Eps. 21

786 71 7
                                    

Jeongin berjalan ke arah kantin dengan beberapa temannya, tatapannya kosong dan pikirannya pun ikut kosong karena memikikan Yuna.

Sudah 2 minggu Yuna tidak berada di samping Jeongin, maksudnya di kampus ini berbeda lagi di rumah, kalau di rumah Jeongin akan berusaha mendekati Yuna walaupun selalu di tolak.

Jeongin menatap Yuna di sebarang sana dengan tangan Hyunjin yang mengacak rambut panjangnya dan Yuna yang tertawa? Pemanadangan macam apa ini?.

"Aku pulang"

"Eh kenapa buru-buru?"- Chan.

"Ada urusan"

"Baikah hati-hati"- Changbin.

Jeongin hanya mengangguk lalu pergi dari sana.

"Apa dia muak melihat Hyunjin dengan Yuna?"- Lino.

"Sepertinya iya, kau tahu sendiri Jeongin seperti apa? aku tidak mau membayangkan jika suatu saat nanti Hyunjin atau Yuna akan celaka"- Woojin.

"Jaga mulutmu sialan!"-Felix.

"Ishh Jeongin sangat ambisius Felix"- Woojin.

"Tapi pikiranmu terlalu jauh bodoh!"

"Sudahlah kalian kenapa sih? Ohh iya Felix bagaimana dengan Yeji?"- Chan.

Felix menatap Chan lalu menghela nafasnya berat.

"Ibunya meninggal dunia seminggu yang lalu"

"APA?"

"Apa kalian tuli?"

"Lalu Yeji dimana dia? Sudah lama tak melihatnya"- Changbin.

"Dia di apartement-ku"

***

"ARGH!"

Jeongin melempar bantal, guling, selimut dan barang-barang yang bisa ia gapai.

"YUNAA KAU MAU MAIN-MAIN DENGANKU YAA?!!"

"TIDAK TAHU KAH BAHWA AKU TERSIKSA?"

"DASAR PENGKHIANAT!!"

Jeongin mendudukan tubuhnya di sisi ranjang, manatp lurus dengan tatapan kosong dan mulut yang komat-kamit.

"Lihat saja Yuna, kau sudah mengibarkan bendera perang dan cepat atau lambat kau akan kembali denganku"

Jeongin tersenyum miring lalu dia pergi berjalan kearah jendela, melihat suasana diluar sana.

Ceklek

"Astaga Jeong!"

Jeongin tidak membalikan tubuhnya, dia masih enggan menatap seseorang yang baru masuk.

"Jeong kenapa sangat berantakan?"

Jeongin masih diam.

Yuna geram lalu mendekat kearah Jeongin dan memutar tubuhnya secara paksa.

"Apa kau tuli?"

"Dasar tidak tahu diri"

"Apa yang kau bilang?"

"TIDAK TAHU DIRI!"

Yuna menutup kedua matanya ketika Jeongin meneriakinya, tanpa sadar air mata itu lolos kembali.

"JANGAN MENANGIS!"

"Jeong kau kenapa hiks...?"

"MASIH BERTANYA? LIHATLAH DIRIMU!"

Yuna menunduk membiarkan isakan kecil keluar dari sana.

"Kau menjauhiku Yuna"

Yuna juga tidak mau jauh dari lelaki yang ia cintai.

Yuna juga tak sanggup melihat Jeongin sendiri.

Yuna juga tak ingin berlama-lama dengan Hyunjin.

Tapi Yuna juga tidak bisa menjauhi Hyunjin, rencananya untuk mendekatkan Hyunjin dan Jeongin sudah terancang, tapi kenapa malah seperti ini?.

Jeongin menarik kedua tangan Yuna mendekat ke ranjang.

"Sakit hiks..."

Jeongin mendudukan Yuna di pangkuannya lalu mengusap air mata tersebut.

"Aku suka sama kamu ngerti ga si?"

Yuna menatap wajah Jeongin yang sangat dekat seketika kedua mata Yuna terpejam sangat erat.

"Kau mencintai Jeongin?"

"Iya Hyunjin"

"Tapi sayang dia tidak mencintaimu. Dia hanya obsesi kepadamu, terlebih dengan tubuhmu, dia jahat Yuna"

"Tidak! Jeongin tidak seperti itu"

"Kalau Jeongin mencintaimu dengan tulus tidak mungkin dia menyetubuhimu seenaknya dan tidak akan nyakitin kamu, terlebih hati kamu..."

"... aholah Yuna buka matamu bahwa Jeongin itu hanya terobsesi kepadamu, aku lebih tahu darimu Yuna, disini yang tulus mencintaimu adalah aku"

Yuna membuka matanya, dia mengingat perkataan Hyunjin di kantin tadi.

"Ga kamu jahat Jeong! Kamu tuh cuma obsesi sama aku!"

"Ga Yuna aku beneran suka sama kamu! Selama ini perlakuan aku ke kamu apa belum jelas?"

"Perlakuan kamu? Yang mana? Yang kamu selalu nyakitin aku dan nyetubuhin aku seenak jidat kamu? Kamu tuh ga suka sama aku apalagi cinta! Kamu tuh cuma obsesi sama aku! Terlebih sama tubuh aku, Jeongin!"

BRAK

Yuna di lempar ke ranjang oleh Jeongin.

"Jika aku tidak bisa mendapatkanmu..."

Jeongin menyentuh pipi Yuna sambil tersenyum.

"Maka semua pria di dunia ini juga tidak bisa mendapatkanmu"
.
.
.
.
.
Bersambung...

Obsession 'Yang Jeongin'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang