Piye kabare? Jangan lupa vote ya gaiss.
Aku yakin kalian ngerti gimana cara menghargai karya orang lain💖
Happy readinggggg✨💃
Hari Sabtu bukan saatnya untuk bersantai. Juwi menutup laptopnya setelah 2 jam berkutik dihadapan benda kotak lipat tipis itu. Kemudian meregangkan otot-otot tangannya, sejurus kemudian Juwi tersenyum simpul. Juwi merasa puas, tugas presentasi sejarah korea untuk hari senin besok yang akan datang sudah tuntas hari ini. Menyisakan tugas budaya di hari yang sama.
Kendati Juwi menyukai pelajaran Seni Budaya daripada Sejarah, tapi untuk kali ini dirinya memilih mengerjakan sejarah korea yang hanya tinggal menyalin berbagai artikel dari google, dari pada mengambarkan sketsa melalui laptop untuk pelajaran Budaya. Jujur, Juwi itu suka pelajaran budaya tidak lebih karena pelajaran musik. Lainnya seperti menggambar, melukis, keterampilan dia menyerah.
Pikirnya Linlin jago akan bidang keterampilan seperti itu, biar nantinya dia meminta Linlin untuk membantu mengerjakan tugas Seni Budayanya. Ingat bagaimana dulu waktu Juwi genap berumur 10 tahun, Linlin menghadiahkan lukisan bergambar Juwi sedang menggenggam sebuah Ice Cream yang dibuat oleh tangan Linlin sendiri.
Juwi memutar tubuhnya, seirama dengan berputarnya kursi yang Ia duduki. Gadis dengan rambut di kuncir kuda itu terkekeh pelan saat pikiran tentang pacarnya muncul begitu saja--- Guanlin. Pacar yang sangat Ia cintai melebihi cintanya kepada tujuh pria tampan dari grup band BTS.
Terbuai dari kata-kata manisnya dan sikap perhatiannya yang dingin, Juwi menerima Linlin menjadi pacarnya. Masuk kedalam pesonanya dan tergila-gila dengan senyum manisnya.
Juwi membuyarkan lamunannya, saat mendapati ponselnya berbunyi nyaring. Terpampang jelas nama pacarnya disana -- Pria Kutub Es. Ah, apakah seharusnya nama yang tertera itu berubah menjadi Linlin dengan emoticon hati disebelahnya? Seperti umumnya orang-orang yang menjalin hubungan, entahlah. Dengan senyum merekah, Juwi mengangkat benda pipih itu.
"Hallo?"
"Nggak lupa sama janji kita kan?"
Juwi tersenyum. Dia segera berjalan ke arah lemari pakaiannya, mencari baju yang pantas untuk Ia kenakan malam ini.
"Nggak dong, Juwi ingat. Mana mungkin Juwi ngelupain kencan pertama kita" ujar Juwi, walau sejujurnya dia lupa lupa ingat dengan janjiannya.
"Kalau gitu aku udah didepan rumah kamu. Bisa turun sekarang?"
Refleks pupil mata Juwi membesar,
"A-apaa?" kaget Juwi, "Jangan bercanda Lin!"
"Lihat saja kebawah, aku lagi ngelambai-lambai nih."
Spontan Juwi menuju jendela kamarnya. Dan benar saja, Linlin sudah berada didepan rumah sambil melambaikan tangannya.
Juwi menghela napasnya sebal.
"Kenapa cepet banget? Janjinya kam jam 7 malam dan ini baru jam 6 malam," runtuk Juwi.
"10 menit, atau ditinggal?" Guanlin menaikan sebelah alisnya mengejek dibawah sana.
"Yak! Juwi belum siap-siap, gimana bisa 10 menit?" bantah Juwi.
"Gak usah dandan. Nanti banyak yang suka sama pacarku. Lagipula kamu udah cantik. " ujar Linlin sambil mengacungkan jempolnya ke arah Juwi yang masih setia berdiri didepan jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epiphany
Fanfiction"Kamu itu bodoh, atau pura-pura bodoh? Jelas dia akan menyukai apapun yang kamu suka, karena dia menyukaimu." kesal Juwi. "Tapi kan gua sukanya lu, Juwi. Bukan yang lain" bantah Linlin, jelas mengukir senyum kelewat tenang disana.