Jam menunjukan waktu istirahat telah tiba, dan yang paling enak untuk ngabisin waktu ini dimana?
Ya benar sekali dikantin.
Kita lihat suasana kantin yang jauh dari kata sunyi, karena setiap meja setiap kursi dari ujung ke ujung telah terisi para siswa-siswi yang pada ribut semua —mulut toa. Ada yang rebutan kursi rebutan antrian rebutan cowok ganteng juga ada hmm. Yang bergosip ria juga banyak sampai meluber—tumpah ruah.
Kita akan menuju ke kumpulan anak kelas X2 yang sedang mengisi perut menguras dompet. Pada lagi makan seakan-akan tak ada hari esok. Semua makanan diborong kayak mau ada hajatan tujuh hari tujuh lebaran: "))
Dia yang makan aku yang nangis——
———Yakan bayarnya makanan minta dibayarin aku, curhatan hati seorang siswa kelas X2 a.k.a. Slamet karena dia udah kalah lomba balap lari ke kantin.
Sebenarnya bukan Slamet yang kalah lomba balap, tetapi seorang siswi yang bernama Ajeng, karena tingginya jiwa kebucinan Slamet pada Ajeng jadilah dia rela mengalah. Sehingga dompet Slamet jadi korban begal satu kelas. Kalau Ajeng juga naksir Slamet bisalah untung sekalian cari muka sama gebetan, lah nah ini boro-boro naksir mau nengok ke arah Slamet aja si Ajeng mikir-mikir dulu. Namanya Slamet tapi nasibnya gak selamet sungguh kasihan—miriz sekali nasibmu nak.
"Nambah lagi woyy yang banyak!!" Jonathan berseru.
Sedangkan Slamet udah pengen geret itu si Jono ke kantor penggadaian mau dia tuker duit aja— si Jono kalau ngomong lemes bener gak tau ini apa si Slamet udah ketar-ketir takut dompetnya kena asma dadakan.
"Swipp dwah" Budi berucap dengan mulut yang masih penuh dengan makanan ——gak takut keselek apa ini. Budi langsung ambil gorengan lagi lima biji ditambah es jeruknya tiga gelas.
Terus ada lagi Aneta yang makan gorengan satu buah cabenya tujuh biji.
Rahmat gak mau kalah, dia ngambil gorengan tujuh buah cabenya satu doang ——iya satu, satu piring penuh cabe.
Ingat ini bukan cabe-cabean perempatan lampu merah, tapi ini adalah cabe beneran yang telah dibesarkan dengan sepenuh hati seperti anak sendiri: "))
Akhirnya terjadilah lomba lagi, makan cabe tanpa gorengan. Cabenya nambah gorengannya cuma dijadiin pajangan —sungguh anak-anak yang wagelaseh.
Sedangkan teman-teman yang lainnya masih pada anteng makan, banyak juga yang ikut berpartisipasi dalam lomba makan cabe ini, ada juga yang cuma jadi penonton bayaran.
Kenapa penonton bayaran? Karena kalau gak mau ngasih bayaran ini meja kantin mau dibalik jadi dibawah biar lantainya yang diatas: '))
Dan oknum bosge kita si Slamet cuma diem sambil gigitin jarinya lihat kelakuan aneh bin ajaib teman-temannya yang kek gak pernah makan satu tahun, mana lagi daritadi gak pada kenyang-kenyang dasar perut karet.
"Sabar aku tuh diginiin" Slamet tersenyum dalam kesedihan seakan terluka tapi tak berdarah.
Dia yang traktir dia yang gak makan, sungguh miris kau Slamet.
.
.
.
.
.
.Kita tinggalkan suasana kantin sejenak beralih pada lorong kelas.
Terlihat suasana lorong-lorong kelas yang sekarang ini sedang sepi-sepinya, sangat tenang karena sang oknum yang biasanya membuatan keonaran alias para siswa-siswi sedang melakukan istirahat dikantin——nabung duit.
Tapi ketenangan itu tidak bertahan lama sesaat ada teriakan melengking dari salah seorang guru.
Kita lihat saja kelanjutannya. . . . .
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden Mas and his friends
RandomKisah pertemanan yang dibumbui oleh canda tawa bersama untuk melukis cerita diatas nebula ▶▶▶ Bagaimanakah bila seorang putra mahkota kerajaan sea world bersekolah? Oke walaupun sebenarnya bukan putra mahkota kerajaan sea world juga Tapi dialah put...