Kalau dia ngga mau temenan sama kamu, positif thingking aja, mungkin dia maunya jadi pacar kamu?
Selamat membaca....
Keyra melangkahkan kakinya memasuki kelas bercatkan putih terang yang dihiasi dengan ukiran-ukiran indah. Semuanya tampak sibuk dengan buku dan alat tulis, mondar-mandir mencari jawaban highclass, tapi tidak dengan lelaki yang duduk di pojok kanan sana, matanya berkutat pada bacaan buku bersampulkan warna gelap yang tak diketahui judulnya. Lelaki itu adalah teman sebangkunya. Elzhavar, lelaki yang ia temui malam kemarin. Masih menjadi pertanyaan mengapa dia ada di lorong gelap sana? Apa yang dilakukannya di lorong itu? Tapi akan sangat kepo jika ia bertanya pada lelaki itu, mengingat sikapnya yang dingin dan cuek, ia tak mau membuang pasokan oksigennya dengan sia-sia hanya demi menahan kesal akibat seruan bahkan bentakan dari lelaki itu.
Keyra mendudukkan bokongnya dan meletakkan ransel kuning yang bertuliskan 'Strong Girl' pada bangku kosong di samping lelaki itu. Kedua matanya melirik kearah kanan, mencoba untuk menatap wajah cool dan annonying dari seorang Elzhavar.
"Selamat pagi, Elzhavar." ucap gadis itu seraya memamerkan senyumnya.
"Uhm, El? Kau sudah mengerjakan tugas dari Bu Merry?" tanyanya dengan semakin kepo
Tak ada respon yang ia dapat. Lelaki di sebelahnya itu tampak cuek dan 'selalu' saja mengabaikan dirinya.
"Dasar es batu! Es balok! Raja dari segala es-es an yang ada di bumi, bahkan planet." Keyra beranjak pergi menuju tempat duduk sahabat barunya, Qila dan Clarisaa.
"Pagi-pagi udah nyerocos aja, pms mbak?" tanya Qila diikuti Clarissa yang tertawa pelan,takut-takut Si galak El akan mendengarnya,bisa habis dia ditatap dengan tatapan yang mematikan itu.
"Noh, Si El cuekin aku mulu. Padahal aku pingin akrab dan temenan doang, eh dianya sok-sok an ga mau temenan sama aku. Emang dasar nyebelin." cerocosnya seraya menatap lelaki yang sedang ia bicarakan itu.
"Dia ga mau jadi temanmu, tapi mungkin aja dia mau jadi pacarmu? " Ujar Clarissa yang mendapat tatapan maut dari Keyra.
"Astaga Calrissa!" pekik Qila. Beberapa orang memergoki ketiga gadis itu, menatap mereka dengan kesal karena kebisingannya.
Plakkk!
"Akh, sakit Calrissa bego," Qila mengaduh kesakitan pada lengan yang dipukul oleh Clarissa.
"Apa?! Pelankan suara mu bodoh! Dan nama ku Clarissa, bukan Calrissa." tukas Clarissa dengan kesal.
"Aku tidak bodoh, Calrissa. Aku...hanya sedikit tidak pintar," ujar Qila yang mendapat tatapan sinis dari Clarissa
"Diamlah, ini masih pagi, dan kau sudah membuatku naik tensi," ucapnya dengan kesal
"Jangan naik tensi dong, gimana kalau naik kuda lumping? Kan seru tuh?" Lagi-lagi Clarissa dibuat kesal oleh teman sebangkunya itu.
"Diamlah. Kau ribut sekali. Mulutmu ingin ku lakban?" Kesalnya lagi. Sementara Keyra yang melihat itu hanya tertawa pelan menanggapi kedua teman barunya itu. Not bad lah, pikirnya.
"Iyaudah iya Qila minta maaf," ucapnya dengan nada di 'alay-alay' kan.
"Cih, dasar alay!" oceh Clarissa yang disambut gelak tawa dari Qila dan Keyra.
"Udah ah, berantem mulu udah kayak Tom and Jerry." putus Keyra.
"Iya deh iya," ucap Qila dan Clarissa secara bersamaan.
"Eh, itu Bu Merry udah masuk, sana balik ke asal lu," Qila beranjak berdiri membereskan buku-buku tugasnya. Mendengar hal itu, matanya beralih pada lelaki yang berada di bangku pojokan kanan sana, melihat sikap dingin dan cuek dari lelaki itu membuat dia jenuh. Padahal yang diinginkannya hanya sekedar berteman baik saja. Jangankan berteman, untuk sekedar sapa saja enggan bagi lelaki itu.
"Tapi tak apa, aku akan coba mendekatinya," batinnya.
"Woi elah malah ngelamun, itu Bu Mery udah datang," ulang Qila lagi seraya menepuk pundak Keyra
"Eh? Iya deh, bye maksimal!" Ucap Keyra yang segera beranjak menuju bangku tercintanya itu.
Tak ada obrolan apapun yang tercipta diantara mereka. Saling berdiam diri dan membisu. Tapi hal ini sangat menganggu Keyra, tak mungkin selamanya ia akan membisu dan menjadi patung saat bersama lelaki di sebelahnya itu. Ya, ini tidak bisa dibiarkan, pikirnya.
"Uhm El, bisa kau temani aku ke kantin saat istirahat nanti? Aku lapar dan sedikit pusing," Keyra memasang muka memelas, tanpa menghiraukan Si guru killer yang sudah berdiri di depan seraya membawa rol rotan panjang yang sekilas terlihat baru saja dibeli.
"Baiklah anak-anak, kita mulai pelajaran hari ini. Siapa yang tidak mengerjakan tugas, bisa angkat tangan?" tanya Bu Merry. Beliau adalah seorang guru fisika yang terkenal killer. Tak hanya menjadi guru fisika, bahkan beliau dipercaya sebagai tangan kanan Kepala sekolah, yang berarti ia bebas menjadi apa saja jika itu menyangkut kepentingan sekolah.
"El, jawab aku," lanjutnya lagi. Gadis ini benar-benar tak menghiraukan Bu Merry.
"Wah? Tidak ada yang mengangkat tangan?" Bu Merry berjalan menujuk pojok kanan belakang, menghampiri Keyra dan Elzhavar.
"Keyra Avarriel Stuff? Apa masalahmu? Kenapa mulutmu tidak berhenti mengoceh sedari tadi? Apa kau tidak menghiraukan gurumu yang sedang berbicara di depan?" lanjutnya lagi.
"Tidak, Bu. Saya minta maaf," gumam nya pelan.
"Elzhavar! Apa yang kalian bicarakan tadi?" tanyanya seraya menatap lelaki yang responnya terlihat 'sangat biasa', tak ada ketakutan sedikitpun yang tercipta pada wajah cool nya itu.
Tak ada jawaban yang terucap, semuanya hening tanpa ada suara. Siapapun, tanpa terkecuali akan sangat kesal jika dihadapkan dengan patung ganteng itu.
"Kau ini tidak pernah berubah, masih tidak punya sopan santun! Mau jadi apa kau nanti? Apa kau tidak memikirkan masa depanmu kelak? Tidak punya sopan santun, tidak punya etika, tidakkah kedua orangtua mu mengajarimu sopan santun dan etika?" Bu Merry menatap lelaku itu dengan tajam, sedangkan lelaki yang ditatap tak merespon sama sekali, jangan kan untuk merespon,sekedar menatap lawan bicaranya saja ia tak mau.
Berbeda dengan gadis disebelahnya, wajahnya ketakutan, bahkan kepalanya menunduk takut. Tak pernah ada yang begini sebelumnya. Ia tidak pernah dibentak, walaupun bentakan itu tidak ditujukan pada dirinya, tapi telinga nya sangat tidak nyaman jika mendengar bentakan dari siapapun. Bahkan kakaknya Arga, tak pernah sekalipun membentaknya ataupun bertindak kasar kepadanya. Arga selalu menasehatinya jika ia melakukan kesalahan, sebesar atau sekecil apapun kesalahannya Arga selalu menegurnya dengan cara yang lembut. Tidak ada bentakan, dan tidak ada kekerasan. Sangat beruntung jika ia dilahirkan sebagai adik dari Arga, walaupun sampai saat ini ia tidak tau siapa dan dimana kedua orangtuanya. Tapi tak apa, satu tahun bukanlah waktu yang lama untuk menunggu itu semua.
Lamunannya buyar, lagi dan lagi bentakan guru killer itu terdengar di gendangtelinganya.
"Kau ini benar-benar keterlaluan!" Telunjuk Bu Merry terangkat tepat di depan mereka berdua, "Kalian berdua, keluar dari ruangan ini! Hormat bendera sampai pelajaran saya selesai!"
Tanpa menjawab ucapan bahkan tanpa menatap Si lawan bicara, ia segera bangkit dan menarik tangan gadis di sebelahnya itu.
Astaga?Sebentar! Apa ini benar? El menarik tanganku? batin Keyra
Holla, i'm back!
Jangan lupa vote dan comment ye!Salam, Tia chan :p
KAMU SEDANG MEMBACA
HENKA
RomanceHighest rank #1- Physcho Kau menarik ku hingga aku mendarat tepat di duniamu. Tak hanya mendarat, bahkan aku terjatuh. Jadi kupikir ini tidak terlalu buruk, dan uhm sangat indah. Tapi, persetan dengan semua hal, kau melebihi mereka!