Eps. 7

1.1K 100 7
                                    

"Baik terima kasih, aku akan melunaskannya sampai lulus nanti hemm jangan ragukan itu, kau tahu aku kan?"

"Ya Jeongin, saya jelas mengetahuimu"

"Bagus aku pergi, nanti ada orang yang akan membawa uang untuk siswa baru yang aku beritahu kepadamu"

"Baik Jeongin"

Jeongin bangkit dari duduknya lalu pergi menuju pintu, sebelum ia menggapai knop pintu, dia berbalik sekali lagi menatap seseorang yang mempunyai kampus ini dengan mata rubahnya.

"Satu lagi, aku mau dia sekelas denganku"

Setelah mengatakan itu, Jeongin pergi meninggalkan ruangan kedap suara tersebut untuk pergi menuju parkiran dimana mobil keluaran barunya terparkir indah.

"Jeong!"

"Apa?"

"Pulang bareng"

"Apa aku harus menjawabnya? Aku tahu pasti kau tahu jawabanku"

"Tapi, aku tidak punya uang untuk menaiki bus atau taksi lagipula kita searah"

"Dengar ya Yeji, wanita yang sangat cantik di kampus ini..."

"... bilang saja kau ingin meminta uang kan atau kau ingin berdua denganku? Sepertinya opsi kedua hanya ada di dalam mimpimu"

Yeji menunduk seketika dadanya sesak bahkan Yeji tak tahu kalau Jeongin sedang merogoh sakunya.

"Ini ambillah"

Yeji menatap tangan Jeongin yang memberinya uang dengan jumlah yang banyak.

"Apa masih kurang? Baiklah aku akan memberikannya lebih lagi"

"Tidak!"

Jeongin menatap malas kearah Yeji.

"Dasar tidak jelas! Kalau tidak mau uang yasudah"

"Jeongin aku mencintaimu"

"Ohh ayolah Yeji kau bisa lihat di belakangmu"

Yeji menoleh kebelakang ada seorang pria tampan berdiri disana.

"Kau melukainya lagi dengan cara mengatakan bahwa kau mencintaiku, lihatlah dia jangan lihat diriku terus karena sampai kapanpun aku tidak akan jatuh kepadamu, Hwang Yeji"

Setelah itu Jeongin tersenyum miring kearah Yeji dan seorang pria di belakang sana kemudian Jeongin mencium kening Yeji.

"Tubuhmu tak cukup indah bagiku"

***

Yuna sedang terduduk di kursi makan yang ia tarik untuk menunggu mesin cuci berhenti, dengan malas matanya menatap mesin yang menggiling pakaian milik Jeongin tersebut.

Pikirannya kembali berperang tentu saja tentang Jeongin yang mungkin menyukai Yuna? Dan tntang sikap Jeongin yang selalu berubah terlebih kepribadian Jeongin.

Yuna belum tau pasti tentang pria tampan dengan dimple di pipinya itu, yang ia tahu Jeongin adalah Tuan-nya, Jeongin yang berusia 20 tahun dan seorang mahasiswa yang kaya raya.

Mesin cuci berbunyi menandakan bahwa penggilingan pertama sudah selesai, kedua kaki jenjang Yuna berjalan menuju mesin yang sangat mahal di matanya.

Sekali lagi Yuna memutar mesin itu untuk kedua kalinya ketika airnya sudah ia buang.

"Jeongin jangan selalu memelukku"

"Why?"

"Sshh~ jangan menciumi leherku Jeongin"

"Why?"

"Berhentilah bertanya"

Jeongin membalikan tubuh Yuna lalu mengangkatnya dan mendudukinya di atas mesin cuci.

"Hemmm coba tebak"

"Apa?"

"Tebak saja"

Yuna melirik keatas berusaha berfikir apa yang Jeongin fikirkan.

"Aku menyerah cepat katakan"

"Baiklah"

Jeongin memeluk Yuna membuat Yuna memejamkan matanya untuk menikmati rambut Jeongin yang wangi dan lembut.

"Kau besok sudah mulai kuliah, apa kau senang?"

"Hemmm sangat cepat, apakah gajiku di potong atau gaji Ibuku yang akan kau potong?"

"Ayolah Yuna aku memang membiayaimu juga Ibumu selama kalian tinggal disini"

"Terima kasih, aku sangat senang"

"Memang seharusnya seperti itu"

Jeongin melepaskan pelukannya lalu mengusap kedua paha Yuna.

"Mana jatahku?"

Yuna merasakan wajahnya panas ketika Jeongin mengatakan itu.

"Ayo cepat berikan!"

Yuna memiringkan kepalanya kekanan sedangkan Jeongin memiringkan kepalanya kekiri, sehingga bibir mereka menyatu.

5 menit mereka dalam posisi tersebut yang pada akhirnya Yuna melepaskannya.

"Aku sangat tahu bahwa kau ingin kuliah, benar?"

Yuna mengangguk.

"Mari kita buat peraturan untukmu dan untukku"
.
.
.
.
.
Bersambung...

Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Obsession 'Yang Jeongin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang