Behind

847 86 2
                                    

"Kamu mau bilang siapa yang suruh kamu bunuh saya, atau kepala kamu saya hancurin?" Jeongin menodongkan sebuah pistol ke kepala seorang lelaki yang ia duga suruhan musuh besarnya.

"J– jangan, Tuan. Jangan bunuh saya, k– kasihan keluarga saya, Tuan.." lelaki itu memohon-mohon.

"Bilang sama saya bos kamu siapa, dan kamu saya balikin ke keluargamu. Cepat, waktu saya gak banyak."

"H– Hwang Hyunjin, Tuan. Hwang Hyunjin yang s– suruh saya ke sini." Jeongin tersenyum puas, ia tak perlu khawatir jika hyunjin yang mengirimnya.

"Oh, bajingan itu lagi. Baiklah, terima kasih—selamat tinggal." suara tembakan memekakkan telinga. Kepala lelaki itu hancur, mengotori dinding ruangan dengan isi dan darahnya.

"Hyung, tolong bersihkan. Aku keluar sebentar." perintah Jeongin kepada asistennya, mencuci tangannya lalu melenggang keluar ruangan.

Yang

Di tempat biasa, cepat.|
15.36
Read

♧♧♧

"Ngirim orang lagi buat apa sih? Kayak gaada kerjaan aja." Jeongin membuka pembicaraan.

"Udah gak berguna, makanya sengaja aku kirim. Biar dibunuh sekalian." jawaban absurd Hyunjin membuat Jeongin memutar mata.

"Kamu bebas, aku yang nanggung dosanya." Hyunjin terkekeh pelan, menatap gemas kekasih manisnya.

Mereka kini berada di sebuah bangunan kosong. Tidak melakukan apa-apa, hanya sekadar berbincang, melepas rindu dalam waktu yang tak banyak tersisa.

Keduanya pertama mengenal satu sama lain ketika mereka tak sengaja bertemu saat pertemuan besar. Hyunjin menyatakan perasaannya kepada Jeongin, dan ternyata jeongin merasakan hal yang sama.

Hubungan mereka berlanjut secara diam-diam, karena sesungguhnya keluarga mereka bermusuhan sejak puluhan tahun yang lalu. Tak ada yang mengetahui tentang hubungan ini, mereka tak ingin mengambil risiko.

"Jeong, kayak gini terus mau sampe kapan?" Hyunjin memecah hening.

"Jangan bahas ini, gak suka."

"Mau gak mau harus dibahas, kita gak bisa gini-gini aja."

"Biar aja, aku udah nyaman kayak gini."

"Yakin nyaman? Yakin kamu bahagia gak bisa bebas ketemu? Yakin kamu bahagia harus pura-pura benci? Yakin kamu tahan liat keluargamu selalu coba bunuh aku dan sebaliknya?" pertanyaan Hyunjin sukses membungkam Jeongin.

Sejujurnya, tidak. Jeongin tidak pernah nyaman seperti ini. Jeongin juga ingin seperti pasangan normal lainnya—bebas. Saling mencinta tanpa takut kehilangan nyawa mereka.

"Ya udah..."

"...kita berhenti hidup kayak gini. Pergi dari sini, mulai hidup baru, jauh dari tempat ini."

"Wow, that's such a big step. Tapi yakin gak? Jangan nyesel nantinya."

Jeongin mengangguk dengan mantap, "Yakin. Lagian Jeongin juga udah capek hidup kayak gini."

"Ya udah, besok kita omongin sama Mama Papa."

"Ngapain besok? Sekarang aja bisa, ayo." Jeongin segera bangkit dari duduknya. Hyunjin tersenyum bangga, sejak dulu Jeonginnya memang selalu keras kepala.

♧♧♧

"Bodoh. Kamu bodoh, Jeongin."

"Terserah, Pa. Aku cuma mau bebas, aku gak mau hidup di lingkungan kayak gini lagi."

"Berarti kamu siap ninggalin semua yang kamu punya demi anak sialan itu?"

"Ya, dan jangan sebut Hyunjin pake nama itu. Hyunjin bukan anak sialan."

"Ck, dikasih apa kamu sama anak itu sampe jadi gak tau diri gini?"

"Hyunjin gak ngasih aku apa-apa. Aku kayak gini karena kemauanku sendiri."

"Udahlah, mulai sekarang pergi dari sini dan jangan pernah anggap saya orangtua kamu lagi."

"Oke kalo gitu. Goodbye, Mr. Yang."

Hwang

|Masih di tempat biasa, aku tunggu.
17.21

♧♧♧

"Udah siap semua?"

"Udah, ayo."

Melepas semua alat pelacak yang melekat di tubuh mereka, keduanya mencoba memulai hidup baru entah dimana. Tak peduli bagaimana keadaannya, asalkan mereka tetap bersama, maka semuanya seakan terasa sempurna.

— ♧ —

'Cause I don't care
As long as you just hold me near
You can take me anywhere
And you're making me feel like
I'm loved by somebody
I can deal with the bad nights
When I'm with my baby, yeah.

— ♧ —


ceritanya mau bikin kek mafia gitu tapi ga terlalu ngerti, jadi jadi jadi ya gagal..

Just HyunJeong.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang