Day 5 : Misunderstood

203 31 21
                                    

Pria itu memejamkan mata kecilnya, bersamaan dengan helaan napas dalam yang kemudian dihembuskan pelan-pelan. Tidak biasanya ia kesulitan tidur, lumrahnya ia akan segera terlelap setelah menyentuh bantal jika sudah terlampau lelah. Ini juga bukan kali pertamanya ia tidur di hotel untuk urusan kerja dan meninggalkan keluarganya di rumah, ia sudah terbiasa.

"Apa.. kalian pergi berjalan-jalan hari ini?"

"Eh? Ah.. Kami.. tidak pergi kemana-mana. Seungsik tidur siang begitu lama.. jadi aku hanya menyibukkan diri di rumah, ya. Ah.. aku memasak puding, ya. Puding anggur kesukaannya."

Suara wanitanya yang dibumbui nada-nada keraguan itu membuatnya memikirkan hal macam-macam semalaman.

Jelas. Seunghee berbohong.

Bukan, bukan hanya karena nada ragu dalam ucapan yang ia dengar dari seberang sana. Baru saja ia menelpon Pak Yoo dan menanyakan aktivitas sang istri seharian kemarin. Berdasarkan keterangan Pak Yoo, sang istri memintanya pergi ke supermarket untuk berbelanja keperluan dapur, lalu mampir ke taman Sarang bersama Seungsik, bahkan berbincang dengan seorang pria asing disana.

Kalau saja Seunghee mengatakannya dengan jujur, bahwa kemarin ia pergi ke Taman Sarang dan bertemu dengan seorang pria yang entah merupakan saudaranya, temannya, atau klien otobiografi yang sedari kemarin ia ceritakan itu, mungkin Hyunsik sudah cukup puas dan tidak akan mempertanyakan apa-apa.

Hyunsik ingat betul isi kulkas mereka yang kosong melompong saat terakhir kali mencari sebotol yogurt disana. Bagaimana bisa ia membuat puding anggur tanpa satupun bahan? 

Ia ingin percaya pada Seunghee. Menanyakan aktivitas istrinya pada Pak Yoo - yang notabene adalah orang luar - menurutnya sudah cukup memalukan dan secara tak langsung menunjukkan penurunan kepercayaan. Namun fakta dan informasi yang tak sinkron dengan pengakuan Seunghee membuatnya terus berspekulasi.

Ada apa dengan sikap anehnya sejak kemarin?

Mengapa berbohong?

Tok tok tok!

Hyunsik tersentak, ternyata Daegyum - sang manajer - sudah datang menjemputnya untuk rehearsal. Bergegas ia bersiap-siap; mencuci muka, menggosok gigi, mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian kasual, dan tak lupa menggunakan topi hitamnya untuk menutup rambut keringnya yang belum sempat dibasahi.

"Kau tidak apa-apa, Hyunsik-ssi?" tanya Daegyum saat mereka berjalan di koridor hotel. "Kau tampak agak pucat."

Hyunsik menggeleng. "Hanya sulit tidur."

"Ada masalah? Ada yang kau pikirkan?"

Tidak ada jawaban sampai mereka menaiki elevator yang sedang sepi itu.

"Tidak. Hanya saja.." ucapan Hyunsik menggantung cukup lama. Bayangan Seunghee yang 'bertemu pria asing' seperti yang diceritakan Pak Yoo terus saja mengganggunya. Ia butuh kejelasan yang terlontar dari mulut Seunghee langsung.

"Aku harus pulang ke rumah nanti malam. Daegyum-i, tolong atur jadwalku ya."

*

Januari 2015 adalah tahun yang berat untukku, Ibu, dan dua adikku. Ayah meninggalkan kami selama-lamanya. Ia meninggalkan sejumlah tanggung jawab padaku sebagai anak tertuanya. Saat itu, aku tak tahu harus melakukan apa, terutama untuk memegang Hwimang Furniture. Aku tidak tahu persis tapi tiga tahun belakangan, Ayah benar-benar kerepotan mengurus perusahaannya yang mulai merosot mendekati kebangkrutan. Sebulan sebelum dia meninggal, dia tinggal memiliki sepuluh persen saham dan masih menunggak banyak hutang.

SAY YOU LOVE ME, ONCE AGAINWhere stories live. Discover now