Rangga mendadak menghentikan lari kudanya. Kelopak matanya agak menyipit memandangi orang-orang berbaju hitam pekat telah berdiri berjajar di mulut Desa Weru. Jumlah mereka begitu banyak, dan lebih besar daripada satu pasukan prajurit. Pendekar Rajawali Sakti melompat turun dari punggung kudanya. Jelas sekali kalau orang-orang berbaju hitam itu sengaja menunggunya di tempat ini.
Rangga melangkah ke depan beberapa tindak, dan baru berhenti setelah jaraknya tinggal sekitar tiga batang tombak lagi di depan mereka. Sebelum Pendekar Rajawali Sakti bisa membuka suara, mendadak berkelebat sebuah bayangan merah. Dan tahu-tahu di depannya sudah berdiri seorang laki-laki berusia sekitar enam puluh tahun. Pakaiannya ketat, berwarna merah menyala. Sebilah pedang panjang tergantung di pinggangnya. Dia juga menggenggam sebatang tombak berbatangkan seperti keris berkeluk tujuh.
Meskipun sudah berusia lebih dari setengah abad tapi wajahnya masih mencerminkan kegagahan. Hanya sorot matanya saja yang tajam memancarkan sinar kekejaman. Rangga memperhatikan orang berbaju merah itu lekat-lekat. Diyakini kalau orang ini adalah pemimpin dari orang-orang berbaju serba hitam. Sebentar Pendekar Rajawali Sakti mengedarkan pandangannya berkeliling.
“Hm...,” terdengar gumaman kecil dari bibir Rangga yang terkatup rapat.
Pendekar Rajawali Sakti mencari si Peramal Maut. Tapi laki-laki tua yang selalu meramalkan kematian orang itu, tidak nampak di sekitar tempat ini. Meskipun begitu, Rangga yakin kalau antara peramal itu dengan orang-orang ini memiliki hubungan erat.
“Anak muda! Kau hanya kuberi peringatan sekali ini saja! Jika kau tetap keras kepala, aku tidak segan-segan mengirimmu ke neraka sekarang juga!” agak berat dan besar suara laki-laki berbaju merah ketat itu.
“Rasanya aku tidak kenal denganmu. Lalu, kenapa kau memberi peringatan?” tanya Rangga.
“Jangan banyak omong, Bocah! Kau berhadapan dengan Setan Merah Lembah Neraka!” bentak orang berbaju merah yang menyebut dirinya Setan Merah Lembah Neraka.
“Lembah Neraka terlalu jauh dari sini. Lantas, apa urusannya sampai kesasar ke wilayah kulon ini, Kisanak?” agak bergumam suara Rangga.
“Itu urusanku, Bocah!” bentak Setan Merah Lembah Neraka kasar.
“Kalau begitu, kau tidak punya hak untuk memperingatkan padaku, Kisanak,” tenang sekali kata kata Rangga.
“Sudah kuduga, kau pasti akan membandel...!” desis Setan Merah Lembah Neraka gusar.
“Aku memang tidak akan menuruti kalau persoalannya tidak dijelaskan,” kata Rangga lagi. Kali ini kata-katanya bernada memancing.
“Rupanya kau bukan hanya keras kepala, tapi banyak omong juga...,” kata Setan Merah Lembah Neraka sinis.
“Mulutku memang digunakan untuk bicara, Kisanak. Dan aku perlu tahu, untuk apa kau memberi peringatan padaku. Lagi pula, aku tidak tahu, apa yang kau peringatkan...,” kata Rangga lagi dengan suara masih terdengar tenang.
Tapi mata Pendekar Rajawali Sakti tajam sekali merayapi orang-orang berbaju hitam yang berdiri berjajar di depannya, dalam jumlah yang cukup besar. Kekuatan seperti ini sudah cukup untuk menggempur sebuah kadipaten. Dan Rangga ingin sekali mengetahui keberadaan mereka di sekitar Desa Weru dan Rimba Tengkorak ini. Karena mustahil jauh-jauh datang dari wilayah wetan ke kulon ini kalau tidak mempunyai tujuan pasti.
“Anak muda, untuk terakhir kalinya aku memperingatkanmu. Sebaiknya cepat tinggalkan Desa Weru ini, atau kau akan mati tergantung menjadi santapan serigala liar,” dingin sekali suara si Setan Merah Lembah Neraka itu.
“Untuk apa aku harus pergi?” tanya Rangga.
“Kau tidak ada urusannya di sini!” bentak Setan Merah Lembah Neraka berang.
“Aku masih banyak urusan di desa ini. Terutama mengusir kalian yang telah membunuh banyak orang!” tegas sekali kata-kata Rangga.
“Setan keparat..! Rupanya kau lebih memilih mati. Bocah!” geram Setan Merah Lembah Neraka semakin gusar.
“Hidup dan matiku bukan di tanganmu, Kisanak. Aku khawatir malah kau sendiri yang justru benar-benar ke neraka,” sambut Rangga dingin.
“Keparat..!” Setan Merah Lembah Neraka tidak bisa lagi menahan kegusarannya.
Kata-kata Rangga yang kalem itu menusuk sekali. Tak perlu dijelaskan lagi kalau Rangga tidak ingin menyerah begitu saja. Setan Merah Lembah Neraka langsung menghentakkan tombaknya ke tanah sambil menggeram. Seluruh wajahnya memerah bagai terbakar. Dan begitu tombaknya terhentak untuk ketiga kalinya, seketika itu juga dari belakangnya berlarian orang-orang berbaju hitam.
Mereka langsung saja mencabut senjatanya, lalu berteriak-teriak sambil berlarian mengacung-acungkan goloknya. Sementara Rangga sempat melompat mundur beberapa tindak. Disadari kalau tidak akan mungkin menghadapi begini banyak orang, maka....
“Suiiit..!”
Tiba-tiba saja Pendekar Rajawali Sakti bersiul nyaring melengking tinggi sambil mendongakkan kepalanya sedikit. Pada saat itu, sebuah golok berkelebat cepat di depan dadanya. Buru-buru Pendekar Rajawali Sakti menarik tubuhnya ke belakang, sehingga tebasan golok itu hanya lewat di depan dadanya.
Pendekar Rajawali Sakti sengaja tidak mengerahkan aji 'Bayu Bajra' yang bisa mendatangkan angin topan. Ini karena dia tidak ingin para penyerangnya mati semua. Dan kalau hal ini terjadi, akan sulit mencari keterangan tentang si Peramal Maut dan si Setan Merah Lembah Neraka.
“Hiyaaa...!”
Sambil berteriak keras, Rangga menghentakkan kakinya ke depan disertai pengerahan tenaga dalam yang sudah mencapai taraf kesempurnaan.
Des!
Tendangan Pendekar Rajawali Sakti tak bisa dibendung lagi dan tepat menghantam dada salah seorang penyerangnya yang berada tepat di depan.
“Aaakh...!” orang berbaju hitam itu memekik keras melengking tinggi.
Pada saat yang hampir bersamaan, sebuah golok berkelebat memperdengarkan suara mendesing ke arah kepala Rangga. Cepat-cepat Pendekar Rajawali Sakti merundukkan kepalanya, sehingga golok itu lewat sedikit di atas kepalanya. Seketika itu juga dilontarkan satu pukulan keras menggeledek bertenaga dalam sempurna.
Deghk!
“Aaa...!”
Kembali satu orang terpental terkena pukulan keras yang dilontarkan Pendekar Rajawali Sakti. Namun sebelum Rangga sempat memperbaiki posisi tubuhnya, datang lagi serangan cepat dari arah lain. Meskipun beberapa kali Rangga bisa menghindari serangan-serangan itu, namun dirinya merasa tidak mampu menghadapi begini banyak pengeroyok yang rata-rata memiliki kemampuan cukup tinggi. Ini bisa dilihat dari serangan-serangan mereka yang cepat dan mengandung tenaga dalam cukup tinggi.
Setinggi apa pun kemampuannya, tetap saja Pendekar Rajawali Sakti manusia biasa yang masih banyak memiliki kekurangan dan keterbatasan. Menghadapi keroyokan begini banyak, Rangga benar-benar kewalahan juga. Mau tidak mau dia terus mengeluarkan tenaga lebih bila dibanding bertarung satu lawan satu.
“Bedebah...!” geram Rangga ketika satu tendangan dari pengeroyoknya hampir membedol perutnya. Untung saja Pendekar Rajawali Sakti masih mampu berkelit menghindar. Kembali datang serangan yang lebih cepat, sebelum Pendekar Rajawali Sakti menguasai keseimbangan tubuhnya yang agak goyah.
Beghk!
“Setan...!” umpat Rangga begitu punggungnya terkena hantaman keras bertenaga dalam cukup tinggi. Beberapa bilah golok berdatangan dengan cepat hendak merajamnya. Pada saat itu, Rangga benar-benar dalam keadaan yang sulit sekali. Ruang geraknya benar-benar telah terpatahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
46. Pendekar Rajawali Sakti : Misteri Peramal Tua
ActionSerial ke 46. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.