Rumah Sakit

291 31 2
                                    


"Jadi gitu hyung, udah ahh bentar lagi bell bunyi" teriaknya yang berusaha buat keluar dari taman atap itu, tapi tangannya masih saja ditahan oleh kakaknya.

"Ngapa buru-buru, tenang aja napa, masih pagi pula" bantah si kakak tanpa menyadari kalau adeknya tengah ketakutan sekarang.

"Ta..tapi cukup Tae hyung, CUKUP!" Teriaknya yang mungkin sudah tidak terkendalikan.

Taehyung seketika menatap Jungkook penuh tanya. "Ouh... jadi maknae kesayanganku ini barusan membentakiku? Sepertinya kau sudah nggak sayang hyung lagi ya Jungkookie."

Sontak Jungkook langsung melotot tidak percaya, malahan sekarang Tae berdiri dari duduk atas atapnya dan meninggalkan Jungkook.

Kalian pasti tau kalau Jungkook nggak terima, sebelum pintu itu terbuka, Jungkook langsung berhenti dan menutup pintu itu kembali, membuat Tae menaikkan sebelah alisnya.

"Kau salah hyung, kamu nggak tau gimana rasanya jadi aku, mungkin... mungkin hyung juga akan merasa mau bunuh diri seperti diriku sekarang" tangis Jungkook pecah, ia pun menangis kecil di depan sang kakak, sudah pasti Tae nggak tinggal diam.

"Ahh Kookie... mi..mianhae Kookie, hyung nggak bermaksud buat kamu menangis, dan a..aku nggak nyangka kalau kamu tetap saja membohongiku. Sekarang hyung mohon, ceritakan mimpimu dengan jujur" sambil memeluk, Tae membisikkan beberapa kalimat itu di daun telinga adeknya.

Tae saja merasakan kalau kepala adeknya bergerak keatas kebawah dipundaknya, tanda ia menyetujuinya.

"Arraseyo... mending kita sekarang pergi kebawah saat ini, hyung juga ada urusan sama anak tingkat SMP sebentar" Tae melepaskan pelukan mereka sepihak, dan menempelkan jari jempolnya untuk menghapuskan air mata dari muka Jungkook.

"Tapi... hyung ada urusan apa dengan tingkat SMP, jangan bilang kalau mau tawuran."

"Aniyaa, mana mungkin hyung adeknya Kim Seokjin ini mengikuti hal seperti itu."

"Mungkin aja, kau kan preman."

"Yak Jungkook, berhenti kagak?!"

Setelah ngucapin kata itu, Tae langsung mengejar Jungkook yang udah kabur sebelum ia memberikan pelajaran.

○○○

"Ouh... jadi gitu, pantas saja" ia pun menganggukkan kepalanya saat menatap orang disana satu persatu.

"Jadi aku nggak susah nyari penerus hartaku nanti, karena sudah ada Soobin dan Yeonjun yang memposisikannya" jelas si lawan bicara dengan bangga.

"Apakah noona ipar juga setuju akan pengangkatan anak dari yatim piatu ini hyung?" Tanya baliknya, kemungkinan ia sangat penasaran.

Dengan senang hati tuan rumah menganggukkan kepalanya. "Tentu, bik... tolong panggilkan nyonya dan tuan muda."

Setelah pembantu itu pergi, kembali hening di ruang tamu tersebut, tamu yang sibuk meminum kopinya dan tuan rumah terus tersenyum dengan rencana penerus perusahaannya.

"Adekku, kan sudah aku bilang kalau kamu juga akan mendapatkan jatah warisan nantinya, kau sudah aku sisihkan satu apartemen yang di New York, apa itu tidak cukup? Biarkan aku yang ngurus warisan hartaku" sambungnya diakibatkan keadaan yang terlalu sepi.

Bukannya membalas, pria tersebut malahan melongo melihat kedua bocah yang turun bersama noona iparnya.

"Ahh Choi Hanyuk... kenalkan kedua keponakan barumu, yang tinggi ini Soobin dan si imut ini Yeonjun. Anak-anak, ayo ucapin salam sama ahjussi Cho" seru si nyonya yang dimaksud.

My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang