1: Night si pekerja shift malam

2.2K 160 13
                                    

- Alangkah lebih baiknya untuk vote sebelum baca ya 🤗 -
.
.
.

Seorang laki-laki kini tengah menikmati waktu tunggunya di halte transjakarta, tepatnya di halte Pemuda Pramuka, Rawamangun. Ia lirik jam di tangannya, ia masih punya waktu beberapa menit hingga transjakarta 'langganan'nya tiba.

Pria itu menghela nafas kasar, ia tidak suka menunggu, tapi hari ini ia sengaja berangkat lebih awal demi menghindari jam pulang kerja yang pasti sangat padat dan sesak. Mengingat kondisi fisiknya yang masih belum pulih.

Segera ia berdiri begitu mendapatkan pesan whatsapp dari seseorang. Ia langkahkan kaki jenjangnya menuju ke jembatan halte yang menjadi penyambung antara halte pemuda pramuka dan juga halte BPKP.

Saat hampir sampai di halte transit, Night, laki-laki itu segera mengangkat telpon dari ponselnya yang berdering.

"Iya Bun, ini Night udah di BPKP. Tadi Bang Aga udah whatsapp kalo dia udah mau sampe." jawab Night seadanya.

"Yaudah, hati-hati. Jangan lupa obatnya nanti dimin--" belum selesai, Night sudah mematikan sambungan telpon dan berlari begitu melihat transjakarta yang ia tunggu sudah berada persis di halte BPKP.

"Pelan-pelan ya. Tolong kasih jalan dulu untuk yang turun!" suara itu Night jelas kenal betul siapa itu.

"Tujuan dukuh atas, silahkan yang mau naik perhatikan langkahnya!" suara itu kembali terdengar, Night segera melangkahkan kaki jenjangnya mengikuti penumpang lain di depannya.

"Oke, tutup!" isyarat itu di tujukan untuk supir agar menutup pintu bus.

"Ngapain tadi lari-lari?" tanya petugas itu pada Night yang tengah mencari posisi berdiri yang pas di dekat pintu transjakarta. Bersyukur belum begitu banyak penumpang yang berada di dalam bus.

"Takut ketinggalan." jawab Night singkat lalu mengangkat satu tangannya ke atas dan menggenggam handgrip yang menggantung pada tiang.

"Duduk aja, mau Abang mintain kursi prioritas?"

"Emang lo pikir gue lansia, Bang?" nada suara Night terdengar kesal mendengar pertanyaan kakak sepupunya, Aga.

"Ya bukan gitu, tapi kan--"

"Fokus kerja aja! Anggep aja gue kaya penumpang yang laen." potong Night, segera ia tutupi kepalanya dengan kupluk hoodienya dan memejamkan matanya sambil berdiri.

"Duduk tuh ada kursi kosong!" suara itu terpaksa membuat Night membuka matanya dan berjalan pelan menuju kursi kosong yang dimaksud.

Aga berdecak kesal melihat sikap adik sepupunya yang acuh tak acuh, namun rasa kesal itu musnah ketika ia lihat wajah pucat Night yang terlihat jelas begitu si anak bule membuka masker yang ia kenakan.

Terpaksa Aga rogoh ponsel yang ada di saku seragamnya dan mengetik sesuatu.

"Tadi dari rs?"

Night yang memang tengah memegang ponselnya dengan cepat membalas, "Iya, kenapa?" setelahnya ia lirik wajah sepupunya yang terlihat khawatir.

"Pucet banget muka lo. Lo gak apa-apa?" Night tidak berniat untuk membalasnya, ia hanya memunculkan wajahnya berucap tanpa suara. "I'm okay!"

Night kembali memasang masker itu, ia jelas tahu penyebab Aga menanyakan kondisinya.

"Lo yakin?" ia baca sekilas pesan itu dan mengabaikannya. Night mendengus kesal, bagaimana bisa Aga kakak sepupunya menjadi seperti Bundanya yang terlalu mengkhawatirkan dirinya. Segera ia balas pesan tersebut.

Night and DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang