Pagi ini, masih sama seperti biasa, Aysel bangun saat semua orang masih dengan mimpi indahya. Ia bersyukur karena masih diberi kesempatan bangun dan menjalani aktivitas di dunia ini untuk mencari amalan sebagai bekal akhirat nanti. Yang membedakan saat ia bangun hari ini adalah kepalanya terasa berat.
Dengan sedikit memaksa, Aysel berjalan ke kamar mandi. Aysel berangkat ke sekolah dengan keadaan matahari yang belum muncul. Ia memilih untuk memesan ojek online dari depan rumahnya. Mata Aysel tidak sengaja melirik ke arah rumah Deny, kebetulan ia melirik satu kamar yang baru mematikan lampu kamarnya, sepertinya orang penghuni kamar itu baru bangun.
Driver-nya sudah datang, Aysel segera memakai helm yang diberikan dan pergi menuju sekolahnya. Di sekolah juga masih kosong, tidak ada orang sama sekali. Saat melangkah di koridor menuju kelasnya, hanya terdengar suara langkah kaki berasal dari sepatu yang ia dikenakan.
Sampai di kelas, Aysel menidurkan kembali tubuhnya dengan menggabungkan bangku yang ada di sebelahnya. Hari ini mood-nya tidak ada sama sekali, ditambah dengan kepalanya yang berat dan tubuh dirasa melemah.
"Sel, misi dong. Gue mau duduk," seseorang membangunkan Aysel yang benar-benar tertidur. Aysel bangun dan merubah posisinya menjadi duduk.
"Eh sorry ya," Aysel meminta maaf kepada adiknya. Yang baru saja membangunkannya adalah Sila.
Aysel yang tertidur dengan jaketnya kembali merapihkan dan memasukkan jaket ke dalam tasnya. Kemana pun Aysel pergi, ia tidak pernah lupa dengan jaket, walau tidak sakit sekalipun. Jaket adalah benda yang selalu membuatnya nyaman.
"Ay, lo kenapa?" tanya Deny yang duduk di belakang Sila.
Merasa terpanggil, Aysel menengok kebelakang, "ngantuk."
Bel berbunyi dan pelajaran di mulai. Istirahat pertama, Aysel tidak keluar dari kelasnya. Saat istirahat kedua kebetulan ia sedang ada urusan dengan salah satu guru jadi ia segera keluar kelas untuk mengurus urusannya.
"Ay, lo ke kantin gak?" tanya Deny. Dia sengaja menunggu Aysel kembali dari ruang guru. Entah apa yang membuatnya yakin kalau Aysel akan kembali ke kelas dan tidak pergi ke kantin.
"Enggak deh, gue ngantuk," Aysel menjawab dengan lesu.
Deny duduk di bangku Sila, si empunya sudah ke kantin duluan, "lo tahu Ay? Lo itu pucet banget. Lo enggak pinter bohong."
"Apasih Deny, udah sana!" Aysel mengeluarkan jaket dari dalam tasnya. Ia menaruh kepalanya di meja dan menutupnya dengan jaket dongker yang ia bawa.
Deny keluar dari kelas dan pergi menuju kantin seorang diri, kebetulan teman-temannya sudah ke kantin duluan. Deny makan tidak membutuhkan waktu yang lama. Setelah itu ia kembali ke kelasnya, karena dia tidak ada teman mengobrol jika menetap di kantin. Kebetulan jadwal Sholat Jum'at dan istirahat berbeda. Setelah Sholat Jum'at baru waktunya istirahat.
Di kelas Deny masih melihat Aysel yang tertidur. "Gue tahu Ay, lo itu lagi enggak baik. Dari wajah lo udah kebaca," Deny duduk di bangku Sila, ia berkata seperti bisikan yang hanya bisa didengar diri sendiri. Deny meletakkan sesuatu di meja Aysel dan kembali duduk di tempatnya.
"Ay, bangun. Udah bel," Deny dari belakang membangunkan Aysel yang masih tertidur. Sila yang berada di sampingnya tidak perduli sama sekali, jadilah Deny yang membangunkan.
Sila menatap curiga kepada Deny. Karena Deny memanggil Ay pada Aysel dan juga semua perhatian yang ditunjukkannya.
Melihat tidak ada pergerakan sama sekali dari Aysel, Deny bangkit dan menjauhkan jaket yang menghalangi wajah Aysel. Terkejut, saat Deny mendapati wajah pucat Aysel dan hidung serta bibirnya memerah karena darah. Tetesan darah juga terjatuh ke meja.
YOU ARE READING
Cinta Yang Jauh
Teen FictionCinta dari jarak jauh untuknya. Memang tak asli tetapi rasanya tulus. Penuh dengan kasih. Memberikan kenyamanan yang tak terkira. Sudah terjatuh sangat dalam padanya. Semua rasa ada padanya, manis, asin, asam, sampai pahit. Menjadi saksi atas semua...