33. Mission? 😖

3.4K 296 55
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rendezvous (?)

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.


"Kalian kenapa sih?" sebal si kembaran sembari mengusak rambut abu sang lawan bicara.

Lelaki manis itu melengos, kembali fokus pada seonggok lukisan di dinding. Sesekali kakinya menendang-nendang angin atau apapun yang tak berdosa dihadapan.

Jengah, "Njun, kalau ada masalah tuh diomongin baik-baik deh. Emang kamu ngga kasihan sama dia yang belain hujan-hujanan ke rumah waktu kalian marahan-"

"Ck! Ngga usah bahas masa lalu deh, Chan. Kali ini dia tuh nyebelin banget-"

"Emang kamu pikir kamu ngga nyebelin?" potong Haechan, belahan pinang non identik dari Renjun itu dengan mimik tak kalah kaku. "Jeno udah berusaha minta maaf tapi kamunya malah menghindar, bilang kalau dia masih nyebelin dan lain sebagainya. Bukankah masalahnya ada di kamu sendiri? Udah berkali-kali loh aku ingetin kamu-"

"Haechan jelek!"

"Yak! Kau bahkan lebih jelek dari aku!" balas si penasehat yang berakhir adu mulut saat apa yang ia sampaikan sama sekali tak mempan pada telinga sang kakak.

Renjun juga menjengkelkan, "Haechan gendut!"

"Tidak punya kaca?! Lebih baik aku daripada sapu lidi sepertimu!"

"Tapi aku cantik, bwleee~"

"Aku juga cantik ya-"

"Cantik tapi tidak laku? Hahaha, kasih kak Lucas kode sanaaa.. Nanti di ambil orang loh-"

"Sialan kau- hahh. Cukup, aku capek."

"Ung, sama."

Hening.

Kamar hotel bernuansa eksotik ini menjadi saksi bisu dimana sang adik membantu si batu untuk menyelesaikan pertikaian kecilnya dengan sang kekasih, Jeno. Sudah dua hari semenjak mereka pergi, tapi selama itupula suasana di antara mereka tak sehangat musim semi.

Menemukan ide, sebelah tangan pemuda Juni segera menyabet handphone di meja. Langkahnya yang terburu membuat heran yang lebih tua.

"Kau mau apa?"

Tanpa memandang si penanya, "Mulung.."

"Sembarangan. Mana ada pemulung bawa-bawa hp gitu, ya walaupun penampilanmu pantas, sih."

"Yak!" teriak Haechan pada kakaknya yang sudah menghambur keluar kamar sembari tertawa girang.

'Ampunilah saudaraku, Ya Tuhan..' batin si beruang yang baru saja merasa teraniaya oleh si mungil, anak pertama.

Ah! Ia hampir lupa pada niat awal buru-buru mengampil ponsel gara-gara Renjun, awas saja. Dengan cepat, jemarinya mengetuk icon pencarian di kontak lantas mengetikkan pesan setelah menemukannya. Senyum lebar di bibir nampak begitu terbaca.

To : Nana

Aku punya ide untuk bayi-bayi kita yang sedang marahan!

__

Brak!

"Yak! Kau ini kenapa hah?!" itu Jaemin, kekasih Mark yang kini asik bermain dengan aplikasi edit foto di komputer jinjing tetapi sekian detik lalu hampir terkena serangan jantung akibat bantingan pintu.

[✓] Rendezvous | Oneshoot CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang