"Sebuah kehidupan baru akan datang sesudah kehidupan lama"
-Asp-PURI menatap cemas pecahan etalase yang berisikan piala yang telah patah menjadi dua bagian itu. Piala kejuaraan Olimpiade Matematika tingkat Internasional itu didapatkan oleh salah satu Siswa SMA Swasta, Enterluis High School pada dua pekan yang lalu Di Amerika.
Gadis berambut hitam sebahu itu meremas roknya gelisah. Dia berharap tidak ada yang melihatnya saat ini. Puri tidak tahu apa yang harus ia lakukan, dirinya bingung. Puri meruntuki dirinya, kesalahan yang dibuatnya ini sangatlah fatal. Jika ia tidak datang ke tempat ini, pasti kejadian seperti ini tidak akan terjadi. Bolehkah ia menyalahkan Pak Mathin?
Flashback.
Bel pulang sekolah sedari tadi berbunyi, tetapi Puri masih sibuk berkutat dengan penanya menulis tugas yang diberikan oleh guru kewarganegaraannya.
Akibat Puri tidak masuk sekolah karena sakit kemarin, ia diberikan tugas susulan yang jumlahnya tidak sedikit. Mencari sepuluh contoh kasus Pelanggaran HAM di koran bukanlah hal yang mudah. Puri mencari sumber-sumber di perpustakaan sekolah, karena ia tahu setiap harinya perpustakaan di sekolahnya berlangganan Majalah harian itu.
Bolak-balik ia mengambil dan mengembalikan koran-koran hanya untuk mencari kasus yang sesuai. Gadis itu menghela napas lelah, tinggal 4 kasus lagi yang harus ia cari. Puri meletakan penanya dan merenggangkan tangannya yang sudah terasa pegal.
"Pur?"
Puri menoleh, "Iya? Kenapa Bu?" tanya gadis itu kepada penjaga perpustakaan tersebut.
"Kamu belum selesai?" Tanya Miranti, penjaga perpustakaan tadi.
Puri menggeleng lalu tersenyum, "Belum Bu. Tinggal dikit lagi kok"
Miranti menganggukkan kepalanya. "Kalau saya tinggal, enggak papa, Pur?"
"Saya ada urusan sebentar" lanjutnya.
"Oh, enggak papa, Bu. Saya udah biasa sendiri kok" Ujar Puri terkekeh.
"Yaudah. Kalau begitu saya tinggal ya? Kalau kamu sudah selesai, jangan lupa pintunya dikunci. Kunci saya letakkan disini ya." Kata Miranti sembari meletakan beberapa anak kunci dimeja penjaga.
Puri mengangguk mengerti.
"Oke, Bu. Nanti kunci saya titipkan ditempat biasa ya, Bu.""Iya. Saya duluan ya, Pur" Miranti mengambil tas lalu keluar dari ruangan itu.
"Iya, Bu"
Tinggal lah Puri seorang diri, gadis itu memilih untuk melanjutkan tugasnya yang tertunda tadi.
Sebenarnya, Guru kewarganegaraannya memperbolehkan Puri mengerjakan tugas ini dirumah. Tugasnya pun disuruh untuk dikumpulkan besok. Tetapi Puri tahu, dirumahnya tidak ada satupun koran. Ayahnya tidak pernah membeli koran, apalagi berlangganan. Jadi, daripada ia kesusahan mencari koran kesana kesini, lebih baik ia kerjakan disekolah.
Puri bernapas lega. Akhirnya tugasnya selesai. Ia tersenyum lalu bangkit dari duduknya untuk mengembalikan koran yang ia ambil tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
King And "Babu"
Teen FictionSudah jadi siswi beasiswa, disuruh ganti rugi pula. Bagaimana tidak? Memang benar itu salahnya. Tetapi ganti rugi ini sangatlah memberatkannya. Kenapa? karena gadis itu harus menjadi babu dari sebuah geng yang dikenal suka membuli disekolahnya. Masa...