1. Perpustakaan

55 11 5
                                    

AWAS!!! DIA BERBAHAYA.


_[Voment]___________________________

Laresya duduk diatas bangkunya. Ia mengeluarkan buku Bahasa Inggrisnya dari dalam tasnya lalu mempelajari bab yang akan datang. Ia merasa tak peduli akan tatapan aneh yang di berikan oleh teman-temannya secara terang-terangan. Mungkin karena ia tadi beradu debat dengan Marvel, hingga pada akhirnya ia menjadi bahan pembicaraan warga sekolah.

“Oh, jadi, cewek sok ini yang tadi debat sama si Marvel?” ujar Neisy--- Salah satu tukang nyinyir di Anggaswara internasional high school.

"Iya, dia Nei!" ujar salah satu temannya---Teiya.

“Kagak tau malu banget tuh orang!” cibir Desi.

“Udah miskin banyak gaya. Aduh malu banget gue. Nanti kalo di apa-apain Marvel tau rasa lo!” Keempatnya menertawakan Laresya.

Laresya tetap fokus pada bukunya. Ia menghembuskan napas pelan. Sudah biasa ia dicibir dan direndahkan secara terang-terangan oleh teman-temannya. Entahlah, mungkin karena ia salah satu gadis dengan ekonomi paling rendah. Laresya akan diam saja jika hanya dicibir, jika mereka melakukan hal yang lebih dari itu, Laresya akan bertindak lebih.
Yang ia pikirkan hanyalah prestasi dan prestasi. Karena ia tidak butuh ketenaran yang berujung sok tau dan sok berkuasa.

“Woy, Lala!” ujar seseorang tepat ditelinga Laresya membuat Laresya terlonjak kaget. Sedangkan orang itu malah asyik tertawa.

“Iiihhh Bobon! Gue kaget tau!” Kesal Laresya pada Bondan.

Bondan Nugraha, Cowok gemuk yang sudah dianggap Laresya sebagai sahabatnya. Beda dari yang lain, Laresya memanggil Bondan dengan nama Bobon. Laresya dan Bondan memang sudah bersahabat sejak Smp. Tepatnya saat semua sahabat perempuannya pergi meninggalkannya dan keadaan keluarga yang hancur berantakan. Hanya Bondan yang hadir dan memberinya semangat serta mengembalikan senyumnya walau sebentar.

“Lagian, Lo sih keasyikan belajar,” ujar Bondan seraya tertawa.

Laresya mendengus, “Belajar tuh perlu, biar hidup kita lebih bagus.”

“Ya, tapi, sekali-kali lo santai gitu,” ujar Bondan.

Laresya menggelengkan kepalanya, “Kalo lo nggak papa, tapi kalo gue nggak boleh.”

Bondan terdiam. Ia benci saat-saat seperti ini. Ia benci saat Laresya merendahkan dirinya. Karena ia akan merasa bersalah kepada Laresya. Bertahun-tahun Bondan bersahabat dengan Laresya, ia tahu jika yang dikatakannya adalah kalimat paling sensitif yang didengar oleh Laresya. Maka dari itu, ia akan merasa bersalah jika sudah kelewatan saat berbicara dan mengatakan kalimat paling sensitif yang didengar oleh Laresya.

Its okay,” ujar Bondan tersenyum tipis.

Laresya pun membalas senyuman Bondan dan kembali membaca bukunya.

***

“La, gue ke kantin dulu ya. Gue mau beli makanan,” ujar Bondan di sambut Anggukan dari Laresya.

Bondan pun pergi menuju kantin. Sedangkan Laresya pergi menuju perpustakaan. Laresya berjalan dengan kepala tertunduk. Berita tentang ia yang berdebat dengan Marvel sepertinya sudah menyebar luas.

Sesampainya ia di perpustakaan, Laresya pergi ke rak dengan genre Fiksi. Setelah menentukan Novel pilihannya, ia segera duduk di bangku yang di sediakan. Seperti inilah aktivitasnya ketika waktu istirahat datang. Ia selalu pergi ke perpustakaan sekolah untuk membaca novel. Ia selalu meminjam novel di perpustakaan, setidaknya ia bisa mengalihkan rasa laparnya dengan membaca novel dengan serius. Ia pun cukup sadar diri, ekonomi yang pas-pasan tidak memungkinkan dirinya untuk membeli novel. Membaca novel di wattpad pun rasanya tidak mungkin, karena ia saja hanya memiliki ponsel dengan versi lawas yang hanya bisa digunakan untuk menelpon dan mengirim sms.

LaresyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang