Childhood Friend

1.4K 117 15
                                    

— flashback —

Langkah kecil Hyunjin terhenti saat matanya menangkap sesosok anak manis berparas menggemaskan.

Kakinya membawanya ke hadapan anak itu, "Eung, hai? Nama kamu siapa?" Hyunjin bertanya dengan senyum ramah dan tangan yang terulur.

"Eh? Aku Jeongin, kamu siapa?" anak itu menjawab, membalas dengan senyum lucunya.

"Aku Hyunjin. Kamu lagi ngapain?" tanya Hyunjin seraya duduk di samping anak itu.

"Jeongin lagi nunggu Bunda Jeongin, tapi lama, huft." bibir mungilnya melengkung ke bawah, menandakan kesal.

"Main sama aku, yuk? Aku juga lagi nunggu Mama, kok."

"Emangnya main apa?"

"Hmm, nggak tau, sih. Jalan-jalan aja, yuk?" Jeongin mengangguk, membiarkan Hyunjin meraih tangan kecilnya.

Tak lama, datang seorang wanita berusia sekitar 30 tahunan, "Jeongin! Ternyata kamu di sini, udah Bunda cariin dari tadi, ayo pulang. Eh, itu siapa?"

"Eung, ini namanya Hyunjinnie, Bunda. Jinnie nggak jahat, kok. Tadi ngajak Jeongin main," Jeongin menerangkan dengan tatapan polosnya. Hyunjin hanya tersenyum.

"Oh, main sama Hyunjinnya nanti lagi, ya. Sekarang kita pulang dulu, ayo." ucap sang bunda sembari menarik Jeongin ke mobil.

"Hum, okay. Bye-bye Hyunjinnie!" Jeongin kecil melambaikan tangannya.

"Bye, Jeongin! Nanti kita main lagi, ya!" seru Hyunjin, balas melambaikan tangannya ke anak manis itu.

Sejak pertemuan singkat itu, Hyunjin dan Jeongin menjadi dekat. Ditambah ternyata rumah mereka hanya berjarak beberapa meter.

"Jeongin, tadi aku dengar Mama sama Papa ngobrol tentang saudaraku yang mau nikah. Terus aku tanya, nikah itu apa, Ma? Mama jawab, Nikah itu kalo orang yang saling sayang hidup bareng-bareng. Terus aku tanya lagi, berarti Hyunjin boleh nikah sama Jeongin, dong? Tapi Mama jawab, nikah cuma boleh buat orang gede," jelas Hyunjin panjang lebar saat mereka sedang berbaring di atas rumput taman.

"Eum, terus?" tanya Jeongin.

"Jadi nanti kalo udah gede, Jeongin harus nikah sama Hyunjin, ya?" Jeongin hanya mengangguk, ia sebenarnya tak paham apa yang Hyunjin katakan.

"Yey! Hyunjin sayang Jeongin!" anak laki-laki tampan itu mendaratkan bibir tebalnya di pipi mulus Jeongin. Membuat wajah polos Jeongin memerah seketika.

"Jinnie, dada Jeongin deg-degan, Jeongin belum mau mati. Huaaa Bundaaa, hiks– Jeongin belum mau mati, hiks–" si manis menangis dengan polosnya. Hyunjin mencoba menenangkan Jeongin dengan memeluknya, namun tangisannya malah semakin kencang.

Sekarang Hyunjin mendapat satu pelajaran baru; jangan peluk Jeongin, nanti Jeongin mati.

— end of flashback —

"Dek? Dari tadi Kakak panggilin gak nyaut, lamunin apa, sih? Sampe senyum-senyum gitu," suara rendah Hyunjin menyadarkan lamunan Jeongin.

"E– eh? Nggak, hehe." cengiran lucu terhias di wajahnya.

"Hayo, pasti mikirin Kakak, ya?" goda Hyunjin.

"Mana adaaa," Jeongin memutar matanya malas.

"Ya udah, ayo. Mama sama Bunda udah nunggu di tempat fitting bajunya. Cepetan, takut gak keburu sebar undangan juga."

Jeongin tak pernah menyangka, pernikahannya hanya tinggal menghitung hari. Jeongin juga tak pernah menyangka, ia akan menikah dengan Hyunjin, teman masa kecilnya.

Ya, permintaan Hyunjin saat itu untuk Jeongin menikah dengannya sebentar lagi akan menjadi kenyataan.

♧♧♧

heyyo, it's me:D gimana ceritanya? bagus gak sih? kurang ya? boleh kok kalo mau kasih kritik sama saran, biar jadi lebih baik lagi, hehe!

aku tau karyaku emang kentank kalo dibandingin sama author lain, tapi seengganya aku berusaha. wkwk emang dasar tida tau diri:( .g

anyway, kalo ga divote gapapa kok. aku nulis cuma buat nyalurin ide yang numpuk di otak, daripada kebuang gitukan wkwk.

oke maaf bacotnya kebanyakan, terakhir, makasih udah mau baca! ily uwu.

Just HyunJeong.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang