"Pasti dia udah bahagia di sana," Aysel tersenyum sambil menatap langit yang selalu membuatnya tenang.
"Iya, lo bener. Pasti sekarang adek gue lagi bahagia banget, bisa ketemu sama orangtua kandungnya lagi."
Tak terasa, Deny menceritakan masa lalu yang telah membuatnya berubah seperti sekarang ini. Dahulu Deny adalah orang yang selalu membawa kehangatan. Semenjak adiknya pergi, kehangatan dalam dirinya berubah, seketika membeku seperti es. Hanya keluarga dan Tasya yang sangat ia sayangi, juga yang berarti dalam hidupnya, tidak ada yang lain.
Baginya Tasya sudah tak terdefinisikan lagi. Segala-galanya adalah Tasya. Yang ia sayangi, yang ia kagumi dari ketegarannya. Membuat banyak pelajaran dalam hidup, juga mengajarkan ketulusan serta keikhlasan dalam menjalani hidup.
Tasya, adalah malaikat kecil Deny. Malaikat cantik, malaikat kebahagiaan, dan malaikat yang harus ia jaga dengan sepenuh hati. Selalu dan akan terus merindukan sosok Tasya.
"Makam dia dimana?"
"Makamnya di Bandung. Enggak lupa setiap minggu gue ke sana untuk berziarah dan berdo'a."
"Gue jadi penasaran sama Tasya. Pasti dia lucu dan baik banget deh, sampe membuat kesan yang begitu dalam untuk hidup lo."
"Sangat. Ay, sebentar lagi masuk. Ayo kita balik ke kelas," Deny yang tersadar waktu langsung melihat jam yang melingkar di tangannya. Memang benar sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
Mereka berdua kembali ke kelas. Baru mereka duduk di bangkunya masing-masing, bel tanda berakhirnya istirahat berbunyi. Tak sengaja pandangan Aysel mengarah ke luar jendela, ia mendapati Sila sedang berbicara dengan Rey. Aysel terus memperhatikan sampai Sila masuk ke kelas dan duduk tepat di sampingnya.
"Hay Acel," sapa Sila yang melihat Aysel terdiam.
Pelajaran dilanjutkan karena guru sudah memasuki kelas. Semua murid di kelas sibuk memperhatikan guru itu mengajar.
Pulang sekolah Sila langsung keluar dari kelasnya, sementara Aysel masih membereskan buku-bukunya dan melihat ke sekitar agar tidak ada barang yang tertinggal.
"Ay, cuma mau bilang makasih lo udah mau denger cerita enggak penting gue tadi," Aysel langsung menengok ke belakang dan mendapati Deny sedang membenarkan letak tas yang ia kenakan agar lebih nyaman.
"Iya. Tapi itu penting kok, gue dapet pelajaran banyak dari cerita lo."
"Yaudah ayo," mereka berdua keluar meninggalkan kelas yang sudah tidak berpenghuni lagi.
Aysel berjalan beriringan dengan Deny menuju gerbang sekolah. Di depan Aysel, Rey dan Sila berjalan dengan bergandengan tangan. Aysel tidak mungkin membiarkan harga diri adiknya itu dianggap rendah.
Aysel berjalan cepat mendahului Deny. Ia menarik tangan Sila yang dipegang oleh Rey, "lo jangan berani beraninya ya sentuh adek gue!" ucap Aysel kesal pada Rey karena dengan seenak jidatnya memegang tangan Sila.
"Lo apa-apansih Sel!" Sila menghentakkan tangannya yang dipegang erat oleh Aysel dan berlalu meninggalkan mereka semua.
"Sekali lagi gue bilangin ke lo. Jangan pernah sentuh Sila!" ucap Aysel dengan penuh penekanan dan membuat Rey diam tak berkutik.
"Sabar, Sel," Deny datang dan menenangkan Aysel.
Aysel berlalu meninggalkan Deny dan Rey yang masih berdiri menatapnya. Aysel menyusul Sila yang sekarang mungkin sudah di gerbang sekolah menunggu kakaknya datang. Tepat sekali, Sila sudah di depan gerbang sekolah.
![](https://img.wattpad.com/cover/208137966-288-k878102.jpg)
YOU ARE READING
Cinta Yang Jauh
Fiksi RemajaCinta dari jarak jauh untuknya. Memang tak asli tetapi rasanya tulus. Penuh dengan kasih. Memberikan kenyamanan yang tak terkira. Sudah terjatuh sangat dalam padanya. Semua rasa ada padanya, manis, asin, asam, sampai pahit. Menjadi saksi atas semua...