part 4

23 2 0
                                    

Yaksa berjalan santai ditemani adiknya Daksa.

Mereka berjalan mengendap-endap saat melihat ayam cemani sedang tertidur diatas sebuah batu besar.

"itu ayamnya kau jegat dari sana aku dari sini" Daksa mengangguk kemudian berjalan kearah kiri batu itu.

Saat sudah tinggal beberapa centi dari ayam tersebut, ayam tersebut terbang keatas sebuah pohon besar tak jauh dari batu yang ia tempati sebelumnya.

Yaksa mengambil busurnya beserta anak panah lalu membidik ayam tersebut.

Ketika ayam tersebut jatuh karena terkena anak panah milik Yaksa dia berubah menjadi kakek tua dengan luka didadanya.

"kau!" tunjuknya pada Yaksa yang hanya memperhatikannya meregang nyawa tanpa niat membantu.

"kau siluman terkutuk!" teriaknya dengan suara lantang Yaksa hanya tersenyum meremehkan dan bersedia menarik pedang milik Daksa.

"kau terlalu banyak omong kakek tua lebih baik aku membunuhmu saja secepatnya" katanya dengan pedang yang siap menebas leher kakek tua itu.

"kau ingatlah ketika anak mu lahir nanti maka lihatlah ia akan membuatmu seperti pelayannya dia akan mati ditangan ibunya sendiri ketika kau mempunyai anak lagi ia akan menjadi perajurit hebat namun kehebatannya itu akan menjadi celakanya sendiri ia akan terbunuh oleh musuhmu, ingat lah itu dan ingat satu hal lagi saat istrimu melahirkan anak pertamamu nanti kau akan merasakan sakit yang luar bisa!! Kau Yaksa Pramudja ingat lah kutukan itu!! Akh...!!" dia meregang nyawa ketika Yaksa berhasil menebas lehernya dengan pedang Daksa.

Daksa hanya terdiam memikirkan kutukan yg diberikan kakek tua itu kepada calon ponakannya.

"Daksa ayo kita pulang aku merasakan firasat buruk" Mereka berjalan menuju istana kembali.

Mereka kembali hanya membawa beberapa buah mangga yg mereka ambil sebelum membunuh kakek tua yang mereka bunuh.

🐍🐍🐍

Pagi hari ini Cahaya sedang dipondok pengobatan di ruang ramuan dia ditemani Mawar yang memang melatih bagian ramuan dan obat-obattan.

"Cahaya tolong ambilkan beberapa daun sirih cina" Cahaya mengambil beberapa batang pohon sirih cina dan menyerahkannya kepada ibunya.

"Bu aku ingin ke luar sebentar untuk memetik beberapa bunga melati dan gingseng kering" Mawar hanya mengangguk.

Cahaya menuju pondoknya yang depannya sengaja ia tanami beberpa tanaman obat yang ia buat vertikal menggunakan bambu petung.

Ia mengambil beberapa gingseng kering yang sudah ia jemur dan bunga melati untuk menambah aroma teh yang ia buat.

"bu tadi aku melihat ada beberapa pohon sirih merah apakah ibu yang menanamnya td pagi?".

"iya sengaja agar tanaman disini tidak terlalu menumpuk".

"ibu aku mau meminta ramuan penyembuh luka kak Dara terluka karena terkena anak panah dari prajurit Yaksa" Mawar melotot ketika mendengar nama Yaksa.

"bawa dia kesini" Adinda mengangguk dan berlari menghampiri Dara yg sedang dipangku terbaring ditanah dengan luka ditangannya yang terus mengalirkan darah.

"kak Salma tolong bawa kak Dara kepondok pengobatan biar ibu yang merawatnya" Dara meringis merasakan lukanya bergesekan dengan bajunya yang berlengan panjang.

Sampai dipondok pengobatan Dara dibaringkan ditempat tidur dengan posisi senyaman mungkin.

Cahaya membawa semangkuk air besih dan kain untuk memberishkan darah yg sudah mulai mengering.

HikariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang