Aroma cokelat yang baru keluar dari pemanggang menguar di udara dan menyebar ke penjuru rumah. Sakura yang sedang sibuk memindahkan channel demi channel di televisi mengendus, memejamkan mata merasa tergugah selera.
"Moya lagi masak apa, ya? Malem-malem gini kok masak." pikir Sakura. Ibunya, Momo, senang sekali memasak 24/7 saking sukanya sama makan. Kadang Sakura menduga—jangan-jangan perut ibunya terbuat dari karet makanya nggak pernah kenyang kalau makan. "Ah elaaah, ini tayangan di tipi kok kagak ada yang seru?!" sungutnya. Isi tayangan televisi acara bakat nyanyi dangdut di mana satu juri komentar bisa berlangsung seabad lamanya, acara talkshow malah ngundang orang bego yang lagi viral, dan sinetron? Judulnya pasti aneh-aneh, dan... kurang kreatif juga sih judulnya. Seperti; Cinta Anak Tua, Orang Ketiga, Sambalado Cinta, Tikungan Tajam Teman. "Pantes makin ke sini makin berkurang populasi manusia yang nonton tipi wong pada low quality acaranya! Dapet moral enggak, jadi bego iya."
"Kak! Sini, Moya minta tolong!" panggil Momo. Sakura mematikan televisi, dan langsung melesat ke dapur.
"Iya, Moya?"
"Tolong anterin susu ke si kembar. Mereka lagi belajar, biar otaknya makin encer." pinta Momo. "Oh iya, abis itu temenin Moya ke pos ronda, ya. Poya kan lagi ngeronda."
"Oke, Moya."
Sakura lalu mengambil dua gelas susu vanilla yang telah ibunya buat untuk kedua adiknya; Chaeryeong dan Ryujin. Kenapa Sakura nggak dibikinin? Dia nggak suka susu. Dari dulu Sakura benci kombinasi roti dan susu. Beda sendiri, emang.
"Duar! Terciduk kalian ya, bukannya belajar malah main monopoli!" Sakura berdecak begitu memasuki kamar kedua adiknya. Alih-alih belajar, Ryujin dan Chaeryeong justru bermain monopoli.
"Kaget anjir." Ryujin ngusap-usap dadanya, kirain Moya yang datang. "Kak, buru lo masuk, tutup pintunya entar Moya tau bisa gawat!"
Sakura menyimpan dua gelas susu di meja. "Kasihan Moya, udah bikinin susu biar anak-anaknya semangat belajar eh lo berdua gak tau diri malah main-main." tuturnya. "Hm... kalo gue aduin kane nih kayaknya." senyum Sakura tampak picik.
"Kak, please, jangan ngadu," rengek Chaeryeong.
Ryujin memasang puppy eyes menatap si sulung. "Gue mohon banget, Kak. Kita udah belajar kok barusan, tapi tiba-tiba suntuk jadinya main monopoli."
"Alasan gue buat nggak ngadu apa?" Sakura mengangkat dagu. "Di dunia ini nggak ada yang gratis."
"Cepu lo!"
"Dasar Kakak rese!"
"Emang gue rese. Dah ya, gue mau keluar bilang sama moya kelakuan lo berdua."
"Oke-oke. Kita bakal bayarin tiket konser Day6 buat lo!!!" pekik Ryujin.
"Fine!" Si sulung tersenyum penuh kemenangan. "Ada gunanya juga kalian jadi adik."
"Kampreeeet." seru si kembar kompak.
Momo kembali memanggil Sakura untuk bergegas keluar. Mereka melenggang pergi ke pos ronda komplek. Letaknya, di perbatasan komplek A dan komplek B.
Waktu nyampe di pos ronda. Hoseok lagi main kartu sama Taehyung, Hanbin dan Gibran. Ada Suga juga—tapi malah tidur di belakang para lelaki yang duduk melingkar mainin kartu. Suga terlelap dengan kepala di atas bantal kecil berbentuk kucing oranye. Nyenyak banget kelihatannya, nggak ngerasa keganggu apa ya? Ah, namanya juga kaum rebahan. Mau di manapun, kapanpun, tidur tetap nikmat rasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Masa Gitu?
FanfictionRated: 14+ Jangan buka cerita ini. Kalau nggak mau humor kamu rusak.