part 6

6 0 0
                                        


Liburan akhir tahun ini rencananya keluarga Aysel tebang ke Jerman untuk mengunjungi keluarga di sana. Tiket pesawat sudah di pesan sejak lama oleh Armand, ayah Aysel. Tinggal menunggu waktu liburan tiba. Aysel yang tahu akan pergi ke Jerman sangat bahagia, karena dia akan bertemu dengan orang spesialnya di sana.

Setelah melewati ujian dan pengambilan hasil akhir semester. Aysel bersiap-siap terbang ke Jerman sesuai jadwal yang sudah diatur. Bahagia, tak ada kata-kata lagi yang bisa ia ungkapkan.

Setelah pengambilan raport kemarin, Aysel langsung mengemaskan semua pakaian dan kebutuhannya yang akan ia bawa ke Jerman. Aysel kembali mengecek semua barangnya, takut-takut ada yang ketinggalan. Ah iya boneka kesayangannya, barang itu belum masuk tapi ransel dan koper Aysel sudah terisi penuh.

Aysel memikirkan bagaimana ia bisa membawa boneka itu, tidak mungkin ia mengeluarkan sebagian pakaiannya. Tinggal saja, tidak, ia tidak bisa tidur tanpa memeluk bonekanya. Boneka itu sudah dianggap sebagai pengganti yang memberinya, karena jauhnya jarak yang memisahkan mereka.

Setelah subuh nanti, keluarga Aysel akan berangkat menuju bandara. Memang waktu yang sangat pagi, mengingat pesawat yang mereka tumpangi akan berangkat pukul 08.45. Aysel menaruh ransel, koper, dan bonekanya di sofa yang ada di kamarnya, dan membaringkan tubuhnya di kasur.

Aysel terbangun pukul tiga dini hari. Ia bersiap-siap, terlalu bersemangat untuk pergi. Nampaknya hari ini akan menjadi hari kebahagiaan bagi Aysel. Setelah sekian lama ia tidak pernah merasa sebahagia dan sesemangat ini.

Aysel pergi keluar dari kamarnya. Masih sepi, mungkin yang lain sedang bersiap-siap. Aysel menunggu di ruang tamu sambil menonton televisi. Menonton stasiun televisi kartun yang berputar nonstop.

Saat Aysel melirik ke arah jam, sekarang sudah menunjukkan jam empat kurang lima belas menit. Aysel keluar dari ruang tamu. Aysel pergi ke kamar untuk melaksanakan Subuh.

"Eh, Neng Aysel kemana aja? Yang lain udah sibuk nyariin," Mbak Tika mengagetkan Aysel saat ia hendak menaikki tangga.

"Emang yang lain dimana?"

"Udah di depan rumah."

Tanpa menjawab Aysel langsung membalikkan tubuhnya dan segera pergi keluar rumah. Benar saja, Aldo dan Alaric sedang memasukkan koper dan tas mereka, sementara Sila hanya duduk dengan mata terpejam.

Di kamar Aysel melihat pantulan dirinya di cermin. Aysel hanya menggunakan kaos lengan pendek yang ditutupi dengan jaket merah, rok payung berbahan lepis, dan kerudung bergo berwarna hitam. Aysel memang selalu berpenampilan sederhana. Dan Aysel juga menggunakan sepatu kets berwarna marun dengan list hitam.

Aysel mangangkat kopernya dan memegang boneka, sedangkan ranselnya sudah berada di punggung. Lumayan sulit saat turun dari tangga. Setelah berada di bawah, ia kembali menarik kopernya.

Aysel keluar dari rumah dan mengatur barang-barangnya didalam mobil. Alaric sedang di dalam rumah, sementara Aldo duduk menemani Sila, sambil sesekali menggoda adiknya yang masih mengantuk itu.

"Kak Aldo bagasinya penuh," Aysel memberi tahu ketika melihat bagasi mobilnya yang penuh.

"Iya, terus?" Aldo yang ditanya malah balik bertanya.

"Taro aja di kursi paling belakang, muat pasti," Sila yang masih memejamkan matanya memberi saran.

"Tapi..."

"Udah masukin aja. Mau di taro mana lagi emang?"

Iya juga sih ya, kalo enggak emang mau taro dimana, enggak mungkin kan di tinggal. Aysel langsung berjalan dan masuk ke mobil barisan belakang dan mulai mengatur letak barangnya agar tidak menganggu kenyamanan.

Cinta Yang JauhWhere stories live. Discover now