Mengenal Cantika Lebih Dalam

33 6 0
                                    

Masalalu Cantika begitu kelam Anjani tidak sabar untuk mendengarkan cerita lengkapnya dari Cantika. Anjani terus menunggu Cantika berhari hari tetapi ia tak kunjung datang sepertinya Cantika sedang tidak ingin membahas masa lalunya.
 
  Setelah menunggu berhari hari Cantika pun datang menemui Anjani. "Hai, Cantika kamu kemana saja? Aku sudah menunggu mu berhari hari". Tanya Anjani "maaf aku tidak memberitahumu, sebenarnya aku tidak ingin menceritakan masa laluku kepadamu. Tetapi kau adalah sahabat pertamaku jadi ya sudah aku akan memberitahu mu" jawab Cantika panjang lebar.

  Aku akan mulai menceritakan masa laluku, dimulai dari saat aku kecil. Aku dulu adalah seorang anak yang sangat bahagia masa kecilku dipenuhi kasih sayang dan perhatian  lebih dari kedua orang tuaku. Aku dulu sangat disayang oleh mereka, tetapi semenjak ayahku di pindah tugaskan ke Jakarta kasih sayang pun mulai berkurang, di rumah terasa sangat sepi karena tidak ada ayah di rumah hanya ada aku dan ibu saja lama kelamaan ibu pun mulai bekerja untuk membantu perekonomian keluarga kami ibu bekerja di kota tempat kami tinggal. Ibu memang tidak bekerja jauh seperti ayah yang hanya pulang dua bulan sekali, tetapi ibu selalu pulang malam dan perhatian kepadaku pun berkurang aku hanya mendapat perhatian dari pembantu pembantu di rumahku saja.

  Lama kelamaan umurku bertambah dan aku sudah biasa ditinggal sendiri oleh kedua orang tuaku. Kini hidupku semakin sepi tidak ada kasih sayang lagi yang di berikan kepadaku, dan lebih parahnya lagi aku pun tidak punya teman sebaya di sekitar rumahku, di sekitar rumahku memang banyak anak yang seumuran denganku tetapi mereka selalu saja membuatku kesal karna mereka sangatlah jahil.

  Umurku sekarang sudah menginjak 7 tahun, seharusnya aku sudah sekolah tetapi ibu terlalu sibuk untuk mengurus sekolahku seakan tidak ada waktu satu detik pun untukku ibu selalu sibuk dengan pekerjaan dan dunianya sendiri. Walau akhirnya aku akan bersekolah juga tetapi rasanya berbeda karna bukan ibu yang mengurusku tapi pengasuhku, aku memang sudah terbilang cukup besar untuk di asuh oleh pengasuh tapi bagai mana lagi toh aku tidak ada yang merawat, hanya di rawat oleh pengasuh dan pembantuku saja.

  Hari ini adalah hari pertamaku bersekolah aku sangatlah bersemangat karna aku akan bertemu dengan teman teman baru yang mungkin tidak jahil, aku sangat antusias untuk sekolah ini sampai sampai aku tidak bisa tidur semalaman, akhirnya hari yang dinanti pun tiba aku di antar oleh pengasuhku ke sekolah aku bisa bertemu dengan orang baru banyak sekali.

"Apa kamu bersekolah di gedung sekolahku sekarang?" sela Anjani

"Tidak bukan disana"jawab Cantika senyum

  Setelah masuk ke dalam kelas aku melihat teman temanku masih di dampingi oleh orang tuanya mereka di beri kasih sayang oleh orang tua mereka, aku cukup iri dengan mereka tetapi aku tetap tegar menghadapi semua cobaan ini.

"Kriiingg"

Suara bel sekolah berbunyi dengan sangat keras memberi isyarat untuk semua siswa siswi untuk masuk ke dalam kelasnya masing masing, semua orang tua yang mendampingi anak anaknya pun pergi ke luar kelas termasuk pengasuhku bi Ani, 

"Sekolah yang pinter ya non bibi tunggu sampai non Cantika pulang di luar ya" ucap bi Ani dengan senyuman

"Iya bi! Pasti! " jawabku dengan sangat antusias dan semangat

  Kelas pun di mulai, suara ketukan sepatu seorang guru terdengar di luar begitu hening tetapi didalam kelasku tidak terlalu hening karna ada yang sedang mengobrol ada juga yang hanya diam duduk rapi di bangku masing masing. Guru itu pun masuk perawakannya agak kurus, tinggi, memakai kacamata, memakai baju berwarna putih dan hitam serasi dengan sepatu hak tingginya yang berwarna hitam guru itu berasal dadi belanda. Saat guru itu masuk kelas lenggang sejenak lalu kembali riuh oleh suara obrolan, guru itu bernama bu Renee sartej van khamr ia sangat ramah dan baik terhadap muridnya aku sangat menyukai guru ini, tetapi tidak dengan teman sekelasku mereka sanagat jahil dan sering membullyku namun aku tetap tegar dan hanya diam.

  Aku dulu anak yang cerdas namun sangat pendiam, sulit bergaul, dan sulit bersosialisasi begitulah kata guruku. Guru guru disana senang mengajari aku namun semua temanku iri jadi mereka terus menjahili dan membullyku,

  Hari hari di sekolahku cukup suram begitu pula di rumah, dan aku cukup senang hari itu karna ayah akan pulang aku sangat senang, namun ayah bukan pulang untuk menemui keluarganya atau pun ingin bersenang senang denganku. Ayah pulang untuk mengambil barang barangnya karna ayah dan ibu sudah bercerai, lama kelamaan ibu mulai bertindak kasar kepadaku karna frustasi ibu mulai stres dan akhirnya ia bunuh diri dengan cara menyayat urat nadinya dan ia di temukan tewas di kamarnya.

  Hari demi hari ku lewati tanpa ada ayah atau pun ibu aku hanya di asuh oleh pengasuh dan pembantuku saja. Dan ada desas desus tentang nippon atau tentara Jepang mereka tak segan membunuh perempuan atau pun anak anak yang membantah peraturan yang dibuatnya, mereka datang ke tanah air untuk menjajah negara kami namun di negara Indonesia ini sudah ada yang menjajah yaitu Belanda, mereka ingin membubarkan Belanda dari Indonesia.

  Namun, mereka juga tak segan membunuh bangsa pribumi yang membantah peraturannya. Saati itu aku bertemu dengan mereka aku sangat takut aku tak tahu apa yang harus aku lakukan, saat itu aju bertemu dengan mereka saat kelas tiga sd, aku bingung saat mereka mulai menarikku  untuk ikut dengannya mereka menarikku dengan sangat kasar, aku memberontak namun satu tebasan pedang semacam samurai mendarat di perutku. Semua menjadi gelap dan ada satu cahaya yang mengantarkanku ke dunia lagi namun bukan menjadi manusia namun, hantu atau arwah aku melihat jasadku perutku memuntahkan isinya aku cukup histeris karna itu pemandangan yang sangat mengerikan dan jasadku dibuang oleh mereka ke danau, tapi entah itu dimana danau itu.

Lenggang sejenak.

"Begitulah masalaluku Anjani, cukup kelam bukan"

"Ya,  kau anak hebat Cantika! Aku salut padamu" jawab Anjani dengan antusias

"Terimakasih Anjani karna telah mau menjadi sahabatku"ucap Cantika mulai menangis.

"Sudah jangan menangis Cantika kamu harus tetap kuat aku akan selalu menjadi sahabatmu" ucap Anjani menenangkan Cantika

"Baiklah" ucap Cantika mulai tersenyum

  Begitulah masalalu cantika, seorang sosok bergaun putih, senyumannya manis, berjiwa kuat. Ia tak pernah lelah untuk berjuang melawan keterpurukannya karna ia selalu dibully dan tidak mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya.

mata batinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang