Pertemuan

968 68 5
                                    


"Nee hyung, Kookie lagi jalan ke rumah kok" jawab seorang anak sekolahan kelas satu dari SMA SOPA, dengan satu tangan menggenggam hp nan disamping telinga, dan tangannya yang satu lagi sibuk membawa perlengkapan kerajinannya.

Jalanan sore ini begitu sepi, bisa dibilang wajar akibat tadi siang hujan deras, buat semua orang memilih menyendiri di dalam rumah.

"Ani... tadi ada tugas Kookie yang belom siap, makanya baru pulang"

"..."

"Tenang aja, Kookie bisa kok sendiri"

"..."

"Arra hyung, bye bye"

Telphone mereka pun usai, dan anak berpapan nama Kim Jung Kook itu kembali memacu langkah di jalan sepi tersebut.

Jam udah menunjukkan pukul enam sore tepat, tapi Jungkook masih saja belum sampai ke rumahnya, tadi sudah ditawarin Woojin buat pulang bareng, dianya tolak, gini akhirnya.

Untuk menghilangkan rasa takut, Jungkook langsung menggunakan airphone merahnya dan mulai memutar musik. Sesuai nada, ia pun sesekali dance dan membayangkan kalau ia tengah konser di studio musik.

Tanpa ia ketahui, ada serombongan orang tengah menatapnya dengan memiliki niat nan buruk.

°°°

Lagi asyik berjalan ditemani dengan lagu, tiba-tiba Jungkook merasakan ada elusan pelan di sebelah pipi kanannya.

Padasaat ia menoleh, seketika matanya melotot tak percaya "Si..siapa ka..kamu!!!" Jungkook pun sponstan mendorong tangan yang berani memegang pipinya.

"Hahaha... ya aku manusia wahai pria manis" jawab pria yang ternyata mengelus pipi mulus Jungkook tadi.

"Hm... dia pasti anak kaya raya, sudah jelas dari barang nan terpapang di badannya" susul satu pria menggunakan masker sambil membawa sapu tangan hitam, apa mereka?

Tidak hanya dua, ternyata berlima, tiga orang lain juga ikutan keluar dari persembunyian mereka.

Setelah berkumpul, kelima pria berumur tiga puluhan itu pun mendekat ke arah Jungkook seperti ada yang ingin mereka lakukan.

"Aku mohon, jangan mendekatiku" ucap Jungkook ketakutan dengan kaki lahan-perlahan melangkah mundur, barang kerajinannya tadi sudah terjatuh sejak ia melihat pria penyentuh pipinya, kalau airphone, sedang bergelantungan di lehernya.

"Nggak akan, anak-anak! Tangkap dia!!!" Teriak si tertua sambil mengarahkan jari telunjuknya ke tubuh Jungkook nan penuh keringat.

Keempat cowok yang dikira sebagai anaknya itu pun langsung menuruti perintah, dan Jungkook sendiri juga lari menjauh dari rombongan liar tersebut.

Lari tak ada gunanya, Jungkook lelah, ketakutan, dan cemas akan keadaannya setelah ini. Kakinya terus melangkah cepat tak tentu arah, sampai ia tersandung batu yang membuatnya terjatuh.

Jungkook langsung bangkit dari jatuhnya, tapi hal itu tak terjadi lantaran satu kaki sukses menahan ia dengan cara menginjak tas sandang yang memang terletak di punggung Jungkook membuat ia tertidur di trotoar.

"Kau tak akan bisa lepas dari tangan kami bocah sekolahan" ketawa jahat pun keluar dari keempat pria yang mengejar Jungkook tadi.

Emosinya mulai membara saat kalau ia dipanggil bocah oleh orang lain, dengan segera Jungkook bangun dan membuat kaki yang menahannya tumbang seketika.

"Saya nggak akan terima kalau kalian manggil saya bocah, arra" bentak Jungkook sambil mengarah tendangannya ke perut salah satu orang.

Sang ketua rombongan itu ngangguk "Baiklah, kalau bagitu kita berperang detik ini juga."

Jungkook yang belum siap-siap hanya bisa melayang sesekali tinjuan dan menghindar, jumlah yang tak sebanding membuat ia cepat roboh, ya walaupun tak luka, tapi ia berhasil disekap dari belakang.

Ketika Jungkook tengah sibuk melawan pria ketua, salah satu anak buah tanpa ampun langsung saja memeluk Jungkook dari belakang, dan sukses buat tubuh pria sekolahan itu terkunci kuat.

"Sudah saya bilang, kau tidak akan bisa lepas dari kami. Sekarang ambil jam tangan, hp, airphone dan tasnya" perintah ketua sambil memainkan dagu Jungkook, Jungkook sendiri hanya lemas dan takut, ia tak berdaya kali ini.

Tapi tidak Jungkook namanya kalau nggak melawan, ia pun menggerakkan tubuhnya supaya bisa bebas, buat sang penahan tubuhnya cukup kewalahan.

Salah satu anak buah yang sudah mengambil paksa kalung mutiara dari leher Jungkook langsung membantu temannya untuk mengunci tubuh Jungkook, dan itu berhasil.

"Barang kau mahal-mahal semua ya, nggak salah kalau kau akan jadi santapan kami" teriak ketua yang kali ini kembali memainkan dagunya, tapi kali ini juga dengan pipi Jungkook.

Air mata pun tak bisa ditahan "Aku mohon, le..lepaskan ak..aku, kalian bi..bisa ambil se..semua barangku, tapi biarin ak..aku pulang."

"Tidak mau, dan tidak akan pernah"Jawab pria yang saat ini tengah menggunakan airphone Jungkook.

Jungkook takut, dan ia kira inilah waktu terakhirnya di muka bumi, jika dibayangkan ada sang pahlawan tiba dan menghabisi kelompok jahat ini, itu pasti hanya mimpinya.

Dan ditengah larut kesedihan Jungkook, telinganya menangkap suara orang meninju yang lain, dan Jungkook pun berani mengangkat mukanya.

Ternyata ia melihat dua remaja cowok tengah melawan penjahat, apakah ini yang disebut hati malaikat?

"Anak-anak, lumpuhkan kedua bocah tersebut" teriak ketua yang dituruti oleh kedua anak yang menahan tubuh Jungkook.

Kali ini Jungkook ditahan oleh ketua sendiri, karna keempat anak buahnya tengah melawan kedua remaja tadi tanpa ampun.

Tak dikira, keempat anak itu runtuh, dan mereka lari kesana kemari. Setelah pasukan pergi, kedua penyelamat datang ke arah Jungkook maupun ketua.

Belum beberapa langkah, cowok yang lebih tinggi langsung mengcengkram tangan ketua cukup keras "Kau jangan ganggu remaja sekolahan disini lagi."

Setelah mengucap kata itu, si ketua tanpa ampun pun lari menjauh.

Jungkook bisa bernafas lega sekarang, ia bebas dari penculik kasar tersebut, ya walaupun badannya cukup luka.

Keadaan kembali sepi, kedua anak tadi langsung mengibas debu di pakaian mereka sambil mengambil beberapa benda yang berceceran disana.

"Ini nih barang hyung kan?" Tanya anak yang membawakan barang Jungkook.

Jungkook pun menerimanya dengan senang hati "Gomawo, tanpa kalian mungkin aku sudah tewas."

"Nee, disini emang rawan penculikan. Oh ia, leher hyung terluka" sambung si cowok tinggi cukup cemas sambil mengambil sesuatu di saku celananya.

Jungkook pun meraba lehernya sendiri, dan benar saja, di tangannya sudah terdapat bercak luka dari leher. Mungkin aja darah tersebut berasal dari kalung mutiara yang ditarik paksa penculik tadi.

Ternyata yang anak itu ambil adalah obat merah untuk luka. "Untung aja tadi aku bareng Yeonjun hyung beli obat merah ama tisu di toko."

Setelah lukanya selesai diobati, si cowok yang pasti bernama Yeonjun itu pun langsung tersenyum "Atau tidak hyung biar kami antarin sampai ke rumah, dan kejadian ini pun akan kami selesaikan kepada keluarga kamu."

Jungkook pun menggangguk "Sekali lagi, gomawo Yeonjun dan..." ucapan Jungkook terhenti lantaran tidak mengenal nama anak yang tinggi.

"Hyung bisa panggil aku Soobin" jawab remaja tinggi itu dengan senyumannya

"Aah, gomawo Yeonjun ama Soobin, mian kalau ngerepotin" Jungkook pun tersenyum.

Rombongan anak tadi langsung melangkahkan kaki ke arah yang dituju mereka. Ini bukan akhir kisah, tapi ini adalah awal kisah mereka.

TBC...

Tinggalilah jejak kalian dengan cara tekan bintang dan komentar. Jangan hanya sekedar readers beegentayangan.

My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang