05.| random

313 46 5
                                    

"gimana pekerjaan kamu?"

"alhamdulillah lancar aja. kamu gimana woo?"

"agak pusing sama kerjaan nih."

"kenapa? barangkali saya bisa bantu kamu."

"gausah deh, kamu baru sembuh beberapa hari lalu masa harus kena beban pekerjaan saya lagi?"

"korelasinya enggak ada jungwoo. bilang aja, lagian saya juga udah kelar ini."

"sambil nongkrong di cafe deket apartemen kamu mau?"

"hah? bo.. boleh aja sih."

"yaudah ayo."

akhirnya pulang ngantor ini gue nongkrong bentar di cafe deket apartemen gue, ya gue tau sih niat terselubungnya jungwoo yang satu ini. mudah ketebak anaknya kalo di gue, ya gapapa bersyukur banget malahan, asal gak macam-macam aja kan. lagian gue bisa liat jungwoo anaknya baiknya kebangetan apalagi ya.. dia masih sering terang-terangan tentang perasaannya ke gue.

selama di perjalanan gue ataupun jungwoo gak ada yang buka obrolan. jungwoo sibuk nyetir dan gue sibuk melihat keluar jendela. masih enggak nyangka kalo gue ada di titik ini. masih enggak nyangka sama apa yang tuhan kasih ke gue. masih enggak nyangka dengan apa yang gue kiat sekarang. masih enggak nyangka gue masih bisa bertahan hingga detik ini.

"nara? kamu melamun? udah sampe nih." gue terkesiap lalu menoleh pada jungwoo yang lagi ketawa kecil. "mukanya lucu banget kalo melamun hahaha."

"ish jungwoo! udah ayo turun."

"harusnya saya yang ngomong gitu."

akhirnya gue dan jungwoo turun dari mobil dan masuk ke cafe, suasana cafe lumayan rame sama anak muda, lebih ke anak kuliahan yang lagi nongkrong cantik sambil ngopi.

"kamu mau pesen apa?"

"samain aja woo."

"oke."

jungwoo pergi ke kasir buat mesan dan gue mencari tempat yang sekiranya nyaman, gue memilih duduk di kursi dengan nomor meja dua belas di pojok ruangan yang langsung menyuguhkan dinding kaca yang menampilkan jalanan yang cukup legang petang ini.

gak lama jungwoo datang dengan senyumnya yang selalu buat gue nyaman, senyuman jungwoo itu seolah memberi tau gue kalo dunia itu eggak sekejam apa yang sering gue pikirkan. tanpa sadar gue membalas senyum jungwoo dengan senyum terbaik gue.

"kalo senyum cantik banget deh kamu." kata jungwoo sambil megangin letak jantungnya dengan dramatis.

"yah jungwoo baru di senyumin dikit lemah nih? hahahha."

"kamu sadar banget padahal, kenapa enggak bisa ngasih tau alasannya ke saya?"

"maaf ya jungwoo, untuk saat ini privacy tapi mungkin nanti kamu bisa tau apa alasan saya."

"santai aja sih, saya emang gak harus tau lebih dalam tentang kamu aja." lirih jungwoo dengan tersenyum walau bisa gue baca senyum jungwoo itu senyum getir yang membuat gue lagi-lagi merasa enggak enak hati.

"hahaha kok jadi gini sih bahasannya? jadi gak kamu mau tentang pekerjaan saya kenapa?"

"ya.. ya jadilah woo. bilang aja sini sama saya. kenapa, hm?"

"gak usah pake hm dong!"

"lho kenapa? saya kan nanya!"

"saya lemah nih sama hm kamu!"

"hahaha apasih woo. yaudah apa?"

"kok jadi makin galak?"

"salah terus saya woo."

Waktu | Kim JungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang