chapter 2

2.8K 35 0
                                    

Tania dengan tatapan tajamnya berjalan menelusuri koridor kampusnya. Tania kuliah di Universitas Gunadarma. Tania memang cukup pintar di bidang pelajarannya terlebih lagi fisika. Bagi dia fisika itu sangat gampang. Aneh bukan? Bahkan bagi kalian saja fisika itu sulit. Tania adalah most wanted di sekolahnya ia memiliki paras yang sangat cantik dan tekstur tubuh yang seksi.

"Tania!"ucap seorang lelaki menghampiri Tania dengan Bungan yang di genggamnya.

Tania hanya mengangkat alis satunya seolah berkata apa.

"A-aku ingin berbicara denganmu Tania." Ucap pemuda itu dengan gugup. Bagaimana tidak? Tania memperhatikan pemuda itu dengan tatapan imidasi.

"Cepat bicara. Waktuku tidak banyak"ucap Tania dingin.

"Aku mau kamu jadi pacarku?" Ucap pemuda itu dengan bertekuk lutut didepan Tania.

Tania mengambil bunga itu lalu membuangnya ke sembarang arah.

"Cih! Jangan harap" dan meninggalkan lelaki itu dengan penuh emosi. Sebenernya ini bukan kejadian sekali dua kali. Tapi sudah berkali kali ntah berapa banyak laki laki yang ditolak Tania.

Tania POV

"Tania!"seru Devan.

"Hm?"tanya aku dengan malas. Sungguh hari ini benar benar menyebalkan. Bagaimana tidak? Aku baru saja di tembak laki laki. Dan kini aku harus ketemu laki laki yang paling aku benci di dunia ini.

"Ikut aku!" Ucap devan menarik aku dengan kasar. Astaga kenapa dia menjadi kasar seperti ini?

"Masuk mobil!"

"Tidak! Lagi pula aku ingin kuliah. Untuk apa kamu kesini."

"Aku kesini karena ada urusan denganmu Tania! Jangan membantah atau aku akan melakukan hal yang membuatmu menyesal!"ucap Devan tajam. Sungguh aku takut dengan dia yang seperti ini. Tapi aku tidak boleh terlihat lemah didepannya.

"Aku tidak peduli"dengan penuh keberanian aku meninggalkan Devan. Namun satu langkah ingin meninggalkannya dia menarikku dengan kasar dan memasukan ku di mobilnya.

"Devan ini dimana?" Kataku ketakutan. Bagaimana tidak? Jalanan ini sangat sepi seperti di pinggir kota.

"Sebaiknya kamu diam Tania. Nanti kamu akan tau apa yang akan kita tuju dan aku lakukan." Ucap Devan.

"Apa salahku Devan? Hiks aku mohon hiks lepasin aku a-aku tidak akan mengganggumu lagi hiks."ucapku terisak. Aku tidak bisa menahan air mataku lagi sungguh. Aku tersiksa dengan apa yang aku rasakan saat ini.

"Itu yang tidak aku inginkan Tania. Aku hanya ingin kamu menjadi milikku!!!" Bentak Devan frustasi.

Devan memberhentikan mobilnya di depan mansion yang terbilang sangat besar.
Devan membuka pintu mobil dan menarikku dengan kasar kedalam. Ada beberapa maid di sana mereka membungkukkan badannya.

"Selamat siang tuan. Dekorasi kamar yang tuan inginkan sudah saya rubah sesuai apa yang tuan perintah"ucap salah satu maid. What? Kamar? Apa Devan akan melakukan itu lagi terhadapku? Oh tuhan tolong aku.

Devan hanya mengangguk dan menarikku entah kemana.

"Devan lepas! Ini menyakitkan" ucapku sudah kupastikan pergelangan tanganku saat ini memerah.

"Aku tidak peduli Tania. Kamu harus mendapatkan hukuman karena tidak menuruti perintahku." Ucap Devan dingin dan membawaku ke sebuah kamar. Lalu mendorongku kasar.

"De-devan jangan mendekat!"ucap ku ketakutan ketika melihat Devan membuka jas dan kemejanya.

"Devan plis maafin aku jangan lakukan ini lagi"seperti tidak mendengarkan Devan tetap kearah ku. Lalu melumatkan bibirku dengan kasar.

"Mmpphhh!! Devvvhhh lepashhh"ucapku sambil terisak dan memukul dadanya. Sungguh aku tidak ingin ini terjadi lagi. Devan merobek dress yang kupakai sehingga tersisa pakaian dalamku. Wajah Dev berpaling kerahang lalu leherku. Dia menggigit kecil di sana membiarkan aku yang terisak. Aku pasrah kekuatan aku melemah didepan Devan.

Skip.

"Maafkan aku Tania. Sungguh aku tidak ingin menyakitimu. Tetapi kamu selalu memancing emosiku Tania. Aku mencintaimu" ucap Devan dan mencium pipiku.

Aku hanya diam pura² tidur sungguh aku merasakan sakit dan hancur atas apa yang Devan lakukan. Bagaimana tanggapan keluargaku nanti ketika mereka melihat ini semua. Aku tidak akan siap dan tidak akan pernah siap melihat kemarahan mereka. Betapa bodohnya aku tidak bisa berbuat apa apa disaat Devan ingin memperkosaku lagi.

Aku melihat Devan sepertinya dia sudah tertidur pulas. Aku dengan tertatih tatih berjalan kearah kamar mandi dan berendam di bathtub. Selesai berendam aku bangun dan segera berpakaian. Lalu pergi. Tetapi ketika aku ingin keluar dari kamar ini pintu terkunci.

"Mencoba kabur Hm?"suara Devan mengejutkanku.

"E-eh tidak."ucapku berbohong. Aku hanya takut Devan melakukan hal yang tidak tidak lagi.

"Jangan berbohong sayang. Kemarilah." Ucap Devan tegas.
Dengan ragu ragu aku berjalan kearahnya. Dia menarik tanganku sehingga saat ini aku berasa di pangkuannya. Ia memelukku.

"Tania? Apakah kau ingat kejadian saat aku memperkosamu pertama kalinya? Sungguh kejadian saat kamu SMP itu aku sedang mabuk tania tidak sengaja aku memperkosamu. Tapi aku tidak menyesal Tania. Karena aku orang pertama yang menyentuhmu."ucap devan santai.

"Kenapa kamu melakukannya terhadapku Devan? Kenapa? Apa salahku hiks."ucapku mulai terisak aku sangat sakit melihat kejadian dulu.

"Karena aku mencintaimu"ucap Devan.

forbidden loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang