BAGIAN 24

1.7K 147 1
                                    

Hari sudah malam dan sebentar lagi ritual akan segera dimulai tetapi Zeline masih setia dengan tidurnya.

Elvano yang sudah membersihkan diri kembali menemani Zeline. Seperti kata Raja Axelle, dia tidak perlu menghadiri ritual agar bisa menjaga Zeline.

Di ruang lain, tepatnya di kamar Gavin, semua orang sudah siap untuk melakukan ritual.

"Elina, kau yakin akan melakukan ini?" Gavin bertanya pada Elina.

Ini sudah kesekian kalinya dia bertanya seperti itu dan jawabannya masih sama.

"Iya. Jangan khawatirkan apapun. Zeline sudah berjuang sejauh ini. Aku tidak ingin mengecewakannya." ucap Elina mantap.
"Apa maksudmu?" tanya Gavin bingung.

Tentu saja bingung karena dia bahkan tidak diberi tau bahwa orang yang mencari bahan ramuan dan peracik ramuan itu adalah Zeline. Sampai Zeline yang sedang dalam tidur panjang pun dia tidak tau.

Dia selalu bertanya kemana Zeline, kenapa semua Keluarga Reinaldo (kecuali Elvano) menghadiri ritualnya, dan apa yang ia lewatkan.

Tapi semua orang hanya menjawab dengan kalimat 'kau akan tau nanti'. Ini membuatnya seperti mati penasaran.

"T-tidak ada. Ayo mulai ritualnya saja ya?" ucap Elina gugup.
"Baiklah." ucap Gavin pasrah.

Ritual pun dimulai. Tabib mengambil ramuan yang ditempatkan dalam gelas dan memerintahkan Elina memberikan setetes darahnya untuk ramuan itu.

Elina menggores lengannya sehingga mengeluarkan darah. Tabib memisahkan ramuan tadi menjadi dua bagian. Satu untuk diminum Gavin dan yang lainnya untuk dilumurkan pada pedang.

Gavin meminum ramuan tadi sedangkan tabib melumurkan ramuan tadi ke dua pedang khusus yang sudah diberi mantra. Dia memberikan pedangnya pada Elina dan Gavin.

Tabib mengarahkan Elina dan Gavin untuk saling berpegang tangan dan menusuk tepat di jantung lawan dengan tangan satunya. Elina menusuk Gavin begitupun sebaliknya.

Setelahnya mereka jatuh dan semua orang segera membaca mantra yang diberikan oleh tabib.

"Kita hanya perlu menunggu beberapa hari untuk keduanya tersadar." ucap tabib ketika mereka telah menyelesaikan mantra.

Dua hari kemudian, Elina dan Gavin bangun dengan kondisi yang sehat seperti tidak terjadi apa-apa. Dan lagi, luka-luka yang tadinya menganga sekarang sudah hilang sempurna.

"Selamat ritual ini berhasil." ucap tabib setelah memeriksa kembali keadaan Elina dan Gavin.

"Terima kasih, El." ucap Gavin tulus.
"Tidak perlu. Aku juga akan merasakan sakit jika kau terus menerus sakit karena kau adalah mate-ku." balas Elina.

Memang seorang mate akan merasakan sakit sekecil apapun yang dialami oleh pasangannya. Mereka juga bisa mengetahui isi pikiran dan suasana hati mate-nya.

"Ekhem! Kami juga membantu." Ucap Fian sedikit menyindir.
"Ah maaf. Terima kasih juga untuk semua yang sudah membantu saya dan terima kasih juga telah mengizinkan Elina untuk membantu saya." ucap Gavin.

"Tidak masalah." ucap Raja Arion.
"Kalau begitu saya pamit." ucap tabib dengan membungkuk dan segera pergi setelah mendapat anggukan Raja Axelle.

"Baiklah kalau begitu kami juga akan keluar." ucap Raja Axelle kemudian pergi diikuti Ratu Arabelle, Raja Arion, dan Ratu Aileen.

"Sekarang aku sudah sembuh dan sehat. Bolehkah aku menemui Zeline?" tanya Gavin yang masih penasaran sekaligus khawatir dengan keadaan Zeline.

"Besok saja. Kau baru siuman." ucap Faliz.
"Kalau begitu bisakah kalian beritahu keadaan Zeline sekarang?" Gavin masih tidak menyerah.

"Huft, sebenarnya Zeline melarangku untuk memberi tau padamu. Tapi aku tidak bisa menyembunyikan ini lagi." ucap Elina.

