S E B E L A S

366 96 7
                                    

Kim memutuskan untuk pulang ke rumah saat langit sudah gelap, ditemani oleh Hwang yang kebetulan baru saja menyelesaikan juga tugasnya. Keduanya berjalan beriringan tanpa ada topik yang mengisi kesunyian di antara keduanya.

Sampai Kim memilih berbelok ke kanan, kemudian berbalik sebentar untuk menghadap Hwang yang ikut menghentikan langkahnya. "Ehm, mungkin terimakasih? Aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi tapi—yah, thank you so much for today. Bebanku sedikit berkurang malam ini." Diakhiri senyuman paling tulus yang pernah Hwang lihat.

Bahkan saat Kim sudah masuk ke rumah dan menutup pintu, pemuda itu masih setia berdiri memandangi balkon yang selalu ditempati oleh orang yang sama. Sementara ada seseorang lagi yang memperhatikan sedaritadi di salah satu jendela dengan pandangan tajamnya melihat Hwang.

"Tsk. Bocah itu," desisnya sebelum berlalu dan mengunci pintu utama.

Keesokkan paginya, baik Kim maupun Taehyun sudah siap di depan pintu. Keduanya kompak menunggu kakak sulungnya, Yohan untuk mengantarnya.

Sebenarnya, Kim sempat menolak dengan alasan ingin berjalan kaki saja. Toh, jarak rumahnya dari sekolah tidak jauh jauh banget. Mungkin hanya memakan waktu satu setengah jam-an jika Kim berjalan kaki.

Tapi Yohan tidak menerima penolakan, pemuda itu tidak pernah mau menerima penolakan lebih tepatnya. Lagipula sudah cukup lama ia tidak bertemu dengan kedua adiknya, dan ini adalah salah satu cara untuk ia menebus seluruh rasa rindunya pada kedua adiknya itu.

"Kak, kalau masih lama lagi aku tinggal!" ancam Taehyun tiba-tiba, mengingat pagi ini ia ada piket yang membuat dirinya harus segera sampai di sekolah lebih cepat.

Yohan yang baru keluar dari rumah dengan setelan jas rapihnya berdecak. "Biasanya kamu yang paling susah untuk diajak berangkat pagi," balasnya sambil membenarkan dasinya.

Mendengar balasan kakaknya itu Taehyun dan Kim sama-sama memutar kedua bola matanya malas. "Kak, itu sudah sekitar enam tahun yang lalu," sela Kim terdengar malas.

Yohan hanya membalasnya dengan tawa renyahnya, sebelum tangannya merogoh saku jasnya dan mengeluarkan kunci mobil. "Yasudah, ayo?"

"Let's go!" ujar Taehyun, berlari memasuki mobil dengan terburu-buru.

Jinyoung yang kebetulan baru memarkirkan motornya melihat Kim turun dari mobil, tapi saat ia ingin menghampiri gadis itu langkahnya terhenti melihat si pengemudi yang menurunkan kaca hitam mobil tersebut.

Kim Yohan.

Bagaimana ia bisa melupakan sosok itu jika beberapa tahun belakangan yang menjadi penyebab Kim menangis dan menghubunginya di tengah malam adalah pemuda itu?

Lalu, Jinyoung memilih berbalik arah dan melangkah menjauh parkiran sesegera mungkin tanpa mengatakan apa pun.

Ryujin mengangkat kedua alisnya begitu melihat satu-satunya teman perempuannya masuk ke dalam kelas dengan senyum lebar. Bahkan jika tidak ingat bagaimana ramainya suasana kelas dan bagaimana mata Kim berbinar, Ryujin akan dengan sangat tega mengatai gadis itu sudah tidak waras.

"Hei, kau kenapa?" tanya Ryujin setelah Kim duduk di bangkunya. "Bikin takut saja, kau kenapa?" Lagi, gadis bermarga Shin itu mengulang pertanyaannya.

Kim menoleh, senyumnya sudah lenyap entah sejak kapan Ryujin tidak sadar. "Merusak suasana saja!" sentaknya sambil mengeluarkan sebuah buku.

Ryujin mengangkat alisnya melihat temannya itu mengeluarkan buku, padahal jelas-jelas jam pelajaran masih lama. "Sedang apa?" Akhirnya, daripada penasaran ia memilih menyuarakan rasa penasarannya itu.

"Aku kepikiran sesuatu."

"Lantas?"

"Sesuatu ini penting, makanya harus kucatat," jawab Kim tanpa menoleh pada gadis Shin itu.

Sementara Ryujin hanya membentuk mulutnya menjadi o, kemudian lanjut membalas chat-nya dengan Han Jisung, kekasihnya dari kelas sebelah.

"Lebih penting daripada bekalmu yang tertinggal, Nona Kim?"

Kim menengadah, menemukan sosok Hwang Hyunjin sudah berada di hadapannya—atau lebih tepatnya duduk di meja yang ada di depannya dengan sekotak plastik berwarna biru ber-sticky note.

"Taehyun bahkan tidak mengatakan ia membuatkanku bekal?"

Hwang tersenyum. "Kata siapa ini dari Taehyun?"

"Lantas?"

"Baca saja note yang tertempel. Sudah, ya, aku mau mencari ketua kelas dulu." Tangannya segera terangkat setelah mengatakan hal tersebut, ia lantas mengacak rambut Kim dengan gemas sebelum akhirnya bangkit dan berlalu pergi.

Meninggalkan Kim dengan segala perasaan anehnya dan kedua pipinya yang memerah.









***December 27, 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
December 27, 2019

merasakan yang manis dahulu sebelum mendapatkan pahit dikemudian hari, hehe. ///apasi

oiya, selamat tidur, semoga harimu menyenangkan.

Alter Ego ; 2hyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang