11: Senyum Night yang memikat

1.4K 112 10
                                    

- Alangkah lebih baiknya untuk vote sebelum baca ya 🤗 -
.
.
.

Cause anywhere with you feels right
Anywhere with you feels like
Paris in the rain
Paris in the rain
We don't need a fancy town
Or bottles that we can't pronounce
'Cause anywhere, babe
Is like Paris in the rain 🎶

Lantunan lagu Lauv terdengar begitu merdu, suara itu kini menyelimuti kebisuan Pixel dan Night yang kini berada di kamar kos milik Aga. Sudah hampir setengah jam mereka disana dan tanpa ada satupun yang memulai perbincangan.

Setelah insiden naas di jembatan halte, Pixel memutuskan mengajak Night ke tempat kos milik Aga karena adiknya meminta untuk tidak pulang ke rumah. Dan kini, Pixel yang tidak begitu akrab dengan Night, hanya bisa diam sambil memperhatikan Night yang sedang menikmati lagu-lagu favorite yang sengaja ia putar.

"Ada apa?" tanya Night tiba-tiba. Membuat Pixel terpaksa mengalihkan pandangannya dari Night.

"Ah, e-enggak apa-apa kok!" respon Pixel agak kikuk.

"Lo gak suka lagunya?" tebak Night to the point.

"Enggak! Gue suka kok."

"Terus?"

"Terus apanya?" Pixel agak bingung dengan pertanyaan Night.

"Ya terus lo kenapa ngeliatin gue?"

"Bukan apa-apa. Gue cuma gak sengaja mandang ke arah lo aja tadi!" jawab Pixel berdalih.

"Lo penasaran sama ini kan?" Night menunjuk kepalanya yang sejak awal ia tutupi dengan beanie hat yang menjadi style barunya beberapa hari belakangan ini.

Pixel terkejut saat melihat Night melepas topi itu dari kepalanya.

"Segitu kagetnya lo, Bang! Lo gak pernah liat sebelumnya ya?" tawa getir Night terdengar. Ia sadar, pasti Pixel sangat terkejut melihat rambut ikalnya yang mulai tipis dan rontok di beberapa bagian hingga terlihat aneh.

"Gue juga kaget beberapa hari lalu pas mandi. Tapi karena dokter udah ngejelasin sebelumnya jadi yaudah mau gimana lagi." jawaban pasrah itu justru membuat Pixel merasa sedih.

"Kalo bunda tau gimana?"

"Makannya, sebelum bunda sadar rambut gue mulai aneh, gue mau minta tolong sama lo buat pangkas habis rambut gue." Night bangkit dari duduknya dan berjalan menuju salah satu laci meja yang ada di kamar kos Aga.

"Nih!" Night serahkan benda yang ia ambil dari laci tersebut.

"Kok lo bisa tau Aga naro alat cukur disitu? Sesering itu ya lo ke kosannya Aga? Bahkan sampe lo punya kunci kosannya Aga segala."

"Hahahaha.. Maklum Bang, selama disini temen gue ya cuma Bang Aga. Udah gitu kamar kosnya dia paling cozy buat ngerjain coding-an di luar kantor. Suntuk juga di rumah bunda yang sebesar itu tapi gak ada penghuninya. Gue lebih nyaman disini apalagi kalo pas Bang Aga off kerja." jelas Night panjang lebar, jawaban Night yang tidak sesingkat biasanya membuat Pixel menyunggingkan senyumnya.

"Sorry ya kalo gue gak bisa jadi Abang yang baik kaya Aga. Jelas aja lo betah sama Aga, dia beneran sebaik itu orangnya." respon Pixel, dengan segera Night pun mengulas senyumnya.

"Lo juga baik kok, Bang! Cuma ya mungkin karena kita sering beda pemikiran aja jadi gak pernah akur. Kalo Bang Aga kan banyakan ngalahnya sama gue yang keras kepala. Hahaha.." ucapan bijak itu sukses membuat Pixel terenyuh.

"Aih, adek gue jadi bijak ya sekarang!" Pixel tentu sangat senang melihat Night yang cukup terbuka padanya saat ini. Karena sejak kecil, Night dan Pixel tidak sedekat hubungan Night dan Aga. Mereka sering sekali berbeda pendapat dan tak ada satupun yang mau mengalah, lalu berujung pada pertikaian kakak beradik itu.

Night and DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang