Cuaca mulai mendung, sedangkan aku masih dijalan.Masih sekita 15 menitan lagi untuk sampai dirumah.
Tiba-tiba motor yang kutumpangi berhenti mendadak.
"Kenapa, Pak?" Tanyaku.
"Mogok kayanya, Mbak.."
"Bisa turun sebentar, biar saya cek ," Aku turun dari motor, mengedarkan pandangan ke sekitar. Di dekat sini gak ada bengkel motor. Aku mencoba menghubungi Papa, tapi nomornya sedang sibuk.
Aku chat Zian, sudah dibaca tapi gak di balas. Ish, dasar adik durhaka. Aku telepon sajalah.
"Apa sih,Kak.. Ganggu aja," Ucapnya dengan kesal.
"Jemput gue, Ojolnya mogok, buruan." Jelasku.
"Aduh, gak bisa. Gue masih di sekolah nih, mau latihan futsal," Jawabnya.
"Lo gak lupa kan, kalo adik lo yang ganteng ini minggu depan mau ikut kejuaran Futsal nasional," Ucapannya masih sesombong biasanya. Ish, jadi gimana dong?
"Terus gue?" Tanyaku.
"Pesen ojol lagi aja lah, Kak. Ribet amat sih," Eh, iya juga ya.
"Yaudah," Jawabku sok malas sambil memutus panggilan. Padahal malu, kenapa jadi mendadak ogeb gini sih aku? Hadeh.
"Mbak, kayanya motor saya mogoknya parah deh, gabisa nganterin Mbak. Mbak gausah bayar, Gak pa-pa." Aku menoleh,
"Iya, Pak. Makasih.."
"Mbak pesen lagi aja," Sarannya. Aku mengangguk mulai mencari driver yang sedang ada di dekat sini, tapi ternyata nihil. Wajar saja, hari sudah sore,mendung lagi. Aku menghembuskan nafas lelah, menoleh ke samping ternyata si Bapak Ojol sudah pergi, mendorong motornya. Di daerah sini tidak terlalu ramai, karena bukan jalan utama.
Ku putuskan untuk mencari tempat yang nyaman, mungkin minimarket didepan sana.
Aku melangkah lunglai, mendekap erat tas berisi notebook dan buku.
Aku menoleh mendengar bunyi klakson, berisik sekali sih. Seorang pengendara melaju pelan ke arahku dengan bunyi klaksonnya yang berisik.
"Hallo, Ai.. " Sapanya. Berhenti disampingku. Aku tau dia siapa, ya ampun apa lagi ini?
"Naik, Ai. Udah mau ujan." Titahnya. Aku hanya bergeming. Tidak berniat naik sama sekali. Memangnya kalau hujan kenapa? Hujan kan air, anugerah pula."Emang Lo mau, laptop dan bukinya keujanan?" Tanyanya.Aku menatapnya datar. Hanya sekilas, kemudian aku melanjutkan jalanku. Tujuannya masih sama, minkmarket depan.
"Ya ampun, susah banget sih. Mau ditolongin juga," Gumamnya pelan. Tapi, aku bisa mendengarnya. Lagian siapa juga yang minta tolong.
"Naik, Ai.. gue janji, selamat ampe rumah.." Oh, rupanya dia mengikutiku, toh.
"Besok gue ga bakal ganggu,Lo.." lanjutnya. Aku menoleh. Besok dia gak bakal ganggu, katanya?
"Gue janji, besok gak bakal ganggu Lo. Asal lo naik, sekarang. Kita pulang," Ucapnya. Terdengar bersungguh-sungguh. Tanpa berniat menjawabnya, aku langsung naik ke motor matic warna merah yang dia bawa.
"Taro tengah aja tasnya, pegangan. Gue mau ngebut, keburu ujan," Titahnya. Dan aku menuruti, dari pada dadaku kena punggungnya, kan?
Kemudian, motorpun melaju. Gak ada yang bersuara selama perjalanan.
Jelas saja aku malas membuka obrolan, dan dia nggak biasanya diem gini. Ah, terserah lah. Yang penting nyampe ke rumah.
10 menit kemudia, aku tiba dirumah. Bersamaan dengan rintik hujan yang mulai turun.
"Makasih," Kataku. Walau gimapun dia udah nolongin, kan?
"Iya,"
"Gue balik," Pamitnya. Tanpa membuka helm, pun tanpa menoleh padaku.Kemudian pergi dengan kecepatan tinggi, mungkin? Karena hanya dalam waktu satu menit, dia sudah menghilang ditikungan.
Hujan mulai turun dengan deras, ketika aku tiba di kamar.
Sebenarnya aku masih aneh, melihatnya diam seperti tadi. Tapi, yaudahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGKAHKU TERTUJU PADAMU
ChickLit"Ai, boleh gak Aku nyerah?" Ucap seorang pemuda. Namanya Ikmal. Ikmal Maulana Malik Ibrahim. Seseorang yang Ikmal ajak bicara hanya bergeming, membuang pandangan ke samping kiri. Diam. Ikmal maju, menghampiri gadisnya. Iya, gadisnya. Karena, setelah...