10: Pertemuan Night dan Ema

1.3K 113 11
                                    

- Alangkah lebih baiknya untuk vote sebelum baca ya 🤗 -
.
.
.

Ema berulang kali memunculkan senyum bahagianya melihat Keenan yang kini berdiri di sebelahnya. Ia tak henti-hentinya bersyukur melihat pagi ini Keenan terlihat sehat dan bisa berangkat ke kantor bersamanya seperti biasa.

"Senyum mulu lo, Em! Gigi lo kering nanti!" tawa renyah itu terdengar setelahnya, membuat Ema mendenguskan nafas kesal.

"Ish! Lo mah gak ada manis-manisnya acan sih sama gue. Senyumin gue balik kek apa gimana kek gitu!" melihat Ema memasang wajah cemberut sambil menggembungkan pipinya, Keenan segera mencubit gemas pipi sahabatnya itu. Membuat Ema semakin kesal dibuatnya.

"Kebiasaan deh, cubit-cubit pipi gue!" protes Ema sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Abis gemes gue liat pipi lo yang makin gembil! Kebanyakan minum boba sih lo tiap hari" respon Keenan lalu terkekeh melihat ekspresi Ema saat ini.

"Em, minggiran!" ujar Keenan sambil merapatkan tubuh Ema padanya. Mereka yang kini mengantri di pintu antrian bagian belakang terpaksa mendekatkan jarak mereka karena antrian yang semakin padat.

"Lo antri di pintu depan aja Em yang khusus wanita." saran Keenan yang merasa tidak tega melihat Ema dengan tubuh mungilnya harus berdesakan dengan laki-laki di antrian pintu belakang.

Ema yang kini tengah melindungi diri sambil menjaga barang bawaannya pun menggelengkan kepala menolak.

"Gak mau, gue maunya deket lo!" jawab Ema dengan suara yang dibuat-buat dan terdengar imut.

"Najis sok imut banget!" respon Keenan seadanya, membuat Ema memajukan bibirnya kesal mendengar respon Keenan pada ucapannya.

"Lo laki gak ada manis-manisnya pisan. Pantesan aja awet jomblo!" Ema menjulurkan lidahnya meledek Keenan.

Melihat yang dilakukan Ema, Keenan segera menoyor jidat Ema pelan, "Biar sikap gue gak manis, tapi lo tetep betah kan sama gue?"

"Mulai kan--" Ema tak melanjutkan ucapannya saat tubuhnya terdorong oleh seseorang di belakangnya hingga ia hampir saja menubruk orang di depannya kalau saja Keenan tidak memeganginya.

"Gak aman Em, rush hour begini tuh bahaya." terang Keenan dan meminta Ema untuk berpindah antrian. Ema tetap bersikukuh mengantri bersama Keenan, membuat Keenan terpaksa harus mengeluarkan tenaga extra untuk menjaga Ema.

"Busway tujuan Sunter Kelapa Gading, tolong beri jalan dulu untuk yang turun!" suara petugas busway terdengar. Begitu merasakan dorongan dari antrian belakang yang tidak sabar, Keenan terpaksa memposisikan diri persis di belakang Ema untuk melindungi gadis itu.

"Jangan dorong-dorong dong, sabar masih ada yang turun!" suara Keenan terdengar tegas bersamaan dengan tatapan tajamnya saat menoleh ke belakang.

"Thanks ya, Nan." ucap Ema lembut. Inilah salah satu alasannya mengantri bersama Keenan, karena ia merasa sangat dilindungi oleh sahabatnya itu.

Ema dan Keenan segera memasuki bus, lalu berjalan ke bagian tengah dekat pintu masuk depan untuk mengisi sisi yang kosong.

"Duduk, Em." tawar Keenan sambil menunjuk kursi prioritas yang masih kosong. Ema dengan cepat menggelengkan kepala menolak.

"Lo kan tau sendiri gue anti duduk di kursi merah." respon Ema, membuat Keenan mengangguk paham.

"Yaudah pegangan, nanti jatoh! Emang lo pengendali gravitasi bisa berdiri gak pake pegang handgrip!" Ema memunculkan cengirannya lalu menggenggam erat handgrip yang berada persis di atas kepalanya.

Night and DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang