Day 1 : Thirty Minutes

285 32 18
                                    

Pria itu merenggangkan kedua tangan kekarnya mulai terasa pegal sambil mengerjapkan mata kecilnya yang cukup perih setelah dua jam memantengi layar LCD. Ia baru saja menyelesaikan tiga dari beberapa belas intrumental lagu yang harus ia kerjakan untuk setlist konsernya yang tinggal menghitung hari.

Lim Hyunsik, seorang penyanyi solo ballad yang perfeksionis. Ia tidak membiarkan orang lain mengerjakan hal-hal detail yang menyangkut penampilan musiknya. Menulis, menggubah lagu, dan mengaransemen lagu, bahkan hingga konsep konsernya pun ia rancang seorang diri. Matanya tampak kian kecil karena harus menampung sebentuk kantung dan lingkar hitam dibawahnya. Pun rahang tegasnya terlihat kian tajam karena persiapan konser membuatnya terkadang melewatkan jadwal makan.

Tok tok tok!

"Permisi, Produser Lim. Bisakah kau diganggu sebentar?"

Sebuah suara alto yang khas terdengar dari balik pintu, membuatnya lantas menyungging senyum dan memutar kursi kerjanya menghadap pintu. Siapa lagi kalau bukan seorang wanita yang tinggal di satu atap dengannya selama tiga setengah tahun belakangan, Oh Seunghee.

"Masuklah."

Pintu yang tak terkunci itu perlahan terbuka, disusul munculnya kepala mungil berambut sebahu setelahnya.

"Kau tidak sibuk? Tidak sedang mengerjakan proyek rahasia, atau semacamnya?"

Pria itu menggeleng, "Aku sedang istirahat."

Ia memutar kembali kursinya sambil menarik sebuah kursi serupa untuk tempat duduk sang istri.

Namun alih-alih duduk, wanitanya itu malah berdiri di belakang kursinya dan melingkarkan kedua lengan di leher kokohnya. Refleks ia genggam salah satu lengannya hingga tersadar bahwa sepasang tangan mungil itu sedang menggenggam dua kaleng bir.

"Bisakah sekaleng bir ini membayar tiga puluh menitmu untuk kuganggu?" bisik wanitanya.

Hyunsik menoleh ke samping kanannya, mendapati wajah memelas istrinya dalam jarak yang amat dekat. Tersenyum geli.

"Bagaimana ya? Sayangnya, sekaleng bir hanya bisa membayar lima menit saja."

"Jadi aku harus memberikan dua bir ini untuk setengah jam, begitu?"

Seketika bibir mungil wanitanya mengerucut, membuat Hyunsik semakin gemas saja. Lantas tangan nakalnya merayap ke belakang kepala sang istri dan menahannya agar tak bisa berkelit dari kecupan yang ia daratkan di bibir mungil itu dengan lembut.

"Satu ciuman untuk lima belas menit tambahan," bisik Hyunsik dengan suara husky yang khas.

Wanita itu berdecak pelan. "Astaga, perhitungan sekali."

Diraihnya tangan kekar Hyunsik dan meletakkan salah satu bir ke tangannya sebelum duduk di sebuah kursi 'kehormatan' yang sudah disediakan. Tak berlama-lama, segera mereka adukan minuman beralkohol rendah itu sebelum menenggaknya dengan nikmat.

Ruangan berukuran tiga kali empat itu semakin sempit saja karena dijejali berbagai alat musik sang komposer yang kian bertambah.

Oh Seunghee, mengedar pandangan ke sekeliling ruangan studio yang seringkali ia cemburui itu. Bagaimana tidak, sepertinya Hyunsik selalu lupa akan segala hal jika sudah berdiam disana. Makan, tidur, bermalam, begadang, dan bergelut dengan pekerjaan musiknya hingga kadang seperti lupa begitu saja pada istrinya yang sedang menunggunya di kamar, sendirian.

Jika sedang di puncak hectic, suaminya dengan kejam akan memasang sebuah kertas di depan pintu yang secara terang-terangan menyuruh siapapun - termasuk Seunghee - untuk tidak mengusik, apalagi menyuruhnya keluar studio. Tulisannya berbunyi, 'Harimau sedang lapar, harap tidak diganggu!'

SAY YOU LOVE ME, ONCE AGAINWhere stories live. Discover now