"Jelaskan saja. Kami akan keluar." ucap Ezvan memberi ruang pada Elina dan Gavin.

Mereka segera keluar sehingga menyisakan Elina dan Gavin.

Setelah beberapa menit berlalu, Elina masih tetap bungkam.

"Jadi?" tanya Gavin karena Elina tidak segera buka suara.

"Zeline pingsan sejak dua hari lalu, tepatnya sore sebelum ritual ini dilaksanakan. Dia kelelahan. Malam itu dia dan kak Elvano mencari bahan ramuan di Dark Forest dan baru kembali saat fajar."

"Tetapi Zeline tidak segera istirahat dan memilih untuk meracik ramuan bersama tabib. Dia bahkan memberi penjaga di pintu laboratorium agar tidak seorang pun dapat mengganggunya. Dia bahkan melewatkan sarapan dan makan siang."

"Hingga senja, dia baru menyelesaikan pekerjaannya. Ketika berjalan untuk kembali ke kamar dia pingsan dan tabib bilang dia kelelahan. Tabib juga bilang mungkin dia akan sadar 7-10 hari kedepan. Sekarang dia sedang berada di kamar bersama kak Elvano yang menjaganya." jelasnya.

"Astaga wanita itu kenapa keras kepala sekali. Dia bahkan membuat dirinya kelelahan dan berakhir sakit seperti ini. Tapi 7-10 hari bukankah cukup lama hanya karena kelelahan?" tanya Gavin.

"Tabib bilang dia menggunakan setengah kekuatan nya untuk membuat ramuan itu. Terbukti seberapa kerja kerasnya dinilai dari kondisi kita sekarang. Bahkan kita sudah pulih dalam beberapa hari saja." Jelas Elina.

"Kau benar. Seberapa kuat dia hingga setengah kekuatan nya saja bisa berefek seperti ini?" Gavin penasaran.

"Aku tidak tau. Yang pasti aku sangat berterima kasih dengan semua kerja kerasnya." ucap Elina.
"Benar. Kalau begitu aku akan mengunjunginya besok. Kau ikut ya?" ajak Gavin.

"Tentu. Sekarang istirahatlah. Aku akan kembali ke kamarku." ucap Elina yang ingin beranjak dari dari kasur Gavin tetapi segera ditahan.

"Temani aku." Gavin memohon.
"Baiklah." Elina pasrah.

Akhirnya mereka tidur bersama.

Esoknya, semua orang sudah melakukan kegiatan masing-masing. Ah, kecuali Zeline yang masih terbaring tenang di tempat tidur nya dengan Elvano yang masih sangat setia menemani.

TOK TOK TOK

Pintu kamar Zeline diketuk.

"Masuklah." ucap Elvano dari dalam.

Elina dan Gavin segera masuk untuk menjenguk Zeline.

"Oh, kalian. Apakah ritual nya berjalan lancar? Pasti berhasil, 'kan?" tanya Elvano.
"Tentu saja berhasil berkat kerja keras Pangeran dan Zeline." ucap Gavin formal.

"Jangan terlalu formal. Panggil aku kakak saja seperti yang lainnya." ucap Elvano.
"Baiklah, kak." Jawab Gavin.

"Apa ada perkembangan pada Zeline?" tanya Elina.
"Belum. Sepertinya dia memimpikan hal indah hingga lupa untuk bangun." ucap Elvano mengelus surai Zeline lembut.

"Maaf, ini semua karena aku." ucap Gavin sedih.
"Jangan menyalahkan diri sendiri. Lagipula memang dia wanita keras kepala. Dilarang bagaimana pun akan tetap dilakukan." Jawab Elvano terkekeh

Gavin hanya mengangguk dan terkekeh dengan canggung.

Setelah itu mereka banyak berbincang. Entahlah apa saja yang dibicarakan. Elina bahkan banyak diam karena tidak tau apa yang dibicarakan kedua lelaki itu.



























Sabtu, 1 Agustus 2020

Heyhoo kita ketemu lagi!
Seneng gak update cepet?

Nanti bakal diusahain update cepet terus tapi gatau kedepannya.

Semoga author gak terlalu sibuk ya.

Oh iya, mau nanya dong.
Kalo author bikin cerita tentang fanfiction gitu kalian pada mau baca gak?

Udah dulu ya.
Thanks for coming! ❤️
Jangan lupa vote & comment🙏

ZELINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang