BAGIAN 1

10.2K 533 4
                                    

Waktu menunjukkan pukul 9 malam, itu artinya jam mata kuliah telah berakhir. Zeline keluar kelas paling akhir karena ia tidak ingin berdesakan dengan mahasiswa lain. Dia berjalan keluar kelas dengan membawa beberapa buku di pelukannya.

Zeline tidak sadar bahwa sejak tadi dia diperhatikan seorang laki-laki. Kemudian laki-laki tersebut mengikuti Zeline dan segera menggigit lehernya.

Zeline ingin berteriak tapi tak bisa. Suaranya hilang entah kemana. Dia melihat dengan pandangan buram ada laki-laki lain yang mendekat padanya. Tak lama setelah itu dia pun kehilangan seluruh kesadarannya

"Ah pantas saja kucari tidak ada, ternyata kau sedang memangsa korban lagi." omel Ezvan, kakak Rasen, yang sudah hafal dengan sifat adiknya.

"Maafkan aku, kak. Aku tidak bisa menahan rasa hausku karena aroma darahnya sangat harum dan memabukkan. Tolong jangan beritahu ayah tentang ini, kak. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi." kata Rasen dengan nada menyesal dan memohon.

"Kau benar-benar gila, Rasen. Sudah berapa manusia yang menjadi korbanmu? Kau hanya mengucap janji lalu kau melakukan kesalahan yang sama lagi. Bagaimanapun aku akan tetap memberitahu ayah tentang ini agar tak banyak lagi manusia yang menjadi korbanmu. Sekarang berikan gadis itu padaku, aku akan membawanya ke Istana." omel Ezvan panjang lebar.

"Apa kau yakin akan membawanya ke Istana, kak? Aku tidak yakin ayah dan ibu akan menerimanya." kata Rasen memprotes karena ia tidak ingin semakin dimarahi setelah ayahnya melihat keadaan Zeline.

"Ya, aku yakin ayah dan ibu akan menerimanya. Aku tahu kau berbicara seperti itu karena kau tidak ingin ayah semakin marah dan hukumanmu bertambah berat, kan?" balas Ezvan sarkastik.

Rasen meringis melupakan fakta bahwa kakaknya bisa membaca pikiran dan dia lupa memblok pikirannya.
Akhirnya mereka pulang dan membawa Zeline bersama mereka.

Sesampainya di istana Ezvan dan Rasen membungkuk hormat di hadapan Raja dan Ratu yang sedang duduk di singgasana.

"Siapa gadis yang kau bawa, Ezvan? Mengapa dia tidak sadarkan diri?" tanya Axelle, Ayah sekaligus Raja Vampire.

"Ini gadis yang menjadi korban Rasen, Ayah. Aku membawanya kesini karena dia tidak sadarkan diri dan kehilangan banyak darah. Aku akan membawanya ke kamar dan memanggil tabib. Aku permisi, Ayah." ucap Ezvan berpamitan yang dibalas anggukan oleh Raja dan Ratu.

"Rasendriya Melviano, atau harus kusebut Rasendriya Culicidae? Kali ini apa yang membuatmu tidak bisa menahan rasa hausmu?" tanya Raja disertai kekehan.

*Culicidae adalah nama latin nyamuk, dan nyamuk adalah penghisap darah.

"Ayah, maafkan aku. Aku tidak bisa menahan rasa hausku karena aroma darah yang dimilikinya sangat harum dan memabukkan." jawab Rasen dengan wajah menyesal. Dia memberikan alasan yang sama seperti yang ia berikan pada Ezvan, kakaknya.

"Baik kalau begitu kau akan diberi hukuman seperti biasa, diasingkan selama seminggu di kamarmu dan jangan pernah keluar sebelum aku sendiri yang memberimu izin." perintah Raja.

"Ya, Ayah, aku akan melaksanakan hukumannya tapi aku ingin melihat keadaan Zeline dan meminta maaf padanya." pinta Rasen pada Raja yang dibalas anggukan kemudian mereka--Raja, Ratu, Rasen dan adik-adiknya--pergi ke kamar Ezvan.

***

"Bagaimana keadaannya?" tanya Raja pada tabib yang mengobati Zeline.
"Dia kehilangan banyak darah tapi saya telah mengatasinya dan tolong berikan ramuan ini ketika dia bangun untuk menambah darahnya." Jawab tabib seraya memberi ramuan penambah darah.
"Baik, aku akan memberikannya. Terima kasih." Jawab Ezvan dan menerima ramuan tadi.

Tak lama kemudian Zeline bangun.

"Ah kepalaku pusing sekali, bolehkah aku meminta minum?" tanya Zeline setengah sadar.
"Pelayan, tolong ambilkan minum untuk gadis kecil kita." perintah Ratu.
"Baik, Ratu" ucap pelayan dan segera mengambilkan 3 gelas darah segar.

Pelayan tersebut memberikannya pada Zeline dan dengan segera Zeline menghabiskan 3 gelas darah hingga tandas.

"Bagaimana perasaanmu? Apa sudah merasa lebih baik?" tanya Raja dengan lembut kepada Zeline.
"Ya, terima kasih, minuman itu sangat menyegarkan." jawab Zeline dengan senyuman.

"Yang kau minum tadi adalah darah." timpal Faliz dengan wajah datar.
"Hah?! Kau pasti bercanda, 'kan? Aku ini manusia, mana mungkin merasakan segar ketika meminum darah?" tanya Zeline tidak percaya. Faliz hanya mengedikkan bahu tanpa ingin menjawab.

"Kau memang manusia beberapa jam yang lalu, tapi sekarang kau adalah vampire." jawab Fian yang sejak tadi diam.

"Kau pasti bercanda. Tidak ada vampire di dunia ini dan aku juga tidak mempercayai adanya vampire ataupun makhluk immortal lain. Lagipula mengapa aku bisa menjadi vampire dan siapa kalian?" jawab Zeline tidak percaya.

"Dia tidak bercanda dan kau harus mempercayai adanya vampire dan makhluk immortal lain karena sekarang kau adalah salah satu dari mereka. Untuk penyebab kau berubah menjadi vampire bisa kau tanyakan langsung pada saudaraku, Rasen. Dan ah...ya aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Ezvan, putra mahkota Kerajaan Melviano. Mereka adik-adikku, ini Rasen adik pertamaku, disampingnya Faliz adik keduaku, dan yang paling ujung Fian, adik bungsuku. Disana ada Ayah dan Ibu kami, mereka adalah Raja dan Ratu Vampire." Jelas Ezvan panjang lebar dengan menunjuk orang-orang yang disebutnya tadi.

"Itu artinya sekarang aku berada di Kerajaan Vampire?" Tanya Zeline dengan wajah terkejut.
"Ya, kau berada di Kerajaan vampire." jawab Ezvan yang diangguki oleh Zeline.

"Tolong beritahu aku bagaimana aku bisa menjadi vampire dan berada disini, dan apakah kalian akan membunuhku?" tanya Zeline dengan wajah penasaran dan takut.

"Maafkan aku, Zeline. Aku yang mengubahmu menjadi vampire karena aku tidak tahan dengan wangi harum dari darahmu. Aku menggigitmu ketika kau akan pulang setelah menyelesaikan kuliah malam. Setelahnya kak Ezvan menghentikanku dan membawamu kesini. Aku mohon maafkan aku. Aku benar-benar tidak berniat mengubahmu menjadi vampire." ucap Rasen dengan wajah menyesal.

"Bukankah kau satu kelas denganku malam itu?" tanya Zeline.
"Ah... Ternyata kau mengingatku. Ya, itu aku dan sekali lagi maafkan aku." mohon Rasen.

"Ya, aku memaafkanmu, tapi bisakah kau mengubahku kembali menjadi manusia?" Tanya Zeline yang membuat semua makhluk yang ada di ruangan itu tertawa, kecuali Faliz, si pangeran es.

"Sayang, kau tidak bisa kembali menjadi manusia, tapi tenang saja aku akan mengurusmu dan menjadikanmu anakku." jawab Ratu dengan senyuman lembut.

"Ah benarkah? Aku sudah lama ingin memiliki ibu dan keluarga yang lengkap." jawab Zeline dengan mata berbinar.

"Jadi kita akan mengadopsinya?" tanya Fian dengan antusias. Pasalnya dari dulu dia sangat menginginkan adik perempuan.

"Apakah aku boleh mengadopsinya? Aku sudah lama menginginkan anak perempuan." tanya Ratu kepada Raja.
"Adopsilah jika kau menginginkannya." jawab Raja.

Faliz yang ingin melayangkan protes segera mengatup bibirnya kembali sebab jika Raja sudah berkata Ya maka tidak ada yang bisa mengubahnya.

"Terima kasih, kau yang terbaik. Gadis manis, mulai sekarang kau adalah anggota keluarga Melviano. Dan siapa namamu? Berapa umurmu?" tanya Ratu lembut kepada Zeline.

"Terima kasih, Ratu. Aku sangat senang memiliki keluarga. Namaku Zeline Zakeisha. Umurku 19 tahun." jawabnya dengan senyum antusias.

"Jadi apa yang membuatmu sangat senang memiliki keluarga, Zeline?" penasaran, itu yang Ratu rasakan saat ini.
"Aku tidak pernah memiliki keluarga. Sejak kecil aku tinggal di panti dan setelah usiaku 17 tahun, aku memutuskan untuk keluar dari panti dan tinggal di apartemen. Aku selalu sendirian dan kesepian, aku pikir  jika aku memiliki keluarga pasti akan sangat menyenangkan." jelas Zeline

"Gadis yang malang, mulai sekarang kau tidak akan sendirian dan kesepian. Semoga kau selalu bahagia bersama kami." ucap Ratu seraya tersenyum lembut dan mengelus puncak kepala Zeline.

"Terima kasih, Ratu." jawab Zeline.
"Jangan memanggilku Ratu, panggil aku Ibu." kata Ratu
"Baik, Ibu." jawab Zeline seraya tersenyum bahagia.

Rab, 18 Desember 2019
Don't forget to tap vote and comment.
Thanks for coming guys❤️

ZELINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang