Serangan terjadi secara acak pada setiap rumah tak terkecuali rumah Ki Sakti pun jadi sasaran empuk karena pencuri mengira hanya ada kakek tua saja yang tinggal.
Cahaya dengan cepat mengambil pedangnya, sementara Aksa sudah lebih dulu bertarung dengan para penjarah tersebut.
"ki carilah tempat berlindung secepatnya" teriak Cahaya, Ki Sakti mengangguk lalu berlari kedalam sebuah hutan pinggir desa menyusul warga desa yang lain.
"wah... Ada pahlawan kesiangan disini hahahaha hai gadis cantik lebih baik kau menjadi wanita penghibur kami malam ini" kata salah satu penjarah dengan wajah penuh bekas luka.
"lebih baik aku kau jaga mulutmu itu sebelum kepalamu terpisah dari badan" ancam Aksa yang sudah berdiri disamping Cahaya.
"Hahahahaha... Kekasihnya marah" ledek penjarah berbadan kurus.
"hah... Serang saja mereka paling cuma pahlawan sok berani" tiba-tiba seorang perempuan dengan wajah sangar dan tubuh penuh tatto datang langsung duduk dikursi kayu dengan kaki dinaikkan satu.
Kedua penjarah tadi langsung menyerang Aksa dan Cahaya tanpa aba-aba, Cahaya menyerang yang kurus sementara Aksa menyerang lelaki dengan wajah penuh luka.
Bruk....
Si kurus terjatuh saat Cahaya melayangkan tendangan mengenai pipinya.
"kau bodoh Bejo!!" hardik sang wanita tadi dengan mulut yang mengepul asap rokok.
Bejo langsung pingsan membuat si perempuan geram, ia melempar rokoknya kelantai lalu menginjaknya hingga mati.
"ayo bertarung denganku kalau kau kalah serahkan pedangmu kalau aku kalah maka aku akan pergi dan tidak mengganggu desa ini lagi bagaimana setuju?" tanyanya.
"aku setuju dengan satu syarat tentunya" jawab Cahaya mantap.
"apa?".
"dipertarungan tidak boleh menggunakan senjata jika ada yang menggunakan senjata dia dianggap kalah bagaimana?".
"aku setuju, ayo kita bertarung".
Mereka bertarung dengan sengit didepan rumah Ki Sakti yang disaksikan oleh penjarah lain dan beberapa warga desa yang masih didesa.
Aksa memperhatikan dari depan rumah dengan wajah datar karena ia tau pasti Cahaya yang menang.
"jangan sebut aku Zikya jika aku tidak bisa mengalahkanmu!" kata Zikya perempuan yang bertarung melawan Cahaya dengan sombong.
"maka jangan panggil aku anak Zidan Tariq jika kau tidak kalah ditanganku" bisik Cahaya pelan.
Cahaya menghindar ketika Zikya berusaha menyerang bagian titik lemahnya, Cahaya membalas dengan tendangan pada perut yang menyebabkan Zikya memuntahkan darah segar.
"sial!" maki Zikya.
"pasti sakit" ringis Aksa.
Zikya bangkit dan langsung menyerang Cahaya dengan brutal Cahaya hanya menghindar dan beberapa kali menyerang dengan serangan.
Ketika Zikya sudah kelelahan, Cahaya menggunakannya untuk membanting Zikya hingga terdengar bunyi debuman yang lumayan keras.
Zikya pingsan ditempat dengan luka lebam dimana-mana.
"bawa dia pergi dari sini sebelum aku membunuhnya" ancam Aksa kepada anak buah Zikya.
Mereka terburu-buru membawa Zikya pergi menggunakan kereta kuda.
"hah..." Cahaya menghela napas lalu duduk dibawah pohon dengan napas terengah-engah.
Penampilan Cahaya sudah sangat berantakan pipi lebam, tepi bibir sobek dan rambuta yang tergerai karena saat bertarung Zikya dengan sengaja melepas ikat rambut Cahaya.
"ini minum dulu aku tau kau lelah" Aksa menyerahkan botol minum ke Cahaya dan ikut duduk disamping Cahaya.
"terimakasih" Cahaya menyerahkan botol minum ke Aksa kembali.
"menghadap sana" Cahaya bingung tapi mengikuti perintah Aksa ia membelakangi Aksa.
Aksa mulai merapikan rambut Cahaya dengan dikepang lalu diikat dengan ikat rambut Cahaya yang tadi terlepas.
"sekali lagi terima kasih".
"sama-sama aku tau kau tak suka rambut tergerai".
Ki Sakti datang terpogoh-pogoh dan wajah yang panik luar biasa.
"yaallah nak Cahaya lukanya mari saya obati" mereka masuk kedalam rumah disusul istri, anak, dan cucu Ki Sakti.
Ki Sakti mulai menumbuk bahan herbal hingga menjadi pasta lalu menempelkannya diluka lebam dipipi Cahaya secara hati-hati.
"kamu kenapa ikut bertarung?" tanya Ki Sakti.
"dia menantang saya Ki jadi saya terima saja lagipula sudah lama saya tidak bertarung" jawab Cahaya santai.
"kamu itu seperti ayahmu saat masih muda tapi cantiknya seperti ibumu aku yakin mereka pasti bangga mempunyai anak seperti kamu" Mbah Sumi datang sambil membawa beberapa gelas teh hangat karena cuaca yang tiba-tiba menjadi mendung.
"Ki aku mau pamit nanti ketika hujan berhenti aku ingin melanjutkan perjalanan" Aksa berkata dengan sopan kepada Ki Sakti.
"baiklah aku titip Cahaya jangan sampai ia terluka nanti aku akan memberikan ramuan penyembuh luka dan beberapa rempah unyuk nanti kalian rebus sebagai penghangat badan sekarang kalian istirahatlah aku yakin kalian lelah setelah pertarungan tadi" Cahaya masuk kekamar lalu Aksa merebahkan tubuhnya diruang tamu.
"aku harap mereka bisa berjodoh seperti orang tua mereka" Mbah Sumi duduk menemani Ki Sakti yang sedang duduk dibalai depan rumah.
"semoga tuhan mengabulkan do'amu" Ki Sakti menyeruput kopi hitamnya lagi.
Hujan telah berhenti dan Cahaya juga telah melanjutkan perjalanannya, ia mulai memasuki sebuah hutan terlarang tempat siluman kera bersarang namun siluman kera biasanya membantu manusia jadi tidak masalah dan mereka akan menyerang jika mereka diganggu.
"aku memiliki beberapa kenalan diantara siluman kera disini" ujar Aksa.
"kau tau mereka adalah siluman teramah yang pernah kutemui" Cahaya melihat kearah sebuah pohon dimana ada anak kera sedang memperhatikannya dengan mata berbinar senang.
"Cahaya!" anak kera itu berayun dan langsung mendarat didepan Cahaya.
Cahaya turun dari kuda lalu menghampiri anak kera tersebut.
"sudah lama aku tidak bertemu denganmu Uci ternyata kau sudah besar berubahlah" kera tersebut berubah menjadi anak berusia 10 tahun yang cantik namun dengan tubuh dipenuhi oleh bulu.
"akhirnya kau kembali" Uci memeluk Cahaya erat.
"dia siapa?" tanyanya ketika Aksa menghampiri Cahaya.
"apa dia kekasihmu?" Cahaya tersipu sementara Aksa menjadi gugup.
"dia Aksa dia teman perjalananku" Cahaya menjawab dengan tenang namun wajahnya masih merona.
"teman perjalanan atau teman hidup?" goda Uci.
"Uci..." Uci terkekeh.
"dimana yang lain?" tanya Aksa.
"mereka bersembunyi sejak serangan yang dilakukan Yaksa 3 hari yang lalu dan itu menyebabkan kematian istri pemimpin kami" Uci menjadi murung namun ia kembali bersemangat ketika mengingat suatu hal.
"aku punya satu kejutan untukmu ayo ikut aku".
Uci berlari lalu menerobos akar beringin yang menyerupai tirai, Cahaya dan Aksa mengikuti dari belakang dengan kuda mereka dengan wajah penasaran.
🐍🐍🐍
Jangan lupa vote dan juga komentnya.
Maaf ya kalo pendek lagi habis ide buat ngetik.
😊😊
![](https://img.wattpad.com/cover/206835507-288-k558841.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hikari
ActionCahaya Purnama adalah penerang bagi sebuah desa dia wanita terkuat dan tercantik didesa Sukma Jaya sebuah desa yang selalu diselimuti kabut sehingga membuatnya terlihat mengerikan padahal desa tersebut sangat indah namun sayang desa tersebut dekat d...