D E L A P A N

360 99 8
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Hwang Hyunjin baru saja turun dari mobil milik kakak sulungnya, Hwang Minhyun, saat pintu rumah milik tetangga seberangnya tiba-tiba terbanting dengan cukup keras sebelum disusul suara teriakan seseorang.

"Kak Hyunjin! Tolongin, kak!"

Pemuda itu menoleh, mendapati Taehyun yang tengah berlari menghampiri dirinya beserta Minhyun. Hyunjin menaikkan alisnya saat melihat sungai kecil terbentuk di pipi pemuda Kim itu.

"Taehyun?" Begitu jarak keduanya dekat, Taehyun langsung menarik-narik pergelangan tangan Hyunjin. "Kak, ayo! Kak Hyu butuh bantuan kakak!" ujar Taehyun sambil terus membanjiri pipinya.

Hyunjin membelalak, lalu menoleh pada Minhyun yang terdiam di dekat pintu. "Kak, nanti kalau butuh minjam mobil kakak, ya? Nggak dipakai lagi, kan?"

Minhyun mengangguk sebagai jawaban sebelum melemparkan kunci mobil dan masuk ke dalam rumah.

Hwang Hyunjin membelalak, melihat keadaan Kim Hyunjin tergeletak di kamarnya dengan genangan darahnya sendiri sebagai alas. Tanpa basa-basi lagi, pemuda itu segera berlari menghampiri Kim dan mengangkat tubuh gadis itu.

Dan betapa terkejutnya Hwang saat melihat luka iris yang cukup dalam di pergelangan tangannya. Taehyun yang juga baru sadar bahwa kakaknya berusaha membunuh dirinya sendiri nyaris kehilangan kesadarannya.

"Taehyun, bisa bukakan pintunya? Hyunjin harus segera diberikan penanganan!" seru Hwang, panik melihat deru nafas Kim yang mulai tidak teratur.

Taehyun mengangguk, ia segera berlari keluar diikuti Hwang di belakangnya yang tak henti-hentinya berharap bahwa tidak akan terjadi apa-apa pada gadis yang berada di gendongannya.

"Taehyun!"

Kepala Taehyun terangkat, di sampingnya Hwang ikut menoleh dan mendapati Bae Jinyoung beserta Shin Ryujin tengah berlari di koridor dengan tergesa-gesa.

"Gimana? Keadaan Hyu gimana?!" tanya Ryujin cemas sekaligus panik saat keduanya berhenti di hadapan Taehyun.

Mendengar pertanyaan Ryujin, tiba-tiba saja tangis pemuda Kim itu kembali pecah. Taehyun menunduk, menyembunyikan wajahnya yang terlihat menyedihkan di antara lipatan kedua lengannya. Hwang mengelus punggung Taehyun, lalu Ryujin ikut berjongkok di samping Taehyun.

"Gak apa-apa, pasti Hyu selamat!" kata Ryujin mencoba menyemangati sambil tangannya menarik Taehyun ke pelukannya.

Keadaan begitu hening saat tengah malam, membuat Taehyun yang tengah menjaga Hyunjin merinding sendiri saat merasakan angin malam berhembus mengenainya. Baik Hwang, Ryujin serta Jinyoung sudah pulang dari tiga jam lalu.

Taehyun yang baru ingin memejamkan matanya langsung tertahan waktu ponselnya berdering, memecah hening di malam hari. Ia membelalak, melihat siapa yang meneleponnya pada tengah malam ini.

Kim Jongin calling...

Taehyun berdecak, untuk apa orang ini meneleponnya, begitu pikirnya. Ia memilih mendiamkan ponselnya dan memilih tetap memperhatikan layar tersebut yang baru saja kembali mati.

Baru saja ia ingin menaruh ponselnya di samping sofa, ponselnya kembali berdering membuat decakan tercipta. Kali ini siapa lagi?!

Kim Jennie calling...

Taehyun mengumpat tanpa suara, membaca dengan jelas nama si penelepon. Panggilan tersebut sempat ia abaikan hingga akhirnya berakhir, namun tak berselang lama kemudian Jennie kembali mencoba menghubunginya.

Kedua alis pemuda itu menukik tak suka, membaca jelas bahwa perempuan itu pasti ingin menanyakan kondisi Hyunjin. Kembali ia abaikan panggilan itu hingga akhirnya Jennie menelepon untuk ke lima kalinya, baru ia menyerah dan memilih untuk mengangkatnya.

"Taehyun! Bagaimana Hyu—"

Taehyun berdecak. "Ada urusan apa?" selanya, terlalu malas untuk mendengar suara seseorang yang tengah berbicara dengannya di seberang.

"Saya hanya ingin tahu keadaan anak say—"

"Kak Hyu bukan anak kamu."

"Ah, oke," terdengar jeda sesaat sebelum Jennie melanjutkan, "bagaimana kabar Hyunjin?"

"Kak Hyu baik-baik saja, dia sudah mendapatkan penanganan terbaik," jawab Taehyun sambil melirik ke arah ranjang di mana Hyunjin terbaring.

Di seberang Jennie menghembuskan nafas leganya. "Syukurlah! Apa mama—"

"Kamu bukan mamaku!" sentak Taehyun, membuat Jennie sempat terbungkam.

"Baiklah, saya bukan mama kamu," balas Jennie mencoba mengalah. "Tapi, bolehkah saya menjenguk Hyunjin besok pagi?"

Taehyun tidak merespon. Ia terdiam, terlihat menimang-nimang. Haruskah ia memperbolehkannya, atau tidak?

"Halo? Taehyun, kamu masih disana?"

Pemuda itu mengerjap saat lamunannya buyar begitu saja oleh suara Jennie yang tiba-tiba memasuki indera pendengarannya.

"Bagaimana? Boleh?" Jennie terdengar tidak sabar menanti jawaban dari Taehyun di seberang, "saya janji nggak akan ajak Papa kamu," lanjutnya setelah ingat sesuatu.

Taehyun menghela nafasnya dengan berat. Ia mengetuk-ngetukkan jemarinya pada pahanya dengan tempo cepat, sembari matanya melirik jam dinding. Sebelum akhirnya menjawab dengan berat hati,





"Ya, terserah Anda saja."



to be continued.
**
December 10, 2019

diusahakan ngga terlambat lagi, tapi ga janji. jangan menunggu ya, karena nunggu itu gaenak, pahit.

ah iya, jangan lupa untuk tersenyum dan bahagia!

Alter Ego ; 2hyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang