35. sebuah penghakiman

206 4 2
                                    

        🍁Rasanya hidupku ingin berhenti saat ini juga di saat semua teman dekatku atau orang yang aku kenal membenciku. Mereka menghakimiku seolah aku narapidana yang pantas untuk di hukum🍁

      Cantika,

     Usai kejadian kemarin semua teman kantorku menatapku aneh dan bersikap seolah jijik terhadapku. Aku tidak tau apa salahku pada mereka? Yang jelas sikap mereka hari ini begitu berbeda.

      Saat kembali pulang wina juga menceramahiku dan sedikit kesal gara-gara masalah kemarin. Dia tau juga dari anak-anak yang mulutnya tidak bisa di jaga.

"Can, gue mau tanya sama lo. Apa benar lo udah tidur sama hafidz?"tanya wina penuh selidik seolah-olah aku ini penjahat yang pantas di curigai.

       Aku tau ini salah, tapi aku bahagia bisa bersamanya. Andai ini adalah kesalahan terbesar dalam hidupku aku rela menanggungnya asal aku bisa terus hidup bersama hafidz. Alasannya ...Yah, karena aku terlalu mencintainya. Sangat-sangat mencintainya..

       Dengan perasaan gugup dan bersalah akupun menjawab pertanyaan wina.

"Kenapa win? Ada yang salah? Ya, gue tau ini salah. Tapi srius gue nggak ngapa-ngapain sama dia. Dia cuma mau jagain, itu aja nggak lebih. Gue sayang sama dia win, apapun untuk dia
Bahkan gue rela nyawa gue buat dia. Jika itu di perlukan"
Kata cantika serius.

"Gila ya lo, cinta boleh tapi nggak murahan juga kali. Lo jangan buat gue malu dengan tingkah lo yang bikin orang jadi ilfeel. Inget!! Gue yang bawa lo kesini buat kerja bukan buat jual diri"ucap wina.

Kata-kata itu terngiang-ngiang terus di telingaku. Seolah terdengar jelas dan membuat aku berfikir keras. Aku harus meninggalkan hafidz atau terus bersamanya?

Aku nggak mau bikin malu wina, aku juga nggak mau dia kecewa karena sikapku yang bar-bar. Aku emang bukan orang baik, aku hanya seorang gadis yang sedang jatuh cinta pada seorang pria dan aku juga ingin mengejar cintanya. Apa aku salah?

Entahlah, aku tidak bisa berfikir dengan jernih untuk saat ini.

"Apa sebegitu murahnya gue di mata lo win?, apa ini salah? Gue cuma pengen bahagia sama dia. Lo sendiri gimana sama cowok lo? Bukannya lo juga sering pergi keluar sama dia dan nggak pernah pulang?" Ucapanku mampu membungkam mulut wina, dia kaget saat aku berani mengatakan ini secara terang-terangan. Karena aku merasa terdesak,jadi aku juga bisa membalas ucapannya.

"Nggak usah mengalihkan pembicaran dan terserah lo. kalau suatu saat terjadi apa-apa gue turun tangan. Gue nggak mau ikut campur lagi"kata wina di selimuti emosi.

"Maaf karena udah bikin lo kecewa. Maaf udah bikin lo malu karena tingkah gue. Tapi lo tetap teman terbaik gue kok" kata cantika terdengar begitu tulus.

"Sorry gue nggak bisa temenan sama orang yang tingkahnya kaya lo. Gue malu punya teman kaya lo"kata wina terdengar menghakiminya.

"Kenapa lo ngomong kaya gini win? Lo lupa kita temenan udah lama saat kita sama-sama pakai seragam sekolah. Apa lo mau lupain semua gitu aja?"

"Stop untuk bicara sama gue, gue udah nggak mau debat sama lo. Lo cari aja teman yang mau nerima semua tingkah lo itu. Tapi jangan gue dan lo jangan dekat-dekat gue lagi" ucap wina agak sadis.

   Cantika terdiam membisu mendengar perkataan terakhir wina yang terdengar menghakiminya. Cantika tau ini salahnya, tapi kenapa harus menghakiminya bahkan menjauhinya? Bagaimana mungkin cantika bisa ninggalin wina saat mereka berada di atap yang sama?

"Oh tuhan,kenapa cobaan yang engkau berikan begitu berat. Kenapa semua menjauhiku? Bahkan semua teman kantorku menatap jijik padaku? Apa terlalu besar salahku?cantika cape dan cantika bingung harus ngapain?"doa cantika dalam hati.

Cinta SegitigaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang