Aku dan Revan tengah berada di toko buku. Aku bekerja seperti biasa. Sedangkan Revan harus bekerja demi mengganti mesin kasir yg ia pecahkan. Hari sedang hujan. Toko buku sepi. "Sepi bat dah" kata Revan. "Namanya juga hujan" kataku. "Emang kenapa kalau hujan?" Tanya Revan. "Orang jadi males keluar. Keluar jalan aja orang males apalagi beli buku" kataku. "Katanya hobi baca. Tapi beli buku pas hujan aja males" kata Revan.
"Tiap orang beda beda Van" kataku. "Ada yg hobinya kebangetan,ada yg biasa aja" kataku lagi. Aku berjalan ke luar dan duduk di bangku depan toko buku. "Kok lo duduk disini?" Tanya Revan sambil berjalan menyusulku. "Hm daripada gak ada pelanggan terus bosen mendingan disini. Masih bisa lihatin toko kok" kataku.
Revan ikut duduk disampingku. Aku melihat hujan yg turun dengan derasnya. Tiba tiba lewatlah seorang pedagang dengan gerobaknya. Menjual teh dan jagung bakar. Kebetulan sekali. Aku beranjak ingin beli. "Gue aja" kata Revan. "Pak!" Teriak Revan. Pedagang itu pun singgah. Revan berjalan ke arah sana. "Pak teh hangat manis 2 gelas sama jagung bakarnya 2 ya" kata Revan. "Siap mas" kata si bapak pedagang.
Si bapak menyerahkan dua gelas teh hangat. Revan membawanya dan menyerahkan satunya ke aku. "Makasih" kataku. Aku menyeruput teh itu. Lumayan membuat badanku jadi lebih hangat. Pak pedagang datang membawa dua jagung. Revan ngotot ingin membayarnya. "Makasih ya" kataku. "Iya" kata Revan. Aku pun memakan jagung itu. Hujan belum reda malah semakin deras.
Setelah memakan jagung dan meminum teh badanku malah kedinginan. Revan membuka jaketnya dan menyampirkannya di bahuku. "Jaga kesehatan. Sehat itu penting. Paskib kok sakit sakitan" kata Revan. "Makasih" kataku. "Masuk aja. Entar lo kena flu" kata Revan. "Iya" jawabku. Kami pun masuk kembali ke dalam toko. Toko benar benar sepi sekali. Tak ada pengunjung satu pun.
Aku bersandar di kursi kasir. Sedangkan Revan sudah menghilang entah kemana. Sekalinya kembali dia membawa mantel tebal. "Gue tau lo kedinginan. Ini mantel gue. Pake aja" kata Revan. Aku meraih mantel itu dan memakainya. "Makasih" kataku. Bau Revan tercium dari mantel itu. Parfumnya harum sekali. Menurutku cowok itu harus wangi.
Cowok ganteng itu pasti wangi. Cowok wangi itu pasti ganteng. Itu teori aku. "Van" panggilku. "Hm?" Tolehnya kepadaku. "Lo pake parfum apa?" Tanyaku. "Mang napa? Wangi yak?" Tanya Revan. "Iya" jawabku. "Parfum X" kata Revan. "Gue kepengen" kataku. "Belilah. Murah kok. Cuma berapaan doang" kata Revan. "Beneran?" Tanyaku. "Beneran elah" kata Revan.
"Ish entaran ah gue belinya" kataku. "Iya" jawab Revan. Aku duduk di meja kasir. Aku memperhatikan seisi toko buku yg sangat luas. Sepi. Aku ingin pulang. Tapi ini masih sangat awal dari jam selesai kerja. "Eh main yok" kataku. "Main apa?" Tanya Revan. "Ular tangga. Tuh dipojok. Biar gak bosen aja" kataku. "Oke deh" kata Revan. Kami pun lesehan sambil bermain ular tangga di toko. Sebelumnya sudah ku pel terlebih dahulu.
Ini hanya kegiatan membuang rasa bosan aja. Setelah beberapa permainan dan yg menang Revan terus. "Gue menang mulu nih. Apa hukuman lo?" Tanya Revan. "Hmmm gak tau" kataku. "Pas paskib,lo harus berdiri di samping gue" kata Revan. "Lah napa?" Tanyaku. "Ikutin aja napa. Namanya juga hukuman" kata Revan. "Oh lo modus ya pengen deket deket gue?" Kataku.
"Ohhhh lo pengen dimodusin sama gue?" Kata Revan dengan nada jailnya. "Apa sih. Gue nanya lo malah balik nanya" kataku. "Suka suka gue" kata Revan. Aku memandangnya kesal. "Oh yaudah suka suka lo. Beresin tuh mainannya" kataku. "Hm iya kanjeng ratu" kata Revan. Revan mulai membereskan ular tangga itu.
"Inget ya hukuman lo" kata Revan. "Iya. Gue itu sportif,gue gak mungkin lari. Gak kayak lo" kataku. "Heh,gue lebih sportif dibanding lo ya" kata Revan. "Cih gak ada yg tau ya. Orang sportif itu diakui bukan mengakui" kataku. "Lah tadi lo bukannya mengakui?" Tanya Revan. "Bisa gak sih gak usah ngebalikkin omongan gue? Nyebelin banget sih lo jadi orang" darahku mendidih.
"Apa gue senyebelin itu? Gue rasa sih kagak" kata Revan. "Heh tuan Revan yg terhormat,lo itu nyebelinnya kebangetan tau" kataku. "Jadi gue overdosis?" Tanya Revan. "Bukan lagi. Udah otw gila malah" kataku. "Itu sih Alena kali yg otw gila" kata Revan seolah mengatai orang lain. "Lo! Lo ngatain gue! Mau lo apa sih?!" Pekikku kesal.
"Oke oke. Gue minta maaf. Sebagai gantinya gue bakalan nemenin lo beli parfum kayak gue" kata Revan. "Lo serius?" Tanyaku. "Dua rius" kata Revan. "Yesss makasih Van" kataku.
~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~
Getting closer guysss
Bantu dengan vote,thank youuu🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
ALENA (Slow Update)
Fiksi Remaja"Bagaimana jika kalian adalah aku? Punya banyak mimpi namun mewujudkannya seolah mustahil. Serta banyak kejutan yg muncul dari hidupku membuatku tahan banting akan kerasnya hidup. Ini kisahku"-Alena Azzura Chatarina "Bagaimana jika kalian adalah aku...