Tangan besarnya dengan telaten membuka satu per satu box aksesoris untuk menghias pohon natal yang sudah berdiri tegas di sudut ruang keluarga di dalam apartemen Hyunjae. Dibantu dengan dua krucil yang meramaikan dengan adu argumen soal siapa yang nantinya akan memasang bintang di puncak pohon atau siapa yang akan membuka kado-kado besar.
"Kak, nanti aku yang pasang lampu-lampunya ya?"
Itu Jaemin. Mentang-mentang sekarang sudah kuliah, dengan bebasnya ia mewarnai rambutnya menjadi blonde. Apalagi di bagian poninya ia warnai menjadi biru atau apalah itu, Juyeon sendiri juga tidak tau. Aneh-aneh sekali cimit satu itu. Beruntung Juyeon tidak memarahinya waktu tahu bahwa adiknya itu mewarnai rambut.
"Ya udah, nanti aku yang pasang bintang di puncaknya ya, kak. Oke? Oke dong!" Jeno mengompori.
"Enak aja! Perjanjiannya tadi apa! Gunting batu kertas, yang menang yang bakal masang bintangnya!" Jaemin protes.
Dan berakhir mereka adu argumen kembali. Juyeon yang masih sibuk menghias pohon natal tidak terusik sama sekali dan melanjutkan acaranya sendiri. Sedangkan Hyunjae yang berada di dapur sedang membuat kue untuk malam nanti malah pusing mendengarnya. Padahal jarak antara Juyeon dengan si krucils dan Hyunjae dengan krucils, lebih dekat Juyeon. Hyunjae jadi heran sendiri itu kakak tetangganya yang sekarang sudah berubah status menjadi kekasihnya bisa-bisanya tidak terganggu sama sekali sedari tadi.
Pada saat Hyunjae akan beranjak menuju ruang tengah, Juyeon sudah lebih dulu melerai keduanya. Ia memasang sebuah kamera di depan Jeno dan Jaemin yang sedang bertengkar dan mulai menyalakannya.
"Kalian masih pengen berantem terus kan? Coba kali ini lihat tuh di depan ada kamera yang lagi nyala. Nanti yang nggak kuat bisa lambaikan tanganya ke kamera. Oke? Oke dong!" Juyeon mengacungkan kedua ibu jarinya kepada Jeno dan Jaemin.
"Kakak!" Jaemin protes.
Sebelum Juyeon terkena pukul, mending ia berlari menjauhi dua krucil yang sekarang masih saling melemparkan tatapan sengit di depan kamera yang sudah beberapa menit merekam aksi keduanya.
"Udah selesai belum?" Juyeon bertanya, mendekat ke arah Hyunjae yang sedang berjongkok di depan lemari mencari nampan.
"Udah. Baru masuk oven tuh." Jawab Hyunjae sekenanya, setelah ia menemukan sebuah nampan di salah satu kolong lemari.
"Dibantuin bersih-bersih nggak?"
"Ya boleh. Kalau ikhlas sih."
"Ikhlas dong."
"Ngapain nanya kalo emang tadi masih keliatan berantakan. Inisiatif kek." Dumel Hyunjae.
"Sebel banget kayaknya." Juyeon mencoba menggoda Hyunjae dengan menjawil ujung hidungnya.
"Iya sebel. Kakak tuh ya nggak berubah tau gak. Dari dulu tuh dingin terus." Protes Hyunjae.
Juyeon yang sedang mencuci perlatan membuat kue di wastafel hanya bisa terkekeh mendengar jawaban Hyunjae.
"Makanya hangatin dong."
"Masakan kali ah pake dihangatin segala kalo udah dingin."
"Jiahhh ngelawak lo." Kekeh Juyeon.
"Kampret, Lee Juyeon." Pada akhirnya Hyunjae melemparkan serbet kotor yang baru saja ia gunakan untuk mengelap pantri ke arah kepala belakang Juyeon.
"Kotor woy!" Teriak Juyeon nggak terima. Lantas ia pun membalasnya dengan mempercikkan air ke wajah Hyunjae.
"Kak! Basah ih! Tak timpuk pake nampan nih!"
Mereka berakhir perang-perangan dan saling adu mulut. Hubungan mereka semakin kesini sebenarnya semakin kelihatan bahwa Hyunjae yang awalnya Juyeon kenal sebagai sosok yang manja itu berubah menjadi lebih dewasa saat ia bersama dengan adiknya (Jeno atau Jaemin) dan saat bersama dengan Juyeon membicarakan hal-hal serius seperti pekerjaan atau masalah kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Beloved; jujae
Fiksi Penggemarbiˈləv(i)d; (n.) dearly loved. #1 leejuyeon 180319 #1 leejaehyun 070619 #1 jujae 020420 #2 juyeon 010520 yaoi! bxb! bahasa baku! ©hydrangeasweetpea, 251218