05- Jadian?

58 14 1
                                    

I'm backkk allllll.....
Maaf yaaaa lama updateee, moodnya naik turunn huhuhu.😢

I hope u all enjoy this part!💛

Happy reading 💛🌚
.
.
.

"Linlin kamu gak boleh menginap!"

Juwi protes ketika Linlin masuk begitu saja kerumahnya setelah mengantarkannya pulang. Juwi pikir, Linlin akan langsung pulang seperti biasa. Tapi, nyatanya dia mematikan mesin mobilnya dan ikut masuk bersama Juwi.

"Tuan putri gak boleh dirumah sendirian, nanti diculik hantu korea."

Memang sih. Mama Juwi pergi selama seminggu ke gwangju untuk menemani adiknya Yeji ikut audisi Idol. Sedangkan ayahnya sedang dinas selama 3 bulan di khazakstan. Tinggalah Juwi sendirian di dalam rumah mewah itu.

"Tidak! Linlin tidak boleh menginap, pulang saja sana!" protes Juwi seraya mendorong tubuh Linlin yang kekar dengan tubuhnya yang ramping.

Linlin malah tersenyum jahil.

"Dirumah yang sebesar ini? Lu pasti punya banyak kamar. Biar gua yang milih." ucap Linlin berjalan menjelajahi setiap sudut rumah.

Mendadak, jantung Juwi berpacu dua kali lebih cepat ketika Linlin mulai membuka satu persatu ruangan. Tidak, Linlin tidak boleh menemukan kamarnya yang berantakan bak kapal pecah. Buku-buku yang berantakan, baju-baju yang berceceran, bahkan pakaian dal...

"Linlin stop!" panik Juwi ketika Linlin hendak membuka kenop pintu kamar tidurnya.

Linlin sontak terkejut, "Ah Juwi. Jangan berteriak kayak gitu. Gua kaget."

Juwi menghela napas lega setelah berhasil membuat Linlin bergerak menjauh dari kamarnya. Linlin eralih melihat-lihat figura foto Juwi sewaktu kecil. Padahal pribadi betubuh jangkung itu sudah sering kali kerumah Juwi dan melihat foto dalam bingkai kotak kayu itu.

"Kayaknya kamu harus pulang deh. Bunda kamu nanti nyari--" Elak Juwi kemudian terpotong.

Badannya mematung, Juwi menggigit bibir bagian bawahnya dengan tatapan kaget tentang kata apa yang baru saja diceloskannya. Sedangkan Linlin hanya menatap mata Juwi penuh kesal.

Juwi secara spontan berjalan kearah Linlin kemudian memegang salah satu pundak Linlin. Terkejut bukan main ketika tangan Linlin menepis tangan Juwi yang berada di pundak Linlin.

Juwi tidak menyangka kalau Linlin akan seemosional ini. Gadis bersurai panjang itu pun menundukkan kepalanya, "Ma-maaf Lin, Juwi gak maksud..."

"BISA GAK LU GAK NGOMONGIN HAL ITU!", bentak Linlin marah.

Juwi terkejut. Bukan karena bentakan dari Linlin, dia terkejut karena Linlin bisa se-emosional itu kala mengingat bundanya. Juwi hanya diam penuh sesal menyadari memori kelam yang penuh duka teringat kembali dalam ingatan Linlin.

Juwi kemudian menghapus air mata Linlin yang sudah turun membasahi pipi memberanikan diri untuk menatap Linlin yang masih sangat emosional. Kemudian menarik Linlin kedalam pelukannya tanpa aba-aba. Menepuk nepuk punggung Linlin menyalurkan ketenangan.

"Maafin gua udah bentak lu Wi..." isak Linlin dalam dekapan Juwi.

"...tapi setiap gua inget bunda, gua selalu merasa seperti manusia paling brengsek karena udah buat bunda meninggal." lanjutnya dengan lirih.

Sejak kepergian bundanya, Linlin tidak pernah mau bercerita tentang apa yang terjadi padanya. Hubungan keluarga mereka memang sempat renggang waktu itu.

Epiphany Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang