikut terbuka. Siluet orang itu seperti ia kenal, lelaki dengan badan tegap, rambut acak-acakan, memakai kacamata hitam dan berpakaian serba hitam?
"Halo Kang Didin, halo Neng kebab, Tedi yang ganteng comeback bersama bos saya yang ganteng,tapi gantengan saya," Elzhavar berdiri disebelah Tedi, melihat gadis konyol itu yang kebingungan, tidak disangka ternyata dialah yang disebut ratu kebab oleh Tedi. Sedangkan Keyra menautkan alisnya, "Hah?"
"Nih Neng, kenalin bos saya, namanya Arkan," Lelaki yang disebut namanya itupun membuka kacamata hitamnya,menatap Keyra dengan tatapan lembut.
"Elzhavar?!" kaget Keyra

Part ini sedikit ngeluarin air mata ye kann, tapi gapapa lah, demi El apapun akan ku lakukan kyaaaaa :3

Jangan lupa vote+komen

Salam manis,author😗

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HENKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang