4. Terpanah

28 3 0
                                    

Pagi-pagi hari Laresya dan adiknya----Dio terbangun dari tidurnya. Waktu menunjukkan pukul 05.00 mereka sudah berkutat dengan dapurnya. Pagi ini Dio ingin membantu Laresya sang kakak membereskan rumah sebelum sinar matahari terpancar dengan terangnya serta sebelum ibunya bangun dari alam bawah sadarnya.

"Kak, Dio yang nyapu sama ngepel ya?" tawar Dio pada Laresya yang sedang memasak.

Laresya yang asyik memasak pun menoleh ke arah Dio dan menyetujui tawaran Dio. "Boleh, yang bersih ya!"

Dio pun mengembangkan senyumnya dan segera mengambil sapunya dan menyapu lantai rumahnya. Sedangkan Laresya menyelesaikan tugas memasaknya.

Setelah selesai memasak, makanan tersebut diletakkannya di atas meja makan sederhananya. "Dek, makan yuk!" ajaknya pada Dio.

Dio pun mengangguk mengiyakan sambil tersenyum dan berjalan menuju meja makan untuk makan bersama. Baru saja Dio akan menyuapkan sesuap nasi ke mulutnya, ia mengembalikannya lalu menatap Laresya. Laresya yang sejak tadi menatap adiknya pun menjadi terbingung. "Kita makan di kamar aja kak sama mama. Kasian mama pingin makan bareng kita," ujar Dio.

Laresya menatap pintu kamar ibunya lalu beralih menatap makanan di meja makan. Ia mengambil satu piring dan mengambilkan nasi beserta lauknya ke dalam piring sentuhan terakhir ia memberikan sendoknya.

Laresya berdiri sambil mengangkat piring makannya serta piring makan ibunya. "Ayo!" ujar Laresya pada Dio.

Dio tersenyum lebar dengan ajakan Laresya. Sebelumnya Laresya tidak pernah begini. Laresya membiarkan ibunya tidur dan makan ketika bangun sendiri. Mereka melangkahkan kaki menuju kamar Rina.

Citt

Bunyi pintu berdecit terdengar saat Laresya membuka pintu kamar Rina. Ia duduk diatas lantai dingin samping kasur Rina sambil meletakkan dua piringnya. Ia menggoyangkan tangan Rina bertujuan untuk membangunkannya.

"Ma, bangun yuk. Kita makan bareng," ujar Laresya membangunkan Rina.

Rina mulai mengerjapkan matanya, memposisikan cahaya yang masuk ke dalam iris matanya. Setelahnya ia melihat kedua anaknya duduk di samping kasurnya yang sedang menatapnya dengan tersenyum serta piring makanan di samping mereka.

Ia membalas senyuman yang diberikan oleh kedua anaknya itu. Ia berusaha duduk bersandar pada dinding kamarnya. "Lama bangunin mama?" tanyanya.

"Enggak kok, Ma," ujar Dio diangguki kepala oleh Laresya.

Laresya menyerahkan sepiring Nasinya kepada Rina. "Ya udah, kita makan sekarang," ujar Rina.

Di pagi ini mereka kembali sarapan bersama. Mereka makan di temani dengan keharmonisan. Mereka makan dengan santainya. Namun tidak dengan Laresya, Gadis itu memakan Nasinya dengan tergesa-gesa. Ia harus cepat selesai makan. Sebentar lagi ia harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.

Rina mengernyitkan dahinya bingung melihat Laresya yang makan dengan tergesa-gesa. "Jangan buru-buru kalo makan, nanti keselek," nasehat Rina pada Laresya.

Laresya menyengir pendek. "Lala harus cepet makannya, ma. Soalnya Laresya mau kerja," ujar Laresya.

Wajah ceria Rina pun luntur seketika. Ia menghela napas panjang serta mengalihkan pandangannya kearah pintu kamarnya. "Kalau aja mama nggak sakit, pasti mama yang kerja dan bahagiain kamu bukan kamu yang kerja dan bahagiain mama," sesal Rina pada dirinya sendiri.

Laresya meletakkan piringnya dan menatap sendu ibunya. "Laresya ikhlas kok ma," ujarnya tulus.

"Iya kamu ikhlas, tapi mama yang gak tega," ucap Rina.

LaresyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang