Suara renyah dan lantang yang khas itu memecah mimpi indahku pagi ini, siapa lagi kalau bukan ayah yang sedang membangunkanku .
Aku mengernyitkan dahiku karna cahaya pagi yang masuk melalui celah jendela kamarku.
"Ayah pagi-pagi udah rapi mau kemana? Ini kan hari sabtu, harusnya libur dinas dong yah" ucapku masih sambil mengucek-ucek mataku.
"Ayah sama bunda hari ini mau pergi pengajian ke rumah om wisnu. Beliau dan tante aruni kan mau pergi umroh " .
"Ohhhhh gitu ya yah" jawabku masih sambil menahan kantuk
"Kamu habis ini mandi,siap" ke stasiun ya ca jemput fahri habis itu kalian nyusul kesana" . Perkataan ayah sontak membuatku kaget dan melotot .
"Kok ica sih yah, kenapa gak sopirnya kek atau saudaranya mas fahri aja" .
"Icaa.. kan om wisnu dan keluarga yang punya acara, lagian semalam bunda udah telfon fahri kalau yang jemput kamu, ini perintah lo ca"
"Shittt,nyusahin aja sih orang satu itu. aku mengumpat dalam hati.
"Aku kan bukan anak buah ayah, tapi yasudahlah nanti ica yang jemput, jam berapa yah"
"Coba kamu hubungi fahri nak, tadi sih dia dari bandung jam 8 pagi. Paling sampai sini jam 11 an "
"Ayaahhh.. masa ica duluan sih, kan yang butuh dijemput mas fahri harusnya dia dong yah yang telfon ica dulu"
"Yasudah nanti biar ayah yang nyuruh fahri telfon kamu"
Dengan wajah badmood aku bergegas untuk mandi dan siap-siap untuk menjemput mas fahri di stasiun.
****
Aku sampai di stasiun duluan sebelum mas fahri menelponku. Jam menunjukan pukul 11.00 tapi aku belum melihat sosok mas fahri. 20 menit lebih aku duduk menunggu kedatangan mas fahri dengan wajah bosan . Tiba" berdiri seseorang di depanku."Nunggu siapa neng?" Suaranya yang serak" basah seperti aku tidak asing mendengarnya .
Aku terpaku melihat mas fahri mengenakan pakaian dinas PDH-nya yang berwarna hijau pupus itu. Rambutnya yang cepak, sepatunya yang mengkilap dan ransel hitam yang di gendongnya. "Woowww ternyata dia memang gagah, pantas saja Meta menyebutnya Abang gagah.
Sebelumnya aku tak pernah melihat dia mengenakan baju dinas nya, Awal pertemuan dan sewaktu acara ulang tahunku kemarin dia selalu mengenakan baju polo, celana jeans dan sneakers.
Kali ini aku mengakui dia punya kharisma tersendiri."Caaa... kok bengong sih, kenapa? " celetuk mas fahri memecah lamunanku.
"Haaa.. enggak kok mas, mas fahri lama banget sih aku bosen tau nunggunya"
"Maaf ca, aku lupa ngabarin kamu tadi handphone aku lowbat"
"Ya gapapa "
Kami berjalan menuju parkiran mobil, satu hal yang membuatku Awkward. Mas fahri tiba" mengandeng tanganku, hingga dilihat banyak orang di stasiun itu.
"Mas lepasin , aku malu diliat orang banyak"
"Bisa malu juga toh, Udah nurut aja biar kamu ga ilang makannya harus digandeng"
"Emangnya aku anak tk apa pake digandeng segala"
"Udah mana sini kunci mobilnya biar aku yang nyetir" .
Perjalanan menuju kerumah mas fahri lumayan jauh dari stasiun sekitar 30 menitan. Entah mengapa aku sedikit salting duduk di sebelah bangku kemudi tempat mas fahri menyetir.
"Ca, gimana kuliahnya? Lancar kan, kapan skripsi?"
"Alhamdulillah lancar kok mas, ini lagi ngajuin proposal mas"
"Bagus deh" ucap mas fahri tanpa melihatku yang sedang fokus menyetir.
"Mass.. aku boleh tanya sesuatu?" Ucapku sedikit kikuk.
"Tanya aja ca, pasti mas jawab"
"Kenapa mas fahri naruh rasa sama ica??"
Sontak mas fahri menghentikan mobil yang kami kendarai, untung saja di depan lampu merah. Aku sedikit kaget karna mobil yang berhenti mendadak.
Mas fahri memandangiku dengan serius, hingga makin membuatku salah tingkah ."Kamu belum buka hadiah dari aku ya ca?"
Aku hanya meringis tersenyum
"Udah seminggu tapi hadiah dari aku belum dibuka juga, kamu mau tau jawabannya? Buka hadiah dariku trus baca suratnya"
"Hehe.. anu mas belum sempat buka hadiah dari mas fahri, soalnya ica rada sibuk akhir"ini. Tapi nanti sepulang dari pengajian pasti ica buka deh"
Mas fahri hanya menyunggingkan senyum mendengar perkataanku barusan.
*****
Sampai dirumah mas fahri aku disambut hangat oleh keluarganya, acara pengajian pun dimulai hingga menjelang sore hari. Tak terasa malam tiba.Seperti biasa karna memang sudah sahabatan semenjak menjadi "rekanita" katanya. Bunda dan tante arini begitu betahnya ngobrol apalagi ayah dan om wisnu yang super asyik sepertinya kalau udah ngobrol berdua . Hingga aku dicueki dan duduk termangu sendirian. Tiba" aku dikagetkan dengan sosok mas fahri yang tiba" duduk di sebelahku."Ca, hadiahnya jangan lupa di buka loh. Awas kalau sampe gak di buka"
Aku memalingkan bola mataku " hadeh iyaa nanti aku buka itu hadiahnyaa"
"Ehemmm.. ada yang lagi asik pacaran nih" celetuk bunda dan tante arini yang entah dari kapan sudah berdiri di belakangku .
"Ayoo ca kita pulang,pamitan dulu sama tante arini dan om wisnu .. apa masih betah pacaran sama mas fahri disini" goda bunda hingga membuatku makin cemberut karna sudah kelamaan menunggu bunda dan ayah yang sedari tadi ngobrol ga berhenti-henti .
"Aduh, jadi inget jaman muda dulu ya may, kalau lihat mereka " celetuk tante arini.
Aku bergegas beranjak dari sofa dan segera menyalami tante arini supaya aku cepat terbebas dari situasi ini.
" tantee, om ica pamit pulang yaa"
"Iyaa calon mantu tante, makasih ya udah jemput fahri tadi makasih juga nak udah ikut bunda sama ayahmu dateng" ucap tante arini sembari memeluk dan bercipika cipiki denganku
"Mas fahrinya dipamitin dong ca" bisik bunda kepadaku .
"Mas,ica pulang dulu" . Mas fahri hanya tersenyun dan mengangguk-anggukan kepalanya .
Tanpa berlama-lama lagi akhirnya aku dan kedua orangtuaku pulang kerumah kami yang hanya 15 menit dari rumah mas fahri
#A/n : * PDH = Pakaian Dinas Harian
* Rekanita = ( Rekan Wanita) , sebutan bagi pacar Taruna entah dari Matra Darat,laut maupun udara .Haii gaiss.. maaf jika masih acakadul ya, ku harap kalian mengerti alur nya, dan kalau ada kritik atau saran sampaikan aja ya supaya bisa jadi koreksi buat diriku dan tentunya supaya aku makin berkembang buat nulis ginian hehe. Makasih yg udah baca😍
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
Short StoryDear You, Cinta bisa datang kapan saja, aku menyadarinya semenjak mengenal mas fahri. Tanpa disadari aku mulai mencintai laki-laki yang sempat aku benci itu. Dan perpisahan juga bisa datang kapan saja. Ada pertemuan ada perpisahan. Tapi setelah me...