BAGIAN 14

2.1K 171 1
                                    

Tiga bulan berlalu begitu saja dan Raja belum menemukan satu pun penyihir putih. Keadaan Nara dan Gavin pun semakin memburuk di penjara bawah tanah. Mungkin kematian mereka tinggal menghitung hari.

"Maaf, Yang Mulia. Kami belum bisa menemukan satu pun penyihir putih." lapor prajurit
"Cari dengan lebih teliti! Sisir seluruh wilayah. Jangan sampai ada yang terlewat!" perintah Raja.

Bingung, gelisah, dan panik sudah menjadi makanan sehari-hari seluruh penghuni Kerajaan Melviano. Bahkan Keluarga Melviano sekarang menjadi sangat tempramental. Salah sedikit, maka cambuklah yang akan berbicara.

Rencana pemberontakan Kerajaan Pratista pada Kerajaan Reinaldo belum terlaksana. Entahlah mungkin Alice masih menyusun strategi yang tepat. Tapi itu menguntungkan keluarga Melviano karena mereka dapat lebih fokus untuk mengurus Zeline.

***

Malam ini terjadi bulan purnama. Semua orang berkumpul di kamar Zeline, merasakan kesedihan yang mendalam. Mereka sudah menyerah untuk menemukan penyihir putih untuk mematahkan mantra.

Dengan berat hati, Sang Raja menutup wajah pucat Zeline dengan kain.

Belum juga terlaksana, sebuah cahaya putih muncul dari dalam tubuh Zeline yang membuat semua orang menyingkir dan menutup matanya karena merasakan silaunya cahaya tersebut.

***

Seperti biasa. Ketika Zeline tak sadarkan diri pasti ia berada di tempat ibunda dan ayahandanya. Saat ini mereka sedang duduk di taman istana.

"Zeline kau sudah lama berada disini. Kau tidak ingin kembali, Nak?" tanya ibunda lembut.
"Tidak, bunda. Aku ingin disini bersama ayah dan bunda. Aku bahagia berada disini bersama kalian." tolaknya.

"Zeline sayang. Kau tidak ingat dengan keluargamu disana? Mereka mengkhawatirkan mu, Nak. Kehilanganmu membuat mereka sangat terpuruk. Kau tidak boleh seperti ini. Kau harus kembali agar keluargamu yang disana bahagia. Jangan pikirkan kami. Kami akan kembali jika waktunya telah tiba." ucap ayahanda seraya mengelus rambut putrinya dengan sayang.

"Baiklah, aku akan kembali. Berjanjilah kalian akan kembali jika saat itu telah tiba." ucap Zeline menurut.
"Tentu saja, tunggu kami. Kau juga harus menemukan kakakmu. Mereka pasti juga merindukanmu." ucap ayahanda.

"Baiklah, ikuti apa yang bunda katakan. Lalu kau bisa kembali ke duniamu. Jaga dirimu disana. Jangan memaksakan diri seperti ini lagi, mengerti?!" perintah ibunda yang dibalas anggukan.

Ibunda menggenggam tangan Zeline dan mengucapkan mantra.

"Regresa al mundo de donde viniste!" Ucap ibunda.
"Regresa al mundo de donde viniste!" Ucap Zeline mengikuti ibundanya.

"Sampai jumpa, putriku. Jangan lupakan pesan ayah dan bunda." ucap ibunda ketika tubuh Zeline memudar.
"Baik, bunda. Aku pergi. Sampai jumpa, ayah, bunda. Aku menyayangi kalian." setelah mengucapkan itu tubuh Zeline menghilang sempurna.

***

Setelah cahaya itu memudar, Zeline mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya. Hal itu tidak luput dari perhatian Rasen.

"Zeline, Zeline bangun!" pekik Rasen senang.
"Benarkah?" tanya Fian tak percaya.
"Benar! Dia bangun! Tabib cepat periksalah Zeline!" perintah Ezvan pada tabib.

"Tuan putri sudah sembuh total. Mantranya telah hilang sempurna." ucap Tabib yang membuat semua orang terkejut dengan tatapan seperti bertanya 'bagaimana bisa?'

ZELINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang