3. Mulai Penasaran

40 5 1
                                    

Laresya menatap dua buah Coklat yang diberikan Marvel tadi sesaat cowok itu pergi dari Minimarket tempatnya bekerja. Ia mengingat perkataan Marvel tadi, memang benar dirinya sedang badmood. Sebenarnya dirinya tadi hanya lelah, namun, setelah melihat kedatangan cowok yang mengancamnya tadi membuat moodnya langsung menurun. Yang membuatnya bingung adalah, mengapa cowok itu malah memberinya coklat? Bukannya cowok itu benci kepadanya? Entahlah.

"Tadi itu siapa, Sya?" tanya Tessy sambil menyenggol bahu Laresya dan tersenyum dengan tujuan menggoda Laresya.

Laresya yang bahunya disenggol pun menatap Tessy. "Bukan siapa-siapa kok mbak," ujarnya jujur.

"Ah, yang bener lo!!" goda Tessy yang masih belum mau mengalah.

Laresya tersenyum tipis menanggapi godaan Tessy, "iya, mbak. Aku sama dia bukan siapa-siapa kok."

"Mbak setuju kok kalo lo sama dia, Sya. Kayaknya dia anak baik-baik," ujar Tessy dengan nada menggoda.

Laresya tertawa pelan sembari menggelengkan kepalanya, "Resya nggak bakal suka dia kok mbak. Orang Resya aja nggak kenal," ujarnya.

Tessy mendengus mendengar jawaban Resya, "ya, makanya kenalan."

"Udah kenal kok mbak, tapi dia bukan siapa-siapa Resya."

"Berarti bentar lagi siapa-siapa kamu. Gue tuh pengen liat kamu punya pacar tau," ujar Tessy sambil menepuk bahu Laresya.

Laresya terkikik pendek, "mana ada yang mau sama Laresya."

Tessy berdecak sebal. Selalu saja Laresya bersikap pesimis. "Ah, lo mah, pesimis muluu," ujarnya.

****

"Syukurlah lo nggak lama-lama belinya, Superman!" ujar Yofi.

Marvel meletakkan belanjaannya dan melempar tubuhnya diatas king size-nya. Ia menatap langit-langit kamarnya, lalu menghembuskan nafas pendek.

"Panggil gue kek gitu lagi, gue bogem lo!" ujarnya pelan tapi penuh penekanan.

Yofi menyengir saja. Yofi dan Rama mengambil snack dan minuman soda di dalam kresek belanjaan Marvel, lalu memainkan PlayStation yang ada di kamar Marvel.

Marvel bangun dari tidurnya, lalu mengambil minuman bersoda yang ada di dalam kresek belanjaannya tadi.

"Kalian tau nggak," ujar Marvel.

"Enggak!" balas Rama dan Yofi bersamaan.

Marvel berdecak lalu menoyor kepala Rama dan Yofi bergantian.

"Belum juga selesai ngomong!" kesal Marvel.

"Iya-iya! Emang ada apa?" tanya Rama diangguki kepala oleh Yofi.

"Kalian tau cewek yang nabrak gue di tangga itu nggak?" tanya Marvel.

Yofi berdecak. "Ya tau lah! Orang gosipnya aja udah tersebar luas!"

"Nah eta!" timpal Rama.

"Kenapa emang?" tanya Yofi.

Marvel mensejajarkan duduknya di tengah-tengah Rama dan Yofi. Ia menatap keduanya bergantian.

"Masa tadi gue liat Dia di minimarket," ujar Marvel. Nada bicaranya mulai serius.

Rama dan Yofi menganggukkan kepalanya kembali sambil terfokus bermain PSnya. "Jodoh kali," celetuk Rama membuat Marvel melototkan matanya lalu menjitak Rama. Bayangkan saja, Marvel serius berbicara kedua sahabatnya malah bercanda.

"Enak aja tanduk semut!"

"Ya terus gue bilang apa?" ujar Rama.

"Dengerin dulu bambang!" ujar Marvel hanya disambut anggukan kepala oleh kedua sohibnya. "Jadi, dia itu kerja di minimarket!" lanjut Marvel.

"Ya mana gue tau," ujar Yofi.

Marvel berdecak kesal. Ia sudah bercerita, sahabatnya malah tidak di pedulikan. Mungkin sahabatnya itu sedang tidak ingin diganggu dari aktivitas bermainnya. Ia berdiri malas. "Au ah, nggak seru cerita sama kalian," ujarnya lalu membanting tubuhnya di atas king size-nya.

Rama dan Yofi saling menatap satu sama lain. Apa yang terjadi pada cowok itu? Tidak biasanya ia seperti itu. Kedua cowok itu mengedikkan bahunya acuh tak acuh dan melanjutkan bermain PS-nya.

***

Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh, dan Laresya baru menginjakkan kakinya dirumah. Ia memarkirkan sepedanya di dalam rumah kecilnya. Ia segera mengunci rumahnya.

Sebelum memasuki kamarnya, ia mengecek ibu dan adiknya didalam kamarnya. Ia tersenyum menatap dua orang yang disayanginya telah terlelap dalam tidurnya. Setelah mengeceknya, ia pergi ke kamarnya.

Rumah Laresya terbilang sangat sederhana. Hanya terdapat dua kamar, satu kamar mandi, dapur kecil, dan juga ruang tamu kecil. Namun begitu, rumah ini selalu memancarkan kebahagiaan tersendiri bagi keluarga Laresya.

Laresya memasuki kamarnya. Ia meletakkan tasnya di meja kecil samping kasurnya. Bukannya tidur, Laresya malah membuka bukunya dan mengerjakan PRnya selama di sekolah tadi. Laresya memang pekerja keras. Ia akan melakukan apapun asal ibu dan adiknya bahagia. Yang ia inginkan hanya menjadi orang yang sukses dan dapat membahagiakan ibu dan adiknya.

Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Laresya memutuskan untuk selesai belajar. Ia membereskan buku-bukunya. Setelah itu, ia merebahkan tubuhnya di atas kasur kapuknya. Ia menatap langit-langit kamarnya sambil mengatakan keinginannya untuk esok hari di dalam hatinya.

'Semoga besok lebih baik dari hari ini, semoga besok Laresya lebih semangat lagi buat bahagiain keluarga, dan semoga besok ada keajaiban'

Batinnya sebelum akhirnya ia pun pergi ke alam bawah sadarnya.

.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc.

****
Jadi tuh ya gaes, akutuh bikin karakter Marvel tuh orangnya dingin tapi playboy. Kalo playboynya kumat nggak dingin dia tuh.

Emang dari awal aku mau bikin karakter si Marvel kek gitu. Jadi jangan bingung ya, wkwk/ lah, siapa juga yang bakal bingung. Yang baca aja kagak ada thor!/MamposT~T

Pantengin Laresya terus ya gaes!

JANGAN LUPA KASIH DUKUNGAN NISA DENGAN CARA VOMENT DAN SHARE LARESYA!<3

FOLLOW MY WATTPAD ACCOUNT
IG:@ZANNISAAA_ & @ITS.ZANNISA
TWITTER: @ITSZANNISA

SEE YOU!

0

10420

LaresyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang