03- Maaf

59 14 3
                                    


Vote dulu ya sayangnyaa akuuu hari ini aku double update hanya untuk kalian nihhhh😽.

Bab ini baper aku mau nangis di endingnyaaaaaa wuaaaa 😿
Oiya bacanya pelan pelan aja ya, sambil menghayati hahahah.

Happy reading sayangnya akuu 💛💚💜💙
.
.
.

Juwi dan Hendry sudah tiba di salah satu cafe terkenal anak-anak muda di Korea biasanya berkumpul. Hendry tidak langsung mengantarkan Juwi pulang, katanya dia ingin lebih akrab dengan Juwi. Jadilah mereka ke cafe ini, tempat yang asing sekali bagi Juwi yang notabenenya tidak pernah diajak ke cafe seperti ini, dipenuhi oleh minuman berakohol, asap rokok, dan juga orang-orang yang berperilaku aneh.

Mereka akhirnya duduk dibangku pojok dekat dengan tangga. Di sebuah ruangan dengan jendela kaca besar, yang bisa mereka saksikan secara langsung view gedung-gedung pencakar langit maupun lalu lalang yang tak pernah kunjung sepi.

Awalnya mereka canggung, tapi lama kelamaan Hendry bisa membawa Juwi ke dalam lelucon nya, bisa di bilang dia pandai mencairkan suasana. Mereka bertukar cerita satu sama lain Juwi merasa senang sekali saat Hendry melihat tersenyum kepadanya. Sering kali pipinya memerah lantas gombalan kuno Hendry.

Tapi, tidak lama suasana berubah menjadi canggung kembali. Bersamaan secara tiba-tiba datang seorang pria yang sekiranya lebih tua dari Juwi pun Hendry. Juwi yang melihat kedatangan pria itu pun tersenyum kala pria itu tersenyum padanya lebih dulu.

"Akhirnya lu datang juga bro!" ujar Hendry, kepada pria yang ada dihadapannya. Lalu mereka tos gaya anak muda sekarang

"Maaf bro, lu tahu sendiri kan gimana padatnya Ibukota Korea Selatan." imbuhnya sambil menghela napas kasar.

"Gimana, cantik kann?" tanya Hendry langsung pada intinya, sambil memegang dagu Juwi. Hendry baru saja mmemperkenalkannya dengan pria yang tidak Juwi kenal sama sekali.

"Spektakuler." Ujar pria yang tidak dikenal itu.

Pria langsung duduk lalu meminum bir yangbaru saja dituangnya secara elegan. Munkin ini bukan kali pertama pria itu meminum bir. Kemudian dia mengeluarkan sebatang rokok darisaku kemejanya, di ikuti oleh Hendry sembari menyalakan pematik api.

Hendry bukan seperti Hendry yang Juwi kenal. Hendry yang baik pun ramah kepadanya pada saat pertemuan pertama mereka. Jujur Juwi merasa sangat risih dengan keduanya.

Juwi benci asap rokok! Sangat!

"Ini temanku Wi, Brian. Pengen kenalan sama lu" ujarnya santai. Lalu pandangan Hendry beralih melirik perempuan berpakaian minim yang sedang berlalu lalang, Hendry menunjukan senyum menggodanya kepada perempuan-perempuan itu.

Pria yang baru dikenal bernama Brian itu menyilangkan kedua kakinya bersamaan merentangkan kedua tangannya di sofa, sebelum akhirnya berkata,

"Hai aku Brian, kamu Juwi bukan? Aku sudah mengenalmu dari Hendry, nona cantik" katanya kemudian menyondongkan sedikit badannya ke arah Juwi, mencolek dagu Juwi.

Sial. Apa-apaan dia? batin Juwi

"Be...benar." ucap Juwi gemeteran bersamaan turun setetes air keringat dari pelipisnya

"Kamu cantik sekali, diluar ekspetasi ku nona."

Pria bernama Brian kini berjalan ke arah Juwi. Dia meletakan bokongnya pada sofa empuk, menggeser sedikit posisi duduknya menjadi lebih dekat dengan Juwi. Kemudian membentangkan tangan kirinya di sofa, tepat dibelakang punggung Juwi.
Juwi melihat layar ponselnya yang berada di meja menyala, pesan singkat masuk dari Linlin. Saat Juwi hendak ingin meraihnya, tetapi dengan cepat Hendry merebutnya.

Epiphany Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